ENAM

2924 Kata
Sekarang jam tangan yang dipakai oleh Azkia sudah menunjukkan pukul 16.25, dan Agam masih menutup matanya seakan enggan untuk membukanya. Memang sebegitu lelahnya dia sampai tertidur selama itu? Bukannya Azkia ingin berduaan dengan Agam, bukan, tapi ia hanya ingin ada yang menemaninya. Kan horor diapartment sendirian begini, apalagi kan Azkia penakut. " Ki jam berapa?" Tanya Agam dengan suara serak khas orang bangun tidur. Huh! Akhirnya bangun juga, kenapa tidak daritadi sih? Agam mengucek matanya menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke retina matanya. Azkia menolehkan kepalanya pada Agam yang sedang berjalan kearahnya " Jam 4 lewat 25 Gam! Sana mandi dulu" Jawab Azkia lalu kembali pada dramanya yang ia tonton lewat laptop Agam. " Aduh! Masih ngantuk banget" Keluh Agam sambil mendudukkan dirinya disebelah Azkia yang bahkan fokus pada laptop dihadapannya, aroma stoberi bercampur vanilla menguar dari sebelahnya " Kamu wangi banget sih!" Azkia menoleh seraya tersenyum bangga " Ya iyalah! Aku kan abis mandi! Gk kayak kamu, bau iler!" Ucap Azkia sambil menutup hidungnya seakan-akan Agam itu memang bau padahal kan aslinya wangi. Hal itu membuat Agam memberenggut tak terima dengan ucapan Azkia yang mengatainya bau " Heh! Sembarangan! Aku tuh gk ileran tau! Coba aja cium nih kalo gk percaya!" Ucapnya lalu menggelamkan wajah Azkia diketiaknya. Azkia berontak berusaha melepaskan tangan Agam yang melingkari lehernya ini, namun hanya suara tawa puas yang Azkia dapat " Agam!! Iihhh!! Lepasiinn!!" Ucap Azkia sambil memukul-mukul punggung Agam " Ini hukuman buat kamu karena udah ngatain aku bau iler! Orang nyatanya aku wangi kok!" Ucap Agam seraya melepaskan Azkia dari kungkungannya, gadis itu tampak memanyunkan bibirnya sambil merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan akibat ulahnya. Iya sih, Agam emang wangi banget walaupun baru bangun tidur kayak gini " Agam meningan kamu mandi dulu sana!" Titah Azkia Agam tersenyum manis, membuat Azkia mengerutkan kening heran " Ngapain mandi! Gk mandi aja aku udah wangi! Udah ganteng" Ucap Agam dengan tingkat kepercayaan dirinya yang setinggi awan di angkasa. Azkia memasang wajah mualnya, seolah ingin memuntahkan sesuatu " Pd amat pak! Geli tau dengernya, pen hujat" Ejeknya lalu memutar jengah bola matanya " Eh? Katanya tadi mau ngerjain tugas, kok malah nonton Drama Korea sih?" Tanya Agam ketika melihat laptopnya yang dipakai Azkia untuk 'mengerjakan tugas', gadis itu menoleh lagi dengan tampang tak berdosanya. Dengan cengiran polosnya Azkia menjawab “ Ya gimana sih, aku baru inget kalo ternyata nggak ada tugas. Terus daripada laptopnya mubazir udah terlanjur aku buka, jadi yaudah aku pake nonton Drakor hehe” " Yehh dasar! " Ucap Agam sambil menyentil kening Azkia" Agam sakit tau!" Ucap Azkia mengelus keningnya yang disentil seenaknya oleh Agam" Lebay! masa disentil gitu doang aja sakit" Cibir Agam lalu masuk ke kamar mandi Azkia mengepalkan kedua tangannya sebal " Heshhh!! Nyebelin banget sih tuh orang! Ganggu aja, orang lagi nonton calon suami juga!!" Gerutu Azkia sambil merapikan rambutnya lagi. " Aku suami kamu Ki!!" Teriak Agam dari dalam kamar mandi, mungkin saja laki-laki itu mendengar gerutuannya tadi. Yasudahlah terserah, toh namanya juga sedang kesal. " Bodo amat deh!" Setelah melakukan solat maghrib berjama'ah untuk yang pertama kalinya walaupun agak lama karena gugup, ditambah lagi dengan Agam yang pake salah baca niat, akhirnya Agam dan Azkia bersiap-siap kerumah sakit untuk menjenguk Sonya. Toh biasanya ia diimami, sekarang malah ia yang mengimami, Azkia juga mendadak canggung saat ia mencium punggung tangan Agam setelah selesai solat. Saat ini Azkia memakai dress putih selutut dan ditutupi jaket boomber warna navy, sedangkan Agam memakai kemeja tangan pendek bermotif yang ditutupi jaket jeans. Azkia masih berdiri didepan cermin sambil menyisir rambutnya, sedangkan suaminya sudah keluar 5 menit yang lalu. Agam yang sedang bermain game online di handphonenya pun mengalihkan pandangannya setelah mendengar pintu kamar yang ditutup " Ngapain sih pake rok?" Tanya laki-laki itu, Azkia bahkan baru keluar dari kamar tapi Agam sudah seperti mengintrogasinya. " Ini dress Agam! Bukan rok!" Ralat Azkia sambil memakai sneaker putihnya, ia duduk disebelah Agam yang masih menatapnya itu. Agam menatapnya kesal lalu berucap" Ya pokoknya itulah! Kenapa gk pake celana aja sih? Tadinya aku mau naik motor! Males kalo pake mobil, pasti macet!!" Protesnya yang langsung mendapat tatapan tajam dari Azkia. Sedangkan Agam hanya menggaruk tengkuknya tak enak " Mch! Harusnya tuh seneng kek punya istri feminim! Itu artinya dia mau keliatan perfect didepan suaminya! Eh ini malah diprotes" Gerutu Azkia lalu membalikkan badannya memunggungi Agam. " Eh gk usah deh! Kamu cantik banget pake itu! Kita pake mobil aja.. Soalnya angin malem gk baik buat kesehatan kamu" Ucap Agam tersenyum manis berusaha mengembalikan mood Azkia, laki-laki itu tak tau bagaimana caranya membuat Azkia senyum lagi. " Boongnya keliatan banget! Bilang aja supaya aku gk ngambek kan? Klasik!" Ucap Azkia sambil memutar jengah bola matanya, Azkia tak jadi masuk kedalam kamar karena kini ia ingin tau bagaimana guru dingin seperti Agam merayunya. Ternyata susah juga balikin moodnya si jutek! " Nggak kok sayangg.. Masa sih aku boong! Gk ada kerjaan banget kan?" Ucap Agam sambil memegang kedua tangan Azkia berusaha merayunya " Senyum dong! Masa cemberut terus sihh! Gk baik lohh manyunin suamiii.. Tapi gpp deh! Kamu nambah cantik kalo gitu, jadi bikin sayang" Lanjutnya seraya tersenyum menggoda. Mau tak mau Azkia tersenyum karena gombalan yang sebenarnya receh banget, juga karena senyum menggoda Agam yang menular " Sejak kapan guru nyebelin kayak kamu bisa gombal hahh?" Ucapnya sambil melepaskan kedua tangan Agam yang menggenggamnya. Tawa Agam membuncah begitu menyadari kalimatnya yang sedikit lebay, yaampun Agam sudah seperti remaja puber sekarang " Gk tau! Mungkin sejak tadi kamu cemberut.. Kenapa? Receh banget yaa? Hahaha maklum!" " Hahaha iya! Receh sangaaadd! Udah sekarangg kita kapan berangkatnya? Ntar kemaleman lohhh, nanti tambah macet. Lain kali aku nggak pake rok deh, biar bisa pake motor kamu." Ucap Azkia lalu Agam menghentikan tawanya, menatap istrinya sambil menaikkan satu alisnya “ Kenapa natap aku gitu?” Agam menggeleng " Gak papa, mau aja.. Ayo sekarang berangkat aja!" Ucapnya sambil meraih tangan Azkia lalu menariknya lembut membuat Azkia tersentak kaget. " Agam jangan narik-narik! Emangnya aku kambing apa sampe kudu ditarik-tarik!!" Ucap Azkia sambil berusaha menghempaskan tangan Agam, agar tarikan tangan suaminya itu terlepas. Aduh, bahkan sekarang Azkia sudah lancar memanggil Agam, suami. " Ini tuh namanya peduli! Daripada aku langsung ngeleos ninggalin kamu kan? Lagian kamu istriku, jadi harus digandeng.." Ucap Agam dan tanpa sadar, ucapan Agam itu membuat Azkia tersenyum dan memerah malu. Sepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit, didalam mobil hanya ada keheningan. Tidak ada suara Azkia yang cempreng yang selalu mengoceh hal-hal tidak jelas, dan tidak ada juga suara Agam yang mungkin dengan jahilnya menggombali Azkia hingga pipi gadis itu memerah. Benar-benar hening, hanya ada suara angin. Tidak ada yang berniat membuka percakapan, walaupun sesekali Agam mencuri pandangan pada Azkia yang sibuk menatap jalanan Jakarta yang padat. " Loh Ma? Mama udah mendingan?" Tanya Agam ketika melihat Sonya tertawa-tawa dengan Resti. Agak aneh memang, padahal kemarin kritis, tapi Agam bersyukur sih mamanya sudah tidak apa-apa. Kecurigaan bertambah satu. Sonya menoleh pada Putranya yang bingung " Alhamdulillah sayang.. Cuma tinggal sakit-sakitnya doang nihh! Gk tau kenapa, setelah liat kalian menikah tadi, mama jadi ngerasa baikan" Jawab Mama Agam itu seraya tersenyum " Ohiya, kalian udah makan belum?" Tanya Handi dan tanpa arahan komando, Agam dan Azkia menggelengkan kepalanya " Yaudah, kalian cari makan dulu sana! Nanti keburu malem lohh" " Mau makan sekarang?" Tanya Agam pada Azkia yang masih disebelahnya dan jangan lupakan genggaman tangan yang masih bertautan. Dan Azkia mengangguk mengiyakan, lantas tarikan lembut ditangannya membuat Azkia sedikit tersentak. Keduanya berjalan keluar dari rumah sakit sambil bergandengan tangan, tak ada yang membuka suara, hanya hembusan angin yang menemani. Azkia berkali-kali melirik tangannya yang tergenggam sempurna oleh tangan Agam. Rasa hangat itu menjalar, membuat pipinya sedikit memerah. Mata Azkia menyalang " Agam aku mau nasi goreng yang didepan g**g rumah aku!! " Ucapnya ketika tau Agam akan membawanya ke restaurant Jepang didekat rumah sakit, Azkia mana mau memakan makanan khas Negeri Matahari Terbit itu. " Jauh lah Ki! Kamu ini gimana sih?! Udah ya disini aja, biar nggak bulak-balik" Ucap Agam yang tetap keukeuh membawa Azkia ke restaurant itu. Walaupun wajah gadis itu jelas-jelas menolak. " Yaudah terserah! Sana aja kamu masuk sendiri! Biar aku naik ojek online, gak butuh aku sama kamu!" Ucap Azkia sambil menghempaskan tangan Agam dan menyilangkan tangannya didada. Tanda bahwa dia marah " Dan nanti pulangnya aku kerumah ayah aja!" Agam menghembuskan nafas panjang " Huft! Iya sayang.. Kita makan disana ya! " Ucapnya berusaha menahan emosinya agar tidak meledak. Meladeni Azkia benar-benar membutuhkan iman dan kesabaran yang kuat. " Apa sih sayang-sayang! Kamu sayang sama aku aja nggakk!!" Ucap Azkia dengan jutek sambil memalingkan pandangannya dari Agam. Membuat laki-laki itu tersenyum geli melihat tingkahnya. Agam semakin melebarkan senyumnya lalu mendekatkan bibirnya pada telinga Azkia " Kalo aku emang sayang sama kamu gimana?” Godanya setengah berbisik, memberikan sensasi geli bagi Azkia karena hembusan nafasnya. " Ap-apaan deh! Mabok angin kamu ya! Ayo ahh aku udahh laper nih" Ucap Azkia berusaha menutupi kegugupannya dengan membenarkan posisi rambutnya berkali-kali. Agam tuh nggak bisa apaya, sekali aja nggak bikin hati Azkia ketar-ketir gini. Dengan jengah, Agam memutar bola matanya " Yehh sabar kali! Gk sabaran bangett" Ucapnya, lalu keduanya kembali berjalan menuju parkiran rumah sakit. Agam masuk kedalam mobilnya lebih dulu, selang 5 menit, tidak ada tanda-tanda akan masuk kedalam mobil. Laki-laki itu menurunkan kaca mobilnya “ Kenapa nggak masuk sayang? Katanya laper” Azkia berdecak sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya " Bukain kek! Gk ada romantis-romantisnya banget kamu jadi suami!" jawabnya khas dengan wajah juteknya Agam menghela nafasnya panjang lalu keluar dari mobilnya dan membukakan pintu mobil untuk istrinya yang masih terlihat cemberut itu " Silahkan tuan putri yang cantik jelita! Istri termanisku" Ucapnya sambil memegangi pintu mobil. " Gk ikhlasan" Ucap Azkia sambil masuk kedalam mobil dan menutup pintu mobil Agam dengan kencang, membuat Agam terdiam kaget karena suaranya yang membuat gendang telinga pecah. Laki-laki itu mengusap dadanya naik turun, harus banyak bersabar memang mempunyai istri ABG seperti Azkia. Sepanjang perjalanan di dalam mobil, hanya suara radio yang mengisi kesunyian. Agam yang fokus menyetir, dan Azkia yang terus-terusan menolehkan kepalanya pada jendela mobilnya. Agam berfikir, mungkin saja Azkia masih marah padanya gara-gara kepekaannya yang kurang soal membukakan pintu mobil. Beberapa menit selanjutnya, mobil Agam sudah terparkir didekat warung nasi gorang yang berada di dekat g**g rumah Azkia. Butuh waktu setengah jam dari rumah sakit kesini, ditambah macetnya jalanan membuatnya semakin lama. Agam melepas seatbelt yang membelit tubuhnya, lalu mendekatkan badannya pada Azkia yang sedari diam " Dek! Turun dong.. Udah nyampe nih!" Ucapnya sambil mendongakkan melihat wajah Azkia lebih dekat, dan ternyata gadis jutek itu tertidur, Agam terkekeh geli. Agam membuka seatbelt yang membelit tubuh Azkia, lalu menyingkirkan rambut yang menghalangi wajahnya, jika dilihat-lihat cantik juga istrinya. Mata almond, hidung yang tidak terlalu mancung, bibir tipis, pipi yang sedikit chubby , bulu mata pendek tapi lentik, dagu bulat dan mata bulatnya yang membuat Agam gemas! Agam mengulurkan tangannya untuk mencubit hidung Azkia, lalu kedua pipinya dan terakhir mengacak-acak anak rambutnya hingga tak karuan bentuknya. Manis - Batin Agam memuji hingga kedua sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman. Agam mengelus bibir tipis berwarna pink itu sambil berucap "Bibir tipis ini yang selalu ngata-ngatain saya! Pahit banget buat didenger dan-" Entah godaan setan mana hingga Agam berani untuk mengecup bibir Azkia " Manis buat dicium!" Setelah Agam tersenyum sangat manis. Dan tanpa Azkia tau, Agam telah mencuri firstkiss nya diam-diam. " Dek, bangun dulu! Ini udah sampe, makan dulu.. Nanti lanjut lagi tidurnya" Ucap Agam sambil mengelus pipi Azkia, membangunkan gadis itu dengan cara yang benar-benar lembut. Mata Azkia mengerjap-ngerjap pelan setelah beberapa kali Agam mengelus pipinya, saat membuka matanya, hal yang pertama kali Azkia lihat adalah Agam yang sedang tersenyum. Suaminya. Aduh apa? Suami? Pipinya tiba-tiba memanas “ Ayo bangun, mau aku gendong?” Tawar Agam yang membuat Azkia membulatkan matanya, yang tadi saja belum bisa Azkia kendalikan ini sudah ditawari gendong. “ Ng-nggak usah Gam, aku turun duluan ya. Sekalian cari tempat buat kita” Azkia berkata lirih, lalu buru-buru keluar dari mobil Agam takut kalau laki-laki itu mendengar detak jantungnya yang menggila. Agam terkekeh pelan, ia tau kalau Azkia sedang gugup karena tawaran gendongnya atau karena wajahnya yang terlalu dekat. Tapi yang pasti, Agam menyukai Azkia yang sedang malu-malu begitu, terlihat menggemaskan. Sambil menggelengkan kepalanya, Agam meraih dompetnya lalu keluar dari mobil. Diluar, Azkia mencari-cari tempat untuk duduk karena memang tempatnya sudah penuh. Bahkan, gadis itu sempat berpikiran untuk pulang saja karena tidak punya harapan lagi. " Itu dipaling ujung!" Agam datang membuat Azkia menoleh padanya, laki-laki itu menunjuk tempat yang disebutkannya. Azkia mengangguk, ternyata matanya kalah jeli oleh Agam. Oh, Agam kan guru, pantas sajalah sangat jeli. Agam berjalan terlebih ke tempat paling ujung, sedangkan Azkia menghampiri sang penjual yang sedang sibuk menggoreng nasi “ Mang Odi! Kiaa mau pesen nasi goreng dua ya, yang satu kayak biasa hehe, yang satunya dibikin pedes aja” Ucapnya sambil cengar-cengir. " Eh neng Kia!" Ucap mang Odi si penjual nasi goreng yang sudah akrab dengan Azkia " Eh? Itu pacarnya ya neng? Duh! Hebatlah si eneng! Udah ganteng, mapan lagi!" Sambungnya ketika melihat Azkia datang dengan seorang laki-laki yang bukan Ali. Azkia menoleh pada Agam yang sedang memainkan tempat tisu disana, “ Iya Mang pacar Kia hehe, yaudah ya Kia tunggu disana” Ucapnya seraya tersenyum menghampiri Agam. ¬Pacar halal dunia akhirat Kia maksudnya, Mang Agam mendongak “ Udah? Eh, kayaknya kamu udah akrab banget ya sama yang punya warung ini” Tanyanya, Azkia mengangguk antusias. “ Iya bener, aku itu emang udah deket banget sama yang jualan. Namanya Mang Odi, aku sering beli nasi disini sama Abang biasanya, udah gitu orangnya ramah, kadang suka bercandaan gitu sama Abang. Jadinya aku seneng” Jawab Azkia yang lebih ke sedang bercerita. Respon Agam hanya mengangguk-anggukkan kepalanya “ Oh gitu” Ucapnya yang sontak membuat Azkia melongo. Gadis itu bercerita panjang, dan respon yang Agam berikan hanya itu. Sebenarnya, Agam manusia bukan sih? Abnormal banget. Azkia diam, hatinya sebal. Tiba-tiba Agam memepetkan wajah padanya, membuat ia memalingkan pandangan " Kok mukanyaa merahh gitu? Blushing ya?" Tanya Agam ketika melihat wajah Azkia Dengan mata yang membulat, Azkia menjawab " Blushing matamu minus ya! Ini tuh nahan kesel gara-gara jawaban kamu singkat banget! Orang udah jelasin panjang sepanjang jalan kenangan juga!” Agam menaikkan satu alisnya " Yaudah yaudah.. Nanti aku itung deh berapa kata yang aku ucapin! Sekarang jangan ngambek yaa" Ucapnya sambil mengusap pucuk kepala Azkia dengan lembut. " Bodo amat ah! Abisnya masih kesel sih!!" Ucap Azkia lalu memutar badannya jadi memunggungi Agam, tak mau melihat laki-laki itu atau nanti jantungnya akan lolos dari tempatnya, hanya karena tatapannya yang tajam. " Dek udahh dong.. Masa cuma masalah gitu doang kamu ngambek sih? Maafin aku ya" Ucap Agam memohon, yang dengan gilanya malah melingkarkan tangannya pada pinggang Azkia dari belakang membuat Azkia seketika lupa bagaimana caranya bernafas dengan benar. " Agam lepasin ih! Malu diliatin orang" Ucap Azkia berontak agar pelukan Agam terlepas. Orang-orang sudah menatapnya dengan tatapan mencemooh. Bahkan ada yang terang-terangan nyinyir katanya anak muda jaman sekarang gk tau etika! Peluk-pelukkan ditempat umum! Agam menggeleng, menolak melepaskan pelukannya " Biarin aja! Mereka liatin kita mungkin pengen liatin aja! Mata,mata mereka! Yang penting kamu gk ngambek lagi sama aku" Ucapnya tanpa dosa. " Iya aku ud-“ " Aduh neng maaf! Mamang gk tau!" Kedatangan mang Odi membuat Azkia malu setengah mati! Bagaimana tidak? Agam masih memeluknya dari belakang coba! Lagipula bukan salahnya Mang Odi, Agam saja yang kadang suka tidak tau tempat. " Lepasin!" Ucap Azkia sambil menyikut perut Agam sampai pelukannya terlepas karena Agam yang meringis mengelus perutnya " Wih! Kangen banget saya mang makan disini!" Basa-basinya, menutupi kecanggungan yang tercipta disana. Mang Odi terkekeh kecil " Hehe si neng jarang kesini!" Ucapnya yang sedikit grogi setelah apa yang dilihatnya tadi walaupun sudah berusaha ia biasa-biasakan " Eh sok ayo dimakan, mamang mau ngelayanin yang lain" Agam membalas senyuman Mang Odi sebelum laki-laki itu paruh baya itu melangkah pergi meninggalkannya dan Azkia. Gadis itu itu menatapnya nyalang, seolah-olah menghukum Agam atas kesalahannya yang amat besar. " Liat! Malu kan? Aku bilang juga lepasin!!" Ucap Azkia setelah puas menatap Agam, lalu meraih sendok dan mulai menyantap nasi gorengnya Dengan kesal Agam menyuapkan nasi goreng pada mulutnya" Iyaiya aku yang salah! Kamu mah emang selalu bener, dek" Ucapnya yang justru mengundang tawa mengejek Azkia. " Hahahaha" Tawa Azkia meledak ketika melihat wajah Agam yang sedang kesal hingga membuat mulutnya belepotan nasi, Agam makan seperti anak kecil saja sih membuat Azkia gemas dibuatnya. Agam menatapnya dengan kening berkerut heran " Kenapa kamu ketawa? Emangnya aku Sule diketawain!" Ucapnya sewot. Berani-beraninya gadis itu menertawakannya di tempat umum begini, membuat semua orang jadi menatapnya. " Agam muka kamu itu lucu kalo lagi kesel! Dan ini juga! Kayak bayi aja belepotan" Ucap Azkia sambil mengusap pinggiran bibir Agam dengan jemari lentiknya, mengambil beberapa nasi yang menempel disana. " Hah? Masa sih?" Agam berniat mengusap bibirnya dengan lengan jaketnya tapi keburu dicegah oleh Azkia, lagian Agam jorok banget. Azkia memberikan beberapa lembar tisu untuk suaminya itu " Eh jangan! Ini ada tissue ngapain pake baju sih! Nanti bajunya kotor Agam!" Ucapnya yang langsung diterima oleh Agam. Setelah mengusap pinggiran bibirnya, ia masih melihat Azkia tertawa " Berenti kek ketawanya! Puas banget hahh" Ucapnya sambil mencapit hidung Azkia dengan dua jarinya Azkia memang sedikit kesulitan bernafas tapi tetap membuatnya masih setia tertawa" Ahahahha.. Aduh Agam lepasin!! Aku nggak bisa nafas ini!" Ucapnya " Abisnya seneng banget liat muka aku belepotan nasi kayak gini! Minta maaf dulu baru dilepasin" Ucap Agam yang capitannya sedikit mengendur, kasihan juga kalau terlalu kencang kan gadis itu tidak akan bisa bernafas. " Hahaha iyaiyaa.. Maafin aku yaa pak Agam Hadrian yang tersayang! Hahahaha geli ngucapinnya" Ucap Azkia yang membuat Agam tersenyum manis sambil melepaskan capitannya pada hidung istrinya. Romansa pengantin baru di warung nasi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN