"Teh, Teteh nggak apa-apa?" Seorang pemuda menghampiri Mumtaz yang tengah menangis di tangga darurat. Tidak ada tempat yang bisa dia tuju saat ini, karena kemanapun dia pergi Ali pasti akan mencarinya dan mengejarnya. Tangga darurat adalah salah satu tempat yang mungkin aman baginya, aman untuk menumpahkan segala keresahan yang sendirian tanpa gangguan. Tapi ternyata Mumtaz salah, kata Dani yang bisa menemukan di mana dia berada. Laki-laki yang sudah Mumtaz asuh, Sejak pertama kali dia mengenal Edo sampai saat ini, menyerahkan satu botol air mineral yang dingin. "Maaf, ganggu Teteh. Tapi nggak sengaja Dani lihat semuanya." Menunduk, Dani seperti menyesali perbuatannya. "Nggak apa-apa, namanya orang pacaran, Dan. Apalagi kita mau nikah sebentar lagi, kata orang kan menjelang pernikahan