Pemaksaan

1198 Kata
Betapa terkejutnya Ayuna setelah mendengar apa yang baru saja ibunya katakan. Dia tanpa sadar berdiri dari dudknya dan menatap ibunya dengan tatapan tidak percaya. Melihat reaksi Ayuna, senyum yang tadinya terbit di bibir sang ibu berubah menjadi tatapan tajam penuh amarah. “Mah, aku tidak ingin menikah dengan orang itu. Lagipula, aku baru saja bekerja dan sangat nyaman dengan pekerjaanku sekarang.” Tolak Ayuna. Dia mundur selangkah saat dilihatnya sang ibu berdiri dan menghampirinya dengan wajah yang menggelap. "Plak..! berani-beraninya kau menolak keingainanku. Apa kau tidak berpikir bagaimana kehidupan kita nantinya jika kau menikah dengan tuan Dirman. Kau tidak perlu bekerja lagi, kau akan hidup enak begitu juga dengan mamah. Apakah kau tidak ingin hidup nyaman?” tamparan keras ibunya membuat Ayuna hanya bisa menunduk menahan sakit, perkataan ibunya pun hanya dia telan dengan hati yang sangat terpuruk. Bagaimana bisa dia menikah dengan duda dua anak itu, semetara dirinya sama sekali tidak pernah berpikir untuk menikah dan hidup bersama seorang lelaki apalagi orang asing baginya. Dengan sisa keberanian yang dimilikinya, Ayuna menatap sang ibu dengan derai air mata yang sudah membasahi pipinya. “Mah aku mohon, beri aku kesempatan untuk membuktikan jika aku bisa membuat ibu bahagia dan memberikan uang walau tidak dengan menikahi pria itu. Aku berjanji mah beri ak…” “Tidak, jika aku menunggumu untuk memberi kenyamanan hidup dengan kerja kerasmu, harus sampai kapan mama harus menunggu itu hah? Inilah saatnya kau membalas budi padaku atas apa yang selama ini aku berikan sehingga kau bisa seperti ini. sekarang kau bersiaplah, temui dia. Tuan Dirman akan datang sebentar lagi. Mama tidak mau terima kata penolakan. mengerti..!” ucap ibunya lalu meninggalkan Ayuna yang berdiri dengan perasaan yang kacau. Sungguh hidupnya berada dalam bencana sekarang, tidak ada seorang pun yang bisa menolongnya dari masalah yang tengah di hadapinya saat ini, pekerjaan yang juga sudah di ujung tanduk, ibu angkat yang memaksanya menikah dengan duda benar-benar membuatnya terpuruk. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Sadar tidak akan ada yang bisa dia lakukan selain menuruti kemauan sang ibu, Ayuna berjalan dengan lesu menuju kamarnya. Kembali dia mendengar teriakan ibunya yang mengingatkan untuk bersiap dan hal itulah yang harus dia lakukan. “Ayuna, tuan Dirman sudah menunggumu di mobilnya, lekas keluar dan ikut dengannya. ingat, menurutlah padanya jika tidak ingin melihat mama murka.” Pesan ibunya sebelum menyeret Ayuna keluar dari kamar. Dengan langkah yang begitu berat, Ayuna berjalan menuju sebuah mobil merah yang terparkir di depan halaman rumah sederhana milik Ayuna dan ibunya. Persaannya begitu kacau, dia tidak ingin menemui pria itu tapi paksaan ibunya dan amarah yang nanti akan diterimanya membuat gadis itu melangkah menghampiri mobil itu. Pintu mobil langsung terbuka tatkala Ayuna berada tepat di samping mobil itu, dadanya berdegub kencang melihat seorang pria paruh baya tersenyum lebar kepadanya. Senyum yang sangat menakutkan bagi Ayuna. “Naiklah, jangan takut.” ucap pria itu saat Ayuna hanya diam berdiri di tempatnya. Ayuna menelan ludahnya dan menoleh ke arah rumahnya seakan berharap ibunya berubah pikiran dan memintanya kembali kedalam rumah. akan tetapi, harapan itu hilang begitu saja saat melihat sorot mata tajam sang ibu dan anggukan ynag mengisyaratkan jika dirinya harus masuk ke dalam mobil dan mengikuti pria itu kemana pun dia pergi. Dengan terpaksa Ayuna menggerakkan kakinya memasuki mobil pria itu dan duduk di sampingnya. Ayuna bisa merasakan tatapan nakal mata pria yang ada di sampingnya itu dan itu membuatnya merinding. Dia tanpa sadar memegangi kedua lengannya. “Apa kau kedinginan?” tanya pria itu seolah perhatian, dia bahkan sudah membuka jaketnya untuk dipakaikan kepada Ayuna tapi dengan cepat Ayuna menggeser tubuhnya ke samping saat pria itu hendak memakaikan jaket tersebut. “Ah, terimakasih tapi saya tidak apa-apa.” Tolaknya berusaha sehalus mungkin. Gerakan tangan pria itu pun terhenti tatkala melihat penolakan Ayuna. Pria itu tersenyum, dan lagi-lagi senyum itu membuat Ayuna merinding. “Baiklah kalau begitu, sekarang kita berangkat.” Ucapnya lalu menghidupkan mesin mobilnya dan meninggalkan tempat itu. Kesunyian mencekam sangat dirasakan Ayuna saat mobil sudah melaju dengan kecepatan sedang di atas jalan raya yang ramai. Tidak sedikit pun Ayuna berani menoleh kearah pria yang sedang mengemudi di sampingnya itu. Membawanya entah kemana dan Ayuna hanya bisa pasrah mengikuti kemana pria itu pergi. Semoga saja pria ini tidak mempunyai niat buruk. “Kamu jangan takut begitu, apakah wajah saya terlihat sangat mengerikan?” Ayuna menggeleng merespon ucapan pria itu. Iya kau sangat mengerikan. Tentu saja itu ucapannya dalam hati. “Kau memang tidak boleh takut kepadaku, karena sebentar lagi kita akan menjadi suami istri, bukankah suami istri itu seharusnya berbagi kebahagiaan dan rasa aman? Jadi bagaimana aku bisa memberimu rasa aman jika kau bahkan takut padaku?” ucap pria itu sambil membelokkan mobilnya kedalam sebuah halaman luas dan berhenti di sana. Ayuna hanya bisa meremas ujung pakaiannya tidak terima dengan apa yang di pria itu baru saja ucapkan. Entah keberanian dari mana, Ayuna mengangkat kepalanya dan menatap pria itu dengan tatapan tajam. “Maaf tapi jika anda beranggapan jika dengan ikutnya saya sekarang itu karena saya setuju dengan apa pun yang anda dan ibu saya atur, itu salah. Saya sama sekali tidak setuju dengan apa yang anda katakan. Dan anda tidak bisa memaksa saya.” Ucap Ayuna dengan tegas. Degub jantungnya masih tidak beraturan karena rasa tegang dan takut yang bercampur mejadi satu. “Oya? Berarti saya salah karena telah berpikir kamu sudah setuju karena sekarang ini kita sedang berada di halaman kantor urusan agama untuk menikah. Ibumu dan beberapa orang saksi sudah berada di dalam sana menunggu kita masuk.” “Apa..?!” ucapnya terkejut tidak percaya. Ayuna terbelalak mendengar ucapan pria itu. Ini tidak mungkin, tipuan macam apa ini? otaknya dengan cepat memerintahkan gerakannya untuk membuka pintu dan melarikan diri dari sana, tapi sayang, pergerakannya bisa terbaca dengan cepat oleh pria itu. “Tidak, kau tidak tidak bisa memaksaku seperti ini Tuan Dirman. Saya tidak ingin menikah denganmu. Tolong lepaskan saya. Saya mohon..!” derai air mata Ayuna sudah membasahi kedua pipinya yang merona. Dia tidak bisa membiarkan dirinya berakhir seperti ini. Akan tetapi pria itu malah tersenyum lebar melihat Ayuna ketakutan dan menangis, seakan dia sama sekali tidak peduli dengan pendapat Ayuna. Satu yang dia mau yaitu ingin menejadikan Ayuna miliknya. Dia sudah lama menunggu saat ini, dia ingin Ayuna dan dirinya menikah dan menghabiskan malam pertama pernikahannya dengan gadis yang sudah lama dia nanti-natikan saat dewasanya. Sejak Ayuna berusia 9 tahun, Dirman yang memiliki istri sakit-sakitan saat itu sudah sangat menyukai Ayuna dan berniat memilikinya saat umurnya sudah dewasa. Dirman bahkan telah menghabiskan banyak uang untuk diberikannya kepada ibu angkat Ayuna untuk biaya hidup gadis itu. Dan hari inilah saat semua mimpinya selama ini akan terpenuhi. “Tidak akan kubiarkan kau lari lagi Ayuna. Hari ini kau harus jadi istriku, kau harus melayaniku, aku sudah tidak sabar untuk menikmati tubuh indahmu itu di malam pertama kita. Bukankah itu sangat menyenangkan sayang?” ucapnya menyeringai dengan tatapan mata buas menakutkan, menarik tangan Ayuna keluar dari mobil dan menyeret gadis itu masuk kedalam ruangan. “Tidak, aku mohon aku tidak mau.. tolong..!!” Ayuna meronta sekuat tenaga berusaha lepas dari pria itu, dia berteriak keras berharap ada seseorang yang akan menolongnya tapi sepertinya itu sia-sia. Pria itu sudah membawanya masuk ke dalam ruangan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN