4

1520 Kata
Chiko tampak masuk ke dalam kantor dan sekarang ini ia melihat dua orang yang kemarin membuatnya menggelengkan kepala karena di waktu kerja mereka malah membicarakan bos mereka. Kini ia menatap mereka, mereka sudah berubah karena sekarang mereka benar-benar fokus bekerja. "Pagi Pak Chiko." ujar Nia dan Silla bersamaan sembari tersenyum. "Ya, Pagi." jawab Chiko singkat, setelahnya Chiko masuk ke dalam lift dan menghilang dari lift. Setelah Chiko pergi, mereka berdua kembali mengobrol. Sekarang ini Chiko sudah sampai di ruangannya yang ada tepat di luar ruangan milik Adnan. Sekarang ini ia menaruh barang-barangnya terlebih dahulu baru setelahnya ia masuk ke ruangan Adnan tersebut. Ia dapat melihat Adnan duduk di kursi kerjanya dengan tangan yang memijat dahinya sendiri. Gua bisa nebak, ini pasti dia mau dijodohin lagi nih. Gua bilang juga apa, dia langganan banget dijodohin apalagi kalo udah pas ulang tahun deh. Bener-bener getol Papa sama Mamanya buat jodohin dia. Batin Chiko tersebut. "Selamat pagi Pak Adnan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Chiko masih formal karena ia.datang sebagai bawahan yang diminta oleh atasan datang. "Chiko, bantuin gua mikir solusi deh. Gua pusing banget sama Papa. Masa iya dia minta gua buat ngenalin cewek atau calon pokoknya yang berhubungan sama perempuan dan pernikahan. Pusing gua." ujar Adnan menggunakan lo-gua yang mana nantinya Chiko juga akan menggunakan itu. Nah kan dugaan gua pasti bener. Batin Chiko yang kini duduk di kursi. "Lo kan emang punya cewek, calon tunangan atau calon istri lah. Kenapa lo bingung? Milea masih ga mau dikenalin ke orangtua Lo?" tanya Chiko dan Adnan mengangguk dengan lemas. Itu lah masalah yang membuat pusing tujuh keliling. "Iya, masalahnya emang itu. Dia masih ga mau dikenalin. Sementara gua bakalan langsung dijodohin entah sama siapa pas ulang tahun gua besok. Gua ngeri banget woy, ga mau lah gua. Lo ada solusi ga?" tanya Adnan. "Solusi gua ya cuma dua aja Nan. Ada dua pilihan." ujar Chiko yang membuat Adnan kini mendekat ke arahnya dengan wajah penuh semangat. "Apa solusinya? Cepetan bilang ke gua. Kepala gua rasanya mau pecah tahu ga sih mikirin tentang itu." ujar Adnan dan jujur saja Adnan yang seperti ini membuat Chiko menahan tawa karena Adnan sangat lucu. Coba saja yang lain tahu bahwa Adnan sefreak ini apakah label cool CEO masih melekat padanya atau tidak. Yang pasti semua yang mereka lihat tak sesuai fakta. "Sebentar dong, gua lagi mikir juga ini. Lagi pula juga Lo kenapa sih ga ngenalin siapa gitu jadi cewek Lo." ujar Chiko yang awalnya hanya bercanda. "Ya elah, siapa yang mau gua kenalin juga. Wait, tapi rencana Lo boleh juga sih. Tapi gua ga tahu siapa yang harus gua kenalin." ujar Adnan itu. "Heh gila ya Lo, gua tadi cuma bercanda aja. Jangan, bisa-bisa Lo malah bohong keterusan kalo gitu. Jangan deh cara yang lain." ujar Chiko lagi. "Ya terus apa dong rencana yang lainnya? Pusing ini gua mikirnya. Ah kenapa sih Milea ga mau dikenalin, seenggaknya ke Mama dan Papa aja biar mereka ga nyariin gua jodoh mulu gitu." ujar Adnan memprotes tentang itu. "Ya Lo tanyalah sama Milea. Tapi Nan, dia benar-benar belum siap aja kan buat dikenalin sama Lo? Ga ada alasan yang lain kan?" tanya Chiko yang memikirkan bahwa ini sangat aneh karena seharusnya Milea bangga dengan statusnya yang sekarang menjadi pacar dari Adnan Naki Admaja. Namun ini malah Milea ingin hubungan mereka tidak di publish, padahal jika hubungan mereka di publish akan banyak perempuan yang iri kepada Milea karena Milea bisa mendapatkan hati seorang Adnan yang terlihat sangat susah digapai. Mendengar pertanyaan dari Chiko itu jujur saja Adnan kini juga menjadi berpikir apa kurangnya hingga Mile masih belum mau dikenalkan pada dunia bahwa Milea adalah kekasihnya. Setelah ia pikir lagi, ia yakin bahwa dirinya sama sekali tidak memiliki kekurangan karena justru banyak kelebihannya. "Iya juga ya, kenapa Milea ga mau dikenalin jadi pacar gua. Padahal kalo banyak yang tahu, itu bisa jadi benefit buat dia. Tapi ya mungkin emang dia belum siap aja buat terkenal Chik, karena Lo tahu kan kalo dekat sama gua, apalagi dia pacar gua bisa-bisa dia langsung di cari-cari sama media." ujad Adnan dengan kepedeannya yang sudah tingkat dewa itu membuat Chiko terkejut sendiri pada temannya ini. Ia pun menggelengkan kepalanya sendiri. "Iya deh iya terserah sama lo aja kalo gua mah. Suka-suka Lo dah mau bilang apa. Intinya case belum selesai ya. Kita pikirin aja sambil jalan, kali aja nanti gua atau Lo nemu cara yang tepat kan." ujar Chiko dan Adnan mengangguk dengan lesu karena permasalahannya tidak selesai juga. Setelah pembicaraan tentang itu, Adnan dan Chiko pun kembali berbahasa formal karena mereka tengah membicarakan tentang perusahaan ini. Terdapat beberapa meeting penting yang nanti harus Adnan datangi. Ia masih memiliki waktu sekitar satu jam lagi dan karena hal itu ia pun kini turun ke bawah bersama dengan Chiko. Mereka tadi sudah saling membahas bahwa mereka akan membeli kopi di lantai dasar. Jadinya sekarang ini mereka sudah berjalan menuju ke lantai dasar. Mereka sedang berada di lift. "Udah lah Lo tenang aja semua masalah itu pasti ada solusinya. Kita cuma belum bisa nemuin solusi dari masa Lo aja." ujar Chiko tampak mencoba untuk membuat Adnan tenang dengan perkataannya tersebut. "Ya Lo bisa tenang, gua ini yang jalanin." ujar Adnan pada Chiko. Mereka saat ini terdiam karena lift terbuka di lantai lima jadi mereka tidak ingin melanjutkan obrolan terlebih dahulu karena bisa-bisa nanti obrolan mereka membuat orang yang mendengar menjadi lebih penasaran lagi dengannya. Kini mereka melihat tampak beberapa perempuan masuk ke dalam lift. Jika mereka berdua lihat sepertinya perempuan-perempuan itu bukanlah karyawan di perusahaan Adnan. Hal itu sangat terlihat dengan jelas karena outfit yang dipakai oleh perempuan-perempuan ini juga bukan outfit yang sembarangan dan terlihat mahal. Namun baik Adnan maupun Chiko saat ini tidak mengenal mereka jadinya ya mereka biasa saja dan tidak banyak bicara. Akhirnya mereka sudah sampai di lantai dasar, mereka semua pun keluar dari lift yang mana membuat beberapa orang langsung menatap ke arah mereka karena ini sangat menyejukkan mata dengan lelaki tampan dan juga beberapa perempuan cantik yang terlihat keluar dari lift tersebut. "Whoa, itu model-model yang nantinya bakalan di pakai untuk brand baru kita ya Sil?" tanya Nia sembari menatap mereka dengan tatapan kagum. "Hooh Nia, tapi sumpah sih gua kek berasa wow banget pas ngelihat mereka apalagi mereka bareng sama Pak Chiko dan Pak Adnan. Beuh mantap banget visual mereka sih." ujar Silla yang masih tak berkedip melihatnya. Sekarang ini Adnan dan Chiko memasuki kedai kopi yang ada di lantai dasar ini. Mereka berdua sedang mengantri untuk mendapatkan kopi mereka. Kali ini baik Adnan dan Chiko ingin Es Kopi untuk mendinginkan kepala mereka. Apalagi Adnan yang sedari kemarin kepalanya panas sekali. Mereka pun sudah mendapatkan giliran dan sekarang ini mereka berdua sedang duduk di kedai kopi tersebut untuk menikmati es kopi mereka sembari mengobrol. Obrolan mereka bervariasi dari berbicara tentang dulu saat mereka masih sekolah dan kuliah hingga membicarakan tentang pekerjaan. "Oh ya beberapa model sudah taken kontrak hari ini untuk launching produk baru kita." ujar Chiko melaporkan apa yang baru saja ia dapatkan. Mendapatkan info seperti itu, saat ini Adnan pun mengangguk senang. "Bagus, semua masalah kerjaan kayaknya berjalan dengan lancar dan semestinya tapi kenapa masalah hidup ga gitu juga." ujar Adnan frustasi lagi. "Ya elah, udah lah ngopi dulu ngopi biar tenang. Biar ga ada pikiran-pikiran jelek di kepala Lo." ujar Chiko meminta Adnan kembali meminum kopi. Mereka berdua masih mengobrol dan menghabiskan es kopi mereka hingga pada akhirnya mereka melihat jam di tangan. Dua puluh menit lagi menuju ke salah satu meeting penting hari ini. Mereka berdua pun langsung bergegas untuk naik ke ruangan Adnan. Mereka akan meeting di dekat ruangan Adnan nanti. Untung saja mereka tidak meeting di luar kantor karena jam segini juga jalanan masih banyak yang macet di beberapa titik pusat. "Semua berkas sudah ada Pak Chiko?" tanya Adnan untuk memastikan. "Semuanya sudah aman pak, file presentasi juga sedang dibawa oleh Bunga menuju kesini." ujar Chiko membicarakan tentang Bunga yang merupakan sekretaris dari Adnan. Adnan tampak mengangguk sekarang. Mereka mengecek lagi file presentasi yang ada di laptop, Adnan dan Chiko sedang melihatnya lagi dan berharap tidak akan ada masalah nantinya. Bahkan typo sekecil apa pun juga sangat dihindari oleh Adnan. Ia tak mau hal itu terjadi pada materi presentasi yang ia miliki. Setelah di cek kembali, semuanya pun sudah percet. Tak lama kemudian juga Bunga datang dengan membawa file yang sudah diprint. File ini nantinya akan diberikan kepada perusahaan yang akan melakukan meeting dengan Adnan dan Chiko ini. "Ada yang bisa saya bantu lagi pak?" tanya Bunga yang sebenarnya ia merasa bahwa bekerja disini seringkali membuatnya memakan gaji buta karena beberapa pekerjaan yang seharusnya ia handle justru sudah di handle oleh Chiko. Padahal Bunga ini sangat suka bekerja, tapi malah ia tidak sering bekerja. Saat ia mendapatkan pekerjaan dari Adnan atau Chiko seperti ini jujur saja ia sangat senang dan penuh semangat. Ya memang katakanlah bahwa Bunga aneh, tapi memang ia lebih baik diberi pekerjaan banyak daripada ia berangkat ke kantor hanya untuk menjadi seorang pengangguran kantor saja. "Untuk saat ini belum. Kamu bisa duduk disini." ujar Chiko dan Bunga pun mengangguk. Kini ia duduk di tempat yang tadi diberikan oleh Chiko itu
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN