Setelah makan siang di kedai bakso kawasan sekitar Candi Boko, Ellin mengajak Ari kembali ke rumah, alih-alih melanjutkan perjalanan ke pusat kota Jogja dan menikmati suasana sore di sekitar Malioboro. “Aku sudah telepon Ibu kalau kita tidak jadi ke Malioboro,” tukas Ari begitu memakai sabuk pengaman. Ellin menatap Ari dengan tatapan cemas. Saat menikmati bakso tadi, ia merasakan sesuatu yang aneh. Ada kilasan yang membuat otaknya sulit berpikir jernih. Tentang wajah seseorang yang samar ia lihat, tapi ia terasa familier dengan suaranya. Sayang sekali, suara itu bukanlah suara Ari. “Bila kamu sudah lelah menangis, maka datanglah kepadaku, El.” “Aku akan menghabiskan sisa usia bersamanya. Bersama suamiku yang tidak sempurna.” “Aku akan menawarkan apa yang tidak bisa kamu miliki seum