Bab. 8 Hubungan jarak jauh.

1311 Kata
Hati ini masih terasa kosong, tapi d**a ini sudah jauh lebih baik, sesak yang biasanya menghinggap kini lambat laun telah pudar. Satu bulan menjadi penghuni kostan baru, rasanya memang lebih baik bagi aku dibanding terus berada dirumah. Awal-awal memang rasa khawatir pada ayah dan Rani selalu hadir, namun lama kelamaan semua bisa aku atasi. Bahkan saat ini, aku merasa pindah dari rumah sepertinya keputusan yang tepat. Setiap harinya, aku pasti menghubungi Rani–melalu handphone yang sempat aku berikan padanya dua hari sebelum aku pindah. Aku harus memastikan apakah mereka baik-baik saja selama aku tidak ada dirumah. Syukurnya semua baik dan berjalan lancar. Saat ini Rani tengah fokus mengahadapi ujian akhirnya. Dia memang anak yang rajin dan pintar. Dibanding anak-anak seusianya yang lebih senang bermain, dia lebih memiliki keinginan untuk mencapai target hidup dan tujuannya. Saat ini dia sedang memperjuangkan beasiswa penuh, agar dapat meneruskan sekolah di universitas impiannya. Aku pastinya akan selalu mendukung dan mendoakan semoga Rani mendapatkan apa yang ia impikan. *** "Nonton apa kita kira-kira malam ini?" Jawab Asti ditengah obrolan kami saat istirahat makan siang. "Gimana kalo kali ini film horor?" Ucap Maya. "Ah, aku takut tidur sendiri nanti, please jangan horor!" Ucap Asti. "Hahaha...ah, ga pake alesan. Kalau gitu nggak usah balik kamar aja. Beres nonton kalau takut kita tidur desek-desekan aja di kamar Tari." Ucap Maya. "Ok setuju!!hahahah..." Semua menjawab serentak di ikuti gelak tawa kami. Selama menjadi anak kost, teman-temanlah yang banyak mengisi waktuku setiap harinya. Jika kebetulan kami berada dalam sif pagi yang sama, biasanya dimalam harinya kami menghabisakan waktu bersama. Kami biasa mengisi waktu dengan menonton, masak bersama atau apapun itu, pokoknya selalu saja ada ide yang membuat malam menjadi terasa menyenangkan. "Masih ada cemilan apa di kamar Tar?" Tanya maya. "Hhmm..ada sih tapi tinggal sedikit deh kaya nya, harus beli lagi." Ucap ku. "Ok, nanti biar aku yang belanja." Ucap maya. Kamar ku memang dijadikan tempat berkumpul. Selama aku kost, maya sering kali menginap dikostan. Jika Maya dan Asti sudah berkumpul, suasana pasti akan terasa ramai dan menyenangkan. Diantara kami bertiga aku memang yang paling pendiam, biasanya aku hanya tertawa melihat tingkah laku mereka, yang benar-benar membuat pipi ini menjadi kram karena tak henti-hentinya tertawa. Selain kami bertiga biasanya sekali waktu ada Citra dan Nanda yang juga ikut berkumpul, tapi itu jarang sekali karena Citra dan Nanda jarang satu sif dengan kami. Suasana seperti inilah yang membuat aku berangsur-angsur membaik. Bersyukur rasanya mempunyai teman-teman seperti mereka. Belakangan ini Andi sangat jarang menemui aku, diawal waktu pertama kali aku kost, walaupun sudah tidak antar jemput seperti sebelumnya–tapi sesekali Andi masih menyempatkan diri untuk datang menengok, entah itu mengirimi aku makanan atau hanya sekadar memastikan keadaan aku. Bahkan disaat libur, dia datang menjemput–untuk mengantar pulang ke rumah ayah. Terakhir kali Andi sempat bercerita, jika ia harus pulang pergi ke kantor pusat karena tuntutan pekerjaan. Aku tidaklah pernah mempermasalahkan hal itu, kami adalah pasangan yang saling menghargai satu sama lain baik tentang pekerjaan maupun hal pribadi. Bipp..bipp.. Terdengar suara notifikasi pesan masuk. Sepertinya dari Andi. Walaupun belakangan jarang bertemu tapi kami selalu berkabar. [Sedang apa?] [Sudah makan siang?] [Sudah, baru banget selesai] [Kamu sudah makan?] [Aku juga sudah, hari ini aku pulang cepat nanti sore pulang kerja aku mau mampir dulu ke kostan ya] [Aku kangen] Deg! Kenapa Andi tumbenan sekali berkata seperti itu, membuat pipi aku menjadi merah saja. Dalam hati berbisik tersipu malu. [Iya, aku tunggu] [Ya sudah, aku kembali kerja lagi ya] Bersamaan dengan selesainya percakapan aku dan Andi, selesai juga jam istirahat siang kita saat itu. Aku, Maya dan Asti pun bergegas melanjutkan pekerjaan yang tertunda. Masih banyak barang-barang yang baru datang dan belum selesai kami display. *** Hari ini sunggu hari yang melelahkan, banyak sekali pekerjaan. Dari pagi mula, saat aku baru sampai toko hingga jam kerja hari ini habis, masih banyak pekerjaan yang belum juga selesai. Pekerjaan yang belum selesai dilanjutkan intan lawan sif ku. Aku segera bergegas pulang, ingin sedikit berbaring merenggangkan otot sebelum Andi datang. Maya dan Asti akan segera menyusul katanya, sebelumnya mereka akan pergi berbelanja sedikit cemilan untuk malam nanti. Sesampai di tempat kost kurebahkan diri di kasur dengan sprei warna pink bermotif kartun sapi lucu kesayanganku. Sungguh nikmat rasanya setelah seharian berpeluh. Sambil menunggu Andi datang, ku hilangkan seluruh lelahku sambil memainkan gawai, tanpa terasa lama kelamaan kantuk pun menghampiri dan membuatku terlelap. Tok..tok..tok.. Terdengar suara ketukan pintu. "Assalamualaikum" Aku pun terperejat terbangun dari tidurku yang hanya sesaat itu. Aku jawab salam dan bangun dari baring. Sepertinya Andi yang datang. "Waallaikumsalam" Benar dugaan ku, Andi sudah datang. Di depan kamar kost terdapat dua bangku, biasanya disitulah aku dan Andi duduk sambil berbincang bila Andi datang berkunjung. Kali ini Andi banyak bercerita tentang pekerjaannya dan alasan kenapa beberapa waktu belakangan ini pekerjaan nya terasa sangat melelahkan. Ditengah obrolan kami Andi berkata, "Mulai bulan depan aku dipindah ke kantor cabang di luar kota." "Maksudnya?." Tanya ku tak mengerti. "Sebenarnya dari satu bulan ini aku sedang mengikuti test promosi jabatan, makanya belakangan aku sibuk bolak balik kantor pusat." Ucap Andi. "Dan?" Tanya ku lagi. "Alhamdulillah aku naik posisi sekarang sebagai team leader." Ucap Andi menjelaskan. Aku masih diam mendengarkan Andi dengan seksama. "Hanya saja posisi team leader yang harus aku isi tidak di tempat kerja aku sekarang. Aku harus mengisi posisi yang kosong dicabang dikota lain. Jadi aku mulai pindah bulan depan." Lanjut Andi menjelaskan. "Alhamdulillah, itu bagus kan?semoga ini menjadi jalan buat karir kamu." Ucapku. "Iya, aku juga sangat bersyukur semoga saja lancar untuk aku ke depannya. Tapi satu yang juga membuat aku sedih." Ucap Andi berhenti tak melanjutkan perkataannya. "Apa?" Tanya ku. "Kalau aku pergi, otomatis juga kita pasti akan berjauhan. Rasanya berat juga harus jauh dari kamu." Ucap Andi. Ucapan Andi tiba-tiba saja juga membuat aku sedih, tapi aku ingin melihat Andi maju sukses dalam pekerjaannya. Maka dari itu sudah menjadi keharusan buatku untuk mendukungnya dan menghilangkan segala kecemasan dalam hatinya. "Aku juga pasti sangat sedih jauh dari kamu, tapi kita kan masih bisa sering-sering chat dan videocall." Ucap ku. "Tapi kamu janji ya, akan selalu baik-baik saja selama aku tidak ada di dekat kamu!" Pinta Andi. "Iya, pokoknya kamu jangan cemas. Aku sangat berbahagia atas pencapaian kamu. Aku ingin kamu terus maju." Ucapku. "Jangan pernah jadikan aku sebagai penghalang untuk kemajuan kamu, selama kita masih saling menjaga hati dan kepercayaan masing-masing, jarak yang jauh tidak akan pernah jadi masalah." Ucapku melanjutkan. "Janji untuk sering-sering memberi kabar ya, janji untuk selalu sehat dan baik-baik saja. Maaf kan aku yang belum bisa memberikanmu janji dan harapan untuk hubungan kita ke jenjang berikutnya dalam waktu dekat-dekat ini." Ucap Andi. "Yakinlah kalau semua sudah ada garisnya, rejeki dan jodoh sudah ada yang mengatur. Sekarang jalani saja dulu dengan santai, bila memang nanti sudah waktunya, ketika sudah halal–kamu ke luar kota bahkan luar negeri pun aku ikut." Ucap ku menggoda Andi. "Hahaha...bisa juga kamu bicara seperti itu." Kedatangan Andi di sore ini membawa kabar yang baik tapi juga sedih untukku, berjauhan dengannya memang belum pernah aku alami. Selama ini Andi selalu ada disaat aku membutuhkannya, tapi kali ini aku yakin semua akan baik-baik saja. Aku sangat bangga padanya dan berbahagia untuknya. Pernah suatu hari Andi berkata, bahwa dia sudah sangat yakin dengan hubungan kami, dia ingin hubungan ini bisa sampai ketahap pernikahan. Tapi untuk saat ini dia tidak bisa menjanjikan kapan akad itu bisa terlaksana, karena aku sangat tahu untuk saat ini Andi masih memiliki tanggung jawab atas kedua adiknya. Andi ingin adik-adiknya bisa sekolah tinggi. Lagi pula, untuk saat ini aku belum berpikir menikah dalam waktu dekat, memang adikku Rani saat ini tengah menyelesaikan tahun terakhirnya di bangku SMA, untuk kuliah pun Rani bersikeras tidak ingin merepotkan ku, dia sedang mengusahakan beasiswa atau dia ingin bekerja sambil kuliah. Rani berkata, dia ingin aku dapat merasakan masa muda ku tanpa terbebani oleh biaya sekolahnya. Sungguh adik yang manis dan penuh pengertian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN