Bab.7 ku putuskan pergi

1026 Kata
Ku telusuri seluruh sudut ruangan bercat ungu muda itu dengan pandanganku, ruangan berukuran tiga kali tiga meter persegi itu terlihat cukup nyaman untuk ditinggali. Jelas terlihat bahwa ruangan ini masih kosong, belum terdapat banyak barang yang mengisi ruangan. Hanya ada tempat tidur berukuran single dan lemari kecil yang nanti dapat aku gunakan untuk menyimpan pakaian. Tersedia dapur kecil dan kamar mandi juga didalamnya, cukup untuk aku seorang. Rencananya besok aku akan mulai pindah, hari ini hanya sebatas melihat ruangan dan mencari tahu, sekiranya apa saja yang akan aku butuhkan saat nanti menempati ruangan ini. Besok sengaja aku mengambil libur, karena aku pasti akan disibukan dengan kegiatan mengemas barang dan pindah disore harinya. Jika memungkikan dan sempat aku akan ke pasar terlebih dahulu, untuk membeli beberapa barang yang sekiranya penting dan aku belum memilikinya. Setelah melihat-lihat tempat kost yang akan aku tempati nanti, aku tidak langsung pulang tetapi terlebih dahulu mampir ke rumah nenek untuk menemui ibu. Aku belum memberitahu ibu perihal kepindahanku ke tempat kost besok. Setelah dua kali pindah angkutan umum dan berjalan kaki sedikit, sampailah aku dirumah nenek. Kulihat nenek sedang mengakat jemuran. "Assalamualaikum." Ucap ku. "Waallaikumsalam." Jawab nenek. "Kok, nenek yang angkat? Memang ibu kemana nek?" Tanya ku pada nenek. "Ibumu tadi pamit keluar sebentar, ada urusan katanya mungkin sebentar lagi juga pulang." jawab nenek. "Oh, begitu. Ya sudah, sini biar Tari yang lanjutkan angkat. Nenek masuk saja duluan sana." Ucapku pada nenek. Benar kata nenek, tidak memerlukan waktu lama aku menunggu, ibu telah sampai dirumah. Melngetahui kedatanganku, terlihat ada senyum dibibirnya. "Sudah lama teteh?" Ucap ibu. " Belum, baru sampai. Ucap ku. ( Sengaja aku tak bertanya dari mana ibu tadi pergi ). Banyak perbincangan yang terjadi diantara kami bertiga. Terutama ibu, ibu bercerita bahwa belakangan ini dia memiliki banyak kegiatan diluar rumah, bahkan urusan jual beli tanah yang biasa ibu kerjakan berjalan sangat lancar. Dari kebersamaan kami itu, dapat terlihat bahwa ibu tampak bahagia dan baik-baik saja. sepertinya hanya kami bertigalah yang sangat terpukul dan merasa tidak baik-baik saja atas perpisahan yang terjadk antara ayah dan ibu. Ditengah obrolan itu, aku lantas menyampaikan maksud kedatanganku menemui ibu. "Mulai besok teteh pindah ke tempat kost dekat tempat kerja." Ucapku. "Kok, tiba-tiba punya keinginan untuk kost?" Tanya ibu penasaran. "Tidak ada alasan khusu kok bu, aku ingin saja mencoba belajar mandiri. lagi pula dengan aku tinggal dekat dengan tempat kerja akan membuat aku lebih lebih hemat waktu dan tenaga." Ucapku mencoba menjelaskan semampu yang kubisa. "Ayah memberi ijin? kalau teteh kost, lalu bagaimana dengan neng?." Ucap ibu. Aku diam tidak memberi jawaban, hanya saja dalam hatiku bicara (bisa-bisanya ibu bicara seperti itu, padahal dia sendirilah yang pergi tanpa memikirkan bagaimana keadaan kami dirumah.) "Aku sudah meminta ijin pada ayah, dan ayah juga sudah memberikan ijin, selagi aku bisa menjaga diri. Untuk saat ini Rani juga sudah kelas tiga, jadi dia pasti akan sangat sibuk belajar untuk ujian kelulusannya. Jadi keadaan rumah yang sepi mungkin lebih dapat membuatnya fokus belajar. Hari ini aku kesini, bermaksud untuk memberitahu ibu." Ucap ku. "Ya sudah, kalai seperti itu. selama tinggal sendiri ibu harap teteh dapat menjaga diri, terutama jaga kesehatan. Sesekali nanti ibu tengok teteh kesana." Ucap ibu. "Ya sudah, teteh pamit pulang. ibu jaga kesehatan! nenek juga ya sehat-sehat. Kasih kabar ya bu, kalau mau nengok ke tempat kostku nanti. Takutnya teteh lagi ditempat kerja!" Ucap ku. " Ya, hati-hati dijalan." Ucap ibu. "Assalamualaikum." Ucap ku "Waallaikumsalam." *** Aku mulai pagi ini dengan harapan yang sangat besar. Semoga keputusanku untuk keluar dari rumah, dapat membuat hati dan pikiranku menjadi lebih baik. Tadi sebelum berangkat, ayah sempat bilang kalau nanti sore dia akan ikut mengantarku ke tempat kost. Tetapi karena ada beberapa hal yang harus aku urus, jadi aku minta agar ayah datang besok saja saat semua ruangan kost sudah rapih. Suara dering handphone terdengar. "Assalamualaikum" terdengar suara Andi dari seberang panggilan. "Waallaikumsalam." Jawabku. "Jam berapa jadi mau aku jemput?" "Ini aku udah selesai kok, tinggal nunggu kamu jemput" jawabku. "Ok, sepuluh menit lagi aku jalan ya" ucap Andi memastikan. Panggilan pun berakhir. Andi akan membantuku membawa beberapa barang dari rumah, seperti pakaian dan barang pribadi lainnya. Semua sudah siap aku kemas. Sebelumnya mungkin kami akan mampir kepasar terlebih dahulu, untuk membeli beberapa barang yang sudah aku list sebelumnya. *** Malam hari nya ayah datang, tak sabar jika harus besok saat kamar kost sudah rapi. Ayah datang dengan meminta bantuan pada Andi, untuk menjemputnya dan mengantar nya ke tempat kost. Ayah bilang dia ingin melihat keadaan tempat kostku, suasananya bagaimana? ia ingin memastikan agar aku berada ditempat yang aman dan nyaman. "Pokoknya setiap seminggu sekali minimal, saat libur teteh usahakan pulang ya." Ucap ayah. "Iya ayah, rencana nya memang seperti itu." Ucapku. "Jaga diri, jangan lupa makan. makan juga jangan sembarangan." ayah mengingatkan. "Ayah juga, selama teteh tidak dirumah jaga kesehatan ya." Ucapku. "Ya sudah, ayah pamit pulang!" "Kamu juga Di, jangan pulang malam-malam. Kamu jugakan butuh istirahat besok harus kerja lagi." Ucap ayah sangat perhatian pada Andi. "Ini juga aku mau langsung pulang kok yah, ayah bareng sama aku saja sekalian ya!" Ajak Andi. "Ya sudah, teh ayah sama Andi pamit pulang ya." Ucap ayah. Melihat ayah pulang membuatku sedikit menyesal dan menjadi ragu akan keputusanku untuk tinggal ditempat kost, aku bertanya-tanya apakah aku egois meninggalkan ayah dan Rani berdua saja dirumah? mereka juga pastinya terluka, sama sepertiku dengan perceraian yang terjadi antara ayah dan ibu. tetapi, aku malah menambah kesedihan untuk mereka dengan pergi juga dari rumah. Meninggalkan mereka hanya berdua. Seharusnya aku tetap berada dirumah, menggantikan posisi ibu untuk Rani. Juga dapat merawat ayah dimasa tuanya. Ayah memang saat ini sudah terlihat menua, rambutnya pun telah banyak yang memutih, bahkan guratan-guratan halus banyak nampak di keningnya, serta jalan nya yang mulai membungkuk ditambah kaki sebelah kanannya yang tidak dapat berjalan dengan sempurna. Semakin membuatku merasa bersalah kepadanya. Tak terasa air mata ini menetes, betapa hati merasa bersalah karena sampai detik ini belum dapat membalas segala pengorbanannya dan memberikannya kebahagia. Disaat sekarang ia membutuhkan dukungan, aku malah pergi tak ada disampingnya. Aku malah sibuk dengan lukaku sendiri, saat ini aku benar-benar merasa menjadi manusia yang paling lemah dan tak berguna untuk orang-orang yang aku sayang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN