pindah

1131 Kata
“Ayuna, kau di minta ke ruangan CEO sekarang.” Semua orang yang ada di ruangan itu terkejut bukan main, apa hal yang membuat Ayuna bisa sampai di minta ke sana? Apa karena dia terlambat masuk tadi atau karena apa? Semua pertanyaan itu muncul dari benak mereka, semua menghawatirkan Ayuna, terlebih Anita yang sejak tadi memperhatikan Ayuna yang memang sudah terlihat tidak nyaman sejak dia memasuki ruangan. Ayuna masih menatap Pak Darto, dirinya memang sudah menduga akan terjadi hal seperti ini tapi dia sama sekali tidak menyangka akan secepat ini. “Kau jangan Khawatir, ini bukan panggilan pemecatan saya sudah pastikan itu kepada beliau.” Ucapan Pak Darto akhirnya mengembalikan kesadarannya. “Ayuna, jangan takut. Kau tidak akan di pecat. Kau sudah bekerja dengan baik jadi yakinlah dan sebaiknya segaralah bergegas kalau tidak ingin Pak Gio berubah pikiran.” Ucap Anita memberi semangat kepada Ayuna karena gadis itu terlihat tegang dan ketakutan. Ayuna menatap Anita, andai saja sahabatnya ini tahu alasan di balik pemanggilan dirinya. Tapi setelah mendengar ucapan Anita, Ayuna merasa sedikit lebih lega. Semua ketakutannya berangsur hilang, Ayuna merasa sangat beruntung memiliki orang-orang yang sangat baik di sekitarnya. “Terima kasih atas mbak, kalau begitu saya pergi dulu.” Ucap Ayuna tersenyum lalu melangkah meninggalkan ruangan. Sesampainya di depan pintu kaca besar ruangan CEO, Ayuna hanya berdiri dan sesekali menghela nafas dalam. Detak jantungnya sudah tidak terkontrol lagi. setelah dia memasuki ruangan itu, entah akan bagaimana nasibnya. “Tok..tok..!” Gio mendengar ketukan lembut dari arah pintu, sejak melihat Ayuna tadi, perasaan dan pikirannya kacau. Perasaan kesal, sakit dan senang memenuhi relung hatinya di saat yang bersamaan. Matanya tertuju pada pintu kaca buram, tampak bayangan seseorang sedang berdiri di depan pintu menunggu persetujuannya. Gio lalu beranjak dari duduknya dan melangkah menghampiri pintu kemudian membukanya. “Masuklah..!” ucapnya singkat. Ayuna dengan ragu melangkahkan kakinya memasuki ruangan Gio. aroma ruangan seketika memenuhi rongga hidungnya dan entah kenapa aroma itu membuatnya tenang. Dia masih berdiri sambil tertunduk saat Gio sudah duduk di sofa dan menatapnya dengan tajam. “Duduklah, apakah kau akan selalu disuruh untuk setiap sesuatu yang seharusnya kau lakukan dan mengabaikan larangan yang seharusnya tidak boleh kau langgar?” Dengan cepat Ayuna duduk, dia tahu jika yang akan pria yang ada di hadapannya itu bahas adalah kesalahannya pada saat itu. “Kau mau minum apa?” Terkejut, Ayuna mengangkat wajahnya dan menatap Gio. Gadis itu menggeleng. “Ti..tidak usah pak. Terima kasih.” Tolaknya. “Baiklah, sekarang aku akan langsung pada intinya saja.” ucap Gio sambil terus menatap kearah Ayuna yang merasa semakin kikuk. “Apa yang kau lakukan kemarin adalah pelanggaran aturan yang setiap pelanggarannya harus di berikan sanksi. Dan kau akan mendapatkan sanksimu. Sekarang tanda tangani ini.” ucap Gio sambil menyerahkan selembar kertas. Ayuna menatap kertas itu sekilas kemudian menatap Gio sebelum menerima kertas itu. “Ini kertas apa pak?” “Itu adalah surat kontrak pemindahanmu dari OB menjadi Asisten pribadiku.” Ayuna tersentak, dia mengangkat kepalanya dan menatap Gio tanpa kedip. Apa? Asisten pribadi, apa maksudnya ini? “Ah, i..ini apa maksudnya pak? Asisten pribadi?” Ayuna masih syok saat Gio bangkit dari duduknya dan melangkah menghampiri Ayuna dengan senyum seringainya. “Setelah ku pikir-pikir, dengan keberanianmu mengintip privasiku kemarin, aku bisa menarik kesimpulan jika kau sangat tertarik oleh kehidupanku. Jadi aku memutuskan untuk menjadikanmu asisten yang akan selalu membantuku dalam segala hal yang menyangkut urusan pribadiku. Bagaimana menurutmu?” Nafas Gio menyapu wajah Ayuna membuat gadis itu memalingkan wajahnya. Ada gemuruh yang tidak terkontrol di dalam dadanya, yang entah itu apa. Apa-apaan pria ini, apakah sikap berkarisma yang dia tunjukkan kepada seluruh karyawannya hanya sebuah akting saja. Karena pada kenyataannya pria ini tetaplah pria m***m yang kurang ajar. Ayuna memang selalu merasa tidak pernah percaya diri akan segala hal menyangkut keadaannya, karena dia beranggapan jika sedikit pun tidak ada yang bias dia andalkan. Karena itulah dia bisa dengan mudah menerima penghinaan orang lain. Selama ini dia sudah sangat terbiasa dengan semua cercaan dan hinaan dari orang-orang terutama sang ibu yang membesarkannya. Akan tetapi, entah kenapa, kali ini dia merasa seperti di lecehkan dan dianggap seperti w************n oleh Gio. Amarahnya tiba-tiba mencuat, dia tidak bisa terima diperlakukan seperti itu. Dengan semua kekuatan yang dia miliki, Ayuna mendorong Gio dengan kuat sehingga pria itu terhuyung mundur kebelakangan. Tatapan mata tajam Ayuna menyala penuh emosi, dia juga tidak mengerti ada apa dengan dirinya? Tidak biasnya dia bersikap seperti itu. Seakan ada kekuatan aneh dari dalam dirinya yang memaksanya merespon perlakukan Gio. “Apa maksud bapak dengan mengatakan jika saya tertarik dengan kehidupan pribadi bapak? Itu sama sekali tidak benar! Saya sudah bilang jika kejadian semalam itu sungguh dia luar kesengajaan saya, dan saya sudah meminta maaf atas kejadian itu. Saya tidak mau menjadi pelayan anda.” Tolak Ayuna dengan sengit, dia merasa direndahkan oleh pria playboy di hadapannya itu terserah pria itu ingin memecatnya atau tidak karean sekarang Ayuna sudah tidak peduli lagi. Segera Ayuna berdiri dari duduknya dan melangkahkah kakinya ke arah pintu, namun tiba-tiba saja tubuhnya melayang dan berada di atas gendongan Gio. “Ah.. apa yang Anda lakukan. Lepaskan, kalau tidak saya akan berteriak dan semua orang akan menganggap Anda telah melecehkan saya!” ucap Ayuna panik, tapi Gio tidak bergeming, dia bahkan membawa Ayuna ke dalam kamar pribadinya dan mengunci pintu dari dalam. Menghempaskan tubuh Ayuna di atas kasur dengan senyum seringainya. Ayuna semakin panik, apa yang akan dilakukan pria ini kepadanya, tidak. Dia harus segera melarikan diri. Gadis itu bangkit dan berlari kerah pintu tapi ternyata pintu itu terkunci. Ayuna kemudian menoleh ke arah Gio tapi malah semakin panik karena Gio ternyata sudah tepat berada di belakangkannya. Mengurungnya dengan kedua tangan kekarnya sehingga Ayuna hanya bisa menatapnya dengan penuh ketakutan. “Pak, tolong jangan lakukan ini padaku. kasihanilah saya pak, aku hanya seorang gadis miskin yang mencari nafkah di perusahaan besar milik Anda. Tidak ada sama sekali niatan saya untuk bersikap tidak sopan atau semacamnya. Saya tidak sengaja. Saya meminta maaf.” Kali ini Ayuna kembali pada sikapnya seperti biasa, tertunduk dan penuh ketakutan. “Menarik, kemana sikap beranimu yang baru saja kau tunjukkan padaku? aku sangat menyukai itu. Tidak pernah satu pun wanita yang pernah bersikap seberani itu kecuali…” Gio menahan ucapannya, dia tiba-tiba teringat Diana. Entah kenapa, kemarahan dan sikap berani yang di tunjukkan Ayuna sangan mirip degan sikap sang mendiang istrinya dan itu membuatnya dirinya semakin kesal dengan gadis yang ada di hadapannya ini. Untuk itu, dia akan menjadikan gadis muda ini sebagai pelampiasannya. “Kau bilang kalau kau hanya gadis biasa yang butuh uang kan? Sebaiknya kau terima saja tawaranku dan kau akan mendapatkan yang kau mau. Karena… kau tau, aku bukan meminta persetujuan darimu, tapi seperti yang aku bilang sebelumnya, jika kontrak itu adalah sanksi yang harus kau terima, mengerti?!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN