Awal Kehancuran

1130 Kata
"Gio, aku sangat bahagia. Akhirnya kita akan menjadi orang tua. "Diana menggenggam erat tangan sang suami sambil bersandar memejamkan mata di sandaran jok mobil yang sedang melaju di tengah lebatnya hujan malam. "Iya sayang, aku juga sangat bahagia." Balas Gio sambil mencium lembut tangan sang istri. Kebahagiaan mereka sudah sangat sempurna, Gio tidak ingin meminta apa pun lagi dari Tuhan, karena semua yang di inginkannya sudah menjadi miliknya sekarang. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, dia melihatnya sekilas dan rupanya itu panggilan meeting. Gio lalu mengulurkan tangan meraih ponselnya dan mendekatkan ponsel itu ke telinganya, tapi baru saja dia ingin memulai bicara, ponsel itu tanpa sengaja jatuh dari tangannya. Diana mencoba membantu Gio mengambil ponsel itu tapi tidak berhasil. "Seharusnya kamu pakai earbuds saja, jadi gak akan repot begini sayang." Protes Diana sambil terus berusaha menggapai ponsel yang jatuh di bawah jok tapi dia tidak berhasil mendapatkannya. Melihat istrinya masih kesusahan berusaha menemukan ponsel itu, dengan cepat Gio menunduk dan langsung mengambil ponsel itu. Tapi naas, tanpa di duga, dari arah depan tiba-tiba muncul sebuah truk besar dan langsung menyambar mobil mereka. "GIO AWAAAAAAASSS….!!!" Pekik Diana sebelum jiwa dan tubuhnya terombang-ambing dengan segala benturan yang meremukkan tubuhnya. Mobil itu pun berputar beberapa kali di jalan yang licin di tengah hujan lebat sebelum akhirnya jatuh ke dalam jurang yang ada di sisi jalan. Mobil berwarna hitam itu jatuh bersama orang yang ada di dalamnya sebelum meledak dan menyebabkan api yang sangat besar. Tubuh Gio merasakan panas, tubuhnya seperti terbakar. Dadanya sesak karena asap yang terhirup. Dia menoleh kearah samping dan mendapati Diana sudah tidak sadarkan diri dengan darah yang berlumuran di wajahnya. Tubuhnya bergetar melihat kondisi mengenaskan Diana, dia bergerak berusaha menolong sang istri. Dengan sisa tenaganya, Gio berusaha membuka pintu mobil dan mengeluarkan tubuh sang istri dari dalam mobil yang sudah terbakar api. Hujan lebat terus mengguyur menjadikan api yang muncul dari belakang kendaraan tidak menyebar dengan cepat. setelah berhasil keluar, dengan susah payah dia membawa tubuh lemas istrinya ke tempat yang jauh dari mobil yang sudah terbakar dan pastinya sebentar lagi akan meledak. Gio meletakkan tubuh istrinya dengan pelan di tengah lebatnya hujan malam. Hatinya hancur berantakan melihat kondisi Diana.Wajah Diana hampir tidak bisa dikenali karena darah yang menutupi seluruh wajahnya. Tidak jauh berbeda dengan dirinya yang juga berlumuran darah. Tapi melihat kondisi sang istri, Gio bahkan tidak merasakan apa-apa lagi. Jiwanya bahkan seakan hilang bersama jiwa istrinya yang tidak sadarkan diri. "Diana.." dengan suara bergetar dia menggerakkan tubuh sang istri berharap mendapatkan respon, tapi hanya tubuh diam tak bergerak yang ada di hadapannya sekarang. Diana tidak meresponnya. dia pun memeluk erat tubuh Diana dan menangis tersedu-sedu. "Bertahanlah sayang, aku akan mencari bantuan." Ucapnya lemah sambil memeluk erat tubuh istrinya yang sudah tidak bernapas. Apa? Tidak, Diana pasti masih hidup. Istriku tidak mungkin meninggalkanku seperti ini. Tidak mungkin. Dengan penuh ketakutan dia meraba leher sanga istri dan memeriksa nadinya, tapi tidak ada tanda kehidupan di sana. jantung Gio semakin bergemuruh, ini tidak nyata. Dirinya pasti bermimpi. Iya ini hanya mimpi. Gio kembali memeriksa pergelangan tangan Diana tapi ternyata detak lembut yang menandakan kehidupan seseorang tidak terasa lagi di pergelangan tangan sang istri. Air mata Gio mengalir bersama hujan yang menyatu dan mengalir membasahi wajahnya. Dan seolah ingin meyakinkan dirinya jika apa yang di alami ini hanyalah ilusi yang sama sekali tidak nyata, Gio lalu mendekatkan jari telunjuknya ke hidung Diana, tapi lagi-lagi dia tidak merasakan apa-apa selain terpaan air hujan yang semakin deras mengguyur. Jiwa Gio seakan terenggut paksa dari raganya, sakit, hancur. Hanya itu yang dia rasakan. Dia memelukku erat tubuh sang istri. "AAAAAHHHHHHHH….!!!!!" Teriakannya menggema di tengah malam yang dingin tanpa satu pun yang bisa mendengarnya. Akhirnya tubuhnya pun lunglai dan roboh ke tanah bersama tubuh kaku istrinya. Sementara itu di waktu yang sama, di sebuah ruangan. Terdengar suara teriakan kesakitan seorang wanita menggema di tengah lebatnya hujan malam. "Iya, Bu. Ayo dorong, sedikit lagi. tarik napas dalam, dorong Bu." Seorang dokter bersama bidannya tengah berupaya membantu wanita yang ada di hadapannya. "aku tidak kuat lagi, ah, mas." Ucap sang wanita sambil terus menggenggam erat tangan suaminya yang terlihat tegang melihat proses kelahiran putri pertama mereka. Putri yang sudah mereka nanti-nantikan selama 10 tahun. Dan akhirnya hari ini, sang istri tengah berjuang dengan segala kekuatannya. Meski tahu jika umur dan tenaganya sudah tidak mendukung untuk melahirkan secara normal, tapi sang istri bersikeras untuk melahirkan putrinya dengan normal. "Sayang, kuatkan dirimu. Sedikit lagi. Ayo sayang, bukankah kau sendiri yang menginginkan putri kita lahir secara normal? Ayo sayang, sebentar lagi kita akan melihat putri kita." Entah kekuatan dari mana, setelah mendengar ucapan sang suami, wanita itu menarik napas dalam-dalam dan dengan sekali dorongan, dia menggenggam tangan suaminya. "Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa….!!!!" Teriaknya dengan sekuat tenaga. "Oeee…oeeen …oeee….!!!" Suara tangisan bayi menggema menandakan kehidupan baru bagi seorang anak manusia yang sudah terlahir ke dunia ini. terlihat cahaya putih bergerak sangat cepat dan masuk ke tubuh bayi itu dan menyatu ke dalam raga dan jiwanya. "selamat Tuan Kizara dan nyonya, Anda sudah menjadi orang tua. Putri Anda sangat cantik." Ucap sang dokter dengan senyum puas. Bidan yang membantunya dengan sigap membersihkan darah yang masih menempel di tubuh sang bayi, kemudian memotong tali pusarnya dengan sangat terampil. Kedua suami istri itu tampak sangat bahagia melihat bayi mereka telah hadir di tengah- tengah kehidupan dan memperlengkap kebahagiaan mereka. Dokter lalu menyerahkan sang bayi kepada ayahnya untuk diazani. Dengan air mata haru, sang ayah n menerima putrinya dan mencium nya dengan lembut, lalu mulai mengadzani bayi mereka. "silakan memberi bayinya asi eksklusif." Ucap sang dokter lalu keluar dari ruangan, memberikan privasi untuk kedua orang tua baru itu. Sementara itu, sepasang mata dengan sorot mata yang tajam, menyaksikan kebahagiaan kedua suami istri dengan kelahiran bayi mereka tatapan mata penuh kebencian. "Aku tidak akan membiarkanmu hidup bahagia Kizara, setelah apa yang sudah kau lakukan dengan kehidupanku. Akan kupastikan kau akan terus menderita sampai akhir hayatmu." Janjinya dengan sungguh-sungguh. Dia lalu menyentuh wajahnya yang tertutup hoodie, di sana terlihat beberapa bekas goresan berada di pipi sebelah kiri. Lama dia menatap keduanya sebelum melangkah pergi. ****** Gio membuka mata, dia melihat langit-langit ruangan yang berwarna putih. Dia lalu mengedarkan pandangannya bingung. Dimana aku? pikirnya. Tiba-tiba sekelebat ingatan tentang kejadian yang di alaminya kembali memenuhi ingatannya dengan sangat jelas. "Diana..!!" ucapnya lalu bangkit dan berusaha turun dari pembaringan, tapi tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit. Sehingga dia kembali terduduk di lantai. "Gio.. sayang, ayo kembali ke pembaringan. Tubuhmu masih lemas. Ayo nak." Ucap sang ibu lalu membantu putranya kembali ke kasur. "Tidak ma, aku ingin bertemu Diana dulu. Mana istriku,? Kami ada berita bahagia untukmu. Diana hamil." Ucap Gio dengan senyum sumringah, tapi bukannya bahagia mendengar berita itu, sang ibu malah menangis. "Gio, maafkan mama, tapi Diana.. dia, sudah tidak ada, sayang," ucapnya dengan lemah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN