Tawaran

1196 Kata
Sehari setelah kejadian itu, Ayuna terlihat masih bekerja seperti biasa. Meskipun perasannya sudah was-was menunggu panggilan untuk pemecatannya, tapi sebelum ada panggilan apa pun padanya, dia harus tetap bekerja. Mungkin saja akan ada keajaiban sehingga dia bisa terlepas dari pemecatan. Yah semoga saja. Ayuna memersihkan area pantry dan sekitarnya dengan tekun seperti biasa, dia tidak pernah sekalipun meninggalkan ruangan yang menjadi bagiannya itu. Sejak kemarin, dia hanya di beri tugas di bagian pantri saja. Teman-temannya melarangnya untuk menampakkan diri. Sehingga setelah semuanya sudah rapih dan bersih, dia pun hanya duduk di pojokan sambil memikirkan apa yang akan terjadi padanya nanti. “Pekerjaanmu sudah selesai?” Ayuna menoleh mendengar suara lembut Abram yang menyapanya. Gadis itu tersenyum. “Iya, saya masih belum diizinkan keluar dari ruangan ini kan? padahal ruangan lain ingin saya bersihkan juga.” Keluhnya sambil menggeser tubuhnya kesamping memberi ruang kepada Abram untuk duduk. “Lebih bagus begitu kan? Kerjaanmu jadi berkurang. Daripada kau bertemu mak lampir itu lagi, mending sembunyi dulu di sini.” Canda Abram. Mendengar itu Ayuna jadi terdiam, pikirannya kembali melayang mengingat kejadian kemarin. Dia kemudain melihat Abram yang juga tengah memberinya tatapan lembut. “Apakah aku akan dipecat?” tanya Ayuna dengan wajah sedih. “Kita berharap yang baik saja, semoga kau tidak di pecat. Pak Darto pasti akan membantumu. Kami juga akan berusaha agar kau tidak di pecat. Kau tenang saja.” ucap Abram menenangkan Ayuna. Gadis itu hanya mengehela napas panjang. “Semoga saja.” ucapnya penuh harap. “Sudah kau jangan murung begitu, bagaiman kalau istirahat nanti kita makan di warung langgananku. Tenang saja, aku yang traktir.” Ajak Abram. Ayuna menaikkan alisnya, “Benarkan kita bisa keluar kantor buat makan siang?" "Iya, kenapa tidak?" "Baiklah aku mau. Apalagi ditraktir.” Ucap Ayuna senang. Abram hanya mengangguk dan tersenyum. Tatapan matanya yang lembut dan dalam terus menatap Ayuna yang kini sudah sedikit terhibur olehnya. Saat waktu istirahan tiba, mereka berdua pun keluar dari kantor dan berjalan menuju warung yang terletak di seberang jalan. Rupanya mereka tidak berdua saja karena saat diperjalanan hendak keluar ruangan, mereka berpapasan dengan Anita dan beberapa teman mereka yang lain. Setelah makan dan bercengkrama beberapa saat, mereka kembali ke kantor dan bekerja seperti biasa. Belum ada tanda-tanda akan ada pemanggilan atau semacamya untuk Ayuna. Pak Darto juga sudah mengetahui jika Ayuna mendapatkan masalah, dan dia siap membantu. Meski sedikit lega dan berharap-harap cemas, Ayuna tetap fokus menyelesaikan pekerjaanya sampai akhirnya mereka pulang kerumah masing-pmasing. Ayuna bisa bernafas lega untuk hari ini karena tidak ada panggilan untuknya tapi entahlah kalau besok-besok. Yang jelas dia akan mempersiapkan diri untuk itu. Desahan nafas panjangnya ternyata disadari oleh sahabat sekaligus tukang ojek langgananya, Indra. “Apakau sedang ada masalah?” Tanya pria itu saat tanpa Ayuna sadari, Indra sudah berada di hadapannya. Siap untuk mengantarnya pulang. Ayuna sedikit terkejut, karena Indra tiba-tiba saja ada di hadapannya. Dia tersenyum saat melihat pria itu menyodorkan helm untuknya sebelum naik ke atas motor. “Kamu belum jawab pertanyaanku, Ayuna.” Ucap Indra mengingatkan, dia belum berniat meninggalkan tempat itu sebelum Ayuna memberikan menjawabannya. “Ayo jalan yuk.” Bukannya menjawab, Ayuna malah menepuk bahu Indra member isyarat agar pria itu menjalankan motornya. Indra pun melarikan morornya dan membelah jalan yang berdebu dan macet. “Loh, inikah jalan menuju taman, kenapa kita leawt sini? Aku mau segara pulang.” Protes Ayuna saat mereka tidak melewati jalan yang biasa mereka lalui untuk kembali ke rumah. Indra kemudian menghentikan motornya di depan sebuah kursi yang berada di taman hijau yang indah. Dia turun dari kotor dan Ayuna pun melakukan hal yang sama meskipun dalam hati gadis itu masih bingung apa yang di lakukan sahabatnya ini? jangan bilang Indra ingin menghabiskan waktu di taman ini dan membiarkan ibu anghatnya menunggu dengan penuh amarah karena terlambat pulang ke rumah. “Kenapa kita berhenti di sini sih? Ayo pulang saja. nanti ibuku marah.” Pinta Ayuna, dia tidak ingin terlibat masalah lagi dengan ibunya itu, sudah bebrapa hari ini mood ibunya baik sehingga dia tidak pernah kena hukuman apa pun. Tapi jika sekarang dia berulah dengan terlambat pulang ke rumah, Ayuna tentunya akan mendapat masalh besar. “Tunggu sbentar dulu, aku mau kau ceritakan masalah apa yang menimpamu. Kau selama ini selalu menceritakan apa pun kepadaku. Sejak kemarin aku perhatikan kau bersikap aneh, tidak seperti biasa. Jadi cepat ceritakanlah padaku, kenapa sekarang kau menyembunyikannya? Semakin cepat kau ceritakan kepadaku, semakin cepat kita meninggalkan tempat ini.” Kata Indra sedikit memaksa, pria tampan itu tidak bisa melihat Ayuna memperlihatkan wajah murungnya. Selama ini gadis yang yang dicintainya itu selalu mengeluh dan meminta bantuannya sehingga Indra merasa aneh dan ada yang kurang jika Ayuna hanya terdiam dengan wajah murungnya itu. Karena tatapan Indra yang intens kepadanya, dengan terpaksa Ayuna menceritakan masalah yang telah menimpanya. “Bosmu itu samgat ketrlaluan jika hanya gara-gara itu saja kau sampai di pecat.” Komentar Indra kesal setelah mendengan cerita Ayuna. Dia tidak habis pikir, ada orang yang seegois dan tidak berperasaan seperti itu. Diam-diam dia merasa bersalah karena dirinyalah sehingga Ayuna bisa terkena masalah. Seandainya saja dia tidak menawarkannya pekerjaan itu, sahabat sekaligus orang yang di sayanginya ini tidak akan tertimpa kesulitan. Indra menatap Ayuna dengan tatapan penuh penyesalan, “Ayuna, maafkan aku yah, andai saja aku tidak menawarimu pekerjaan itu kau mungkin sudah bekerja di tempat lain yang lebih bagus dari tempat kerjamu sekarang. Kau tidak akan mendapatkan musibah ini.” ucapnya. “Kau bicara apa sih, kenapa harus minta maaf segala? ini memang sudh takdirku kok. Aku hanya berharap, ibu tidak akan tahu soal pemecatannku nanti. Aku harus mendapatkan pekerjaan baru jadi tidak akan ada masalah.” Ucap Ayuna, dia tampak berpikir dan berusaha mencari solusi sendiri untuk memecahkan masalahnya itu, sementara Indra mengangguk. “Baiklah, aku akan membantumu mencari pekerjaan baru, jika memang kau dipecat kau langsung bisa pindah di tempat kerja barumu. Ayo naik, aku antar kau pulang.” Tanpa menunggu diminta 2 kali, Ayuna segera naik ke atas motor sebelum Indra melajukan laju motornya. *** “Kau baru pulang? Sudah jam berapa ini?” tegur ibu angkatnya saat Ayuna baru saja membuka pintu kamar. Gadis itu menoleh kebalakang dan melihat sang ibu berdiri dengan tatapan tajam. “Ada pekerjaan tambahan di kantor, ma.” jawabnya berbohong, dia sudah merasa ketar ketir jika ibunya akan menghukumnya lagi tapi anehnya tatapan tajam ibunya seketika berubah menjadi senyuman lembut tapi terlihat mencurigakan di mata Ayuna. Ibunya tidak pernah sekalipun tersenyum seperti itu kepadanya. Ada apa dengan ibunya hari ini? “Oh baiklah, tidak apa-apa. Kemarilah.” Ayuna semakin bingung dengan sikap tak biasa ibunya itu. Dengan ragu Ayuna melangkah kearah sang ibu angkat dan berdiri tepat di depannya. “Ada sesuatu hal penting yang akan mama akan sampaikan kepadamu.” Ucap ibu angkat Ayuna. “Apa itu ma?” Ayuna memberanikan diri bertanya, dia menalan ludahnya karena gugup. “Sini, kita duduk dulu.” Sang ibu mengajaknya duduk di kursi, Ayuna melangkah mengikuti ibunya dan duduk di hadapan sang ibu. “Ayuna, kau kenal tuan Dirman kan?” Ayuna mengernyitkan keningnya. Dia mengangguk. “Tadi dia datang berkunjung dan hendak melamarmu. Jadi mama pikir. Dari pada kita terus-terusan hidup susah seperti ini, ada baiknya kau menikah saja dengannya.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN