Setelah enam bulan lamanya, Kini Marwa bisa kembali menginjakkan kakinya di kota tanah kelahirannya—Jakarta. Kota metropolitan yang merupakan ibu kota negara Indonesia. Negara merah putih yang sangat dicintai oleh Marwa, Farhan, penulis cerita dan pembaca tentunya. “Wa …,” lirih Farhan. Ia perhatikan sikap Marwa yang masih terpaku di atas aspal bandara tidak jauh dari landasan pesawat terbang. “Mas, semua ini Bagai mimpi … Setelah sekian lama, akhirnya aku bisa kembali menginjakkan kakiku di sini sebagai Camelia, bulan Marwa,” ucap Marwa. “Bagiku kamu akan tetap Marwa, selamanya dan tidak ada yang bisa mengubahnya.” Marwa menoleh ke arah Farhan, “Tolong jangan keceplosan jika kita berada di luar seperti ini, Mas. Rencanaku masih jauh dari kata berhasil. Bahkan dimulai saja belum, janga