Aku dimana?

1286 Kata
"Hah.. Hah.." Bella yang mulai sadar dari pengaruh minuman. Dia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ia merasa baru saja tergelam dalam laut. Entah tadi mimpi atau tidak. Baginya seperti kenyataan yang membuat dia hampir saja kehilangan nyawanya. Wanita berambut sepunggung itu memutar matanya. Dia merasa sangat aneh dan asing dengan ruangan kamar mandi ini. Ahh... Kepalaku. Apa yang terjadi padaku. Dan kenapa? Kenapa aku bisa tenggelam di bathtub ini.. Bella mengernyitkan matanya mencoba melihat seluruh penjuru ruangan. "Aku di mana? Rumah siapa ini? Kenapa terlihat begitu asing? Dan, apa yang sebenarnya terjadi padaku?" gumam Bella, pikirannya melayang cepat memikirkan hal aneh dalam dirinya. Dia sontak menundukkan kepalanya, melihat bajunya yang masih lengkap. Bella menghela napasnya lega. Mencengkeram ujung atas bajunya, dan beranjak berdiri. "Aaww--" rintih Bella, memegang kepalanya yang masih terasa sangat pusing. "Kenapa kepalaku semakin pusing sekali." Bella beranjak dari dalam bathtub secara perlahan. "Aku harus pergi," Langkah Bella terhenti di saat dia mendengar suara gemericik air dari shower menghantam lantai begitu kerasnya. Bella berjalan mendekatinya, dengan langkah mengendap-endap mencoba mencari tahu siapa yang berada dalam kamar mandi berdua dengannya itu. Hanya beda tempat. Dan terhalang pembatas kelambu putih yang menutupnya. Bella menelan ludahnya susah payah. Degup jantungnya semakin cepat, berjalan was-was. Dengan tubuh mulai gemetar takut. Jemari tangannya memegang pintu bergeser itu. Perlahan mulai membukanya. Kedua mata Bella tertuju pada hal yang semestinya tidak dia lihat. Kedua matanya mengerjap terkejut beberapa detik seketika langsung teriak sekencang-kencangnya Aaaa..... Aaahhhh...... Sontak Bella berteriak keras, hingga menggema seluruh penjuru ruangan bersamaan berpadu dengan teriakan Deon. Seakan merasa sedang berlomba berteriak. Untung saja kamar itu kedap suara dan sudah di desain khusus untuk tuan muda Deon. "Apa yang kamu lakukan di sini?" umpat Deon, sembari menahan senyum di bibirnya. Saat melihat wanita aneh itu surah sadar dari pengaruh minuman. Kedua mata Bella bergerak perlahan naik turun. Bella segera memalingkan tubuhnya. "Astaga, apa yang aku lihat. Mataku ternodai. gerutu Bella. "Maaf, maaf! Aku tidak sengaja," Ia menutup ke dua matanya dengan telapak tangan. Apa yang kamu lihat Bella. Aa.. ini begitu menjijikkan. Aku gak bisa bayangin. Apa yang aku lihat tadi. Rasanya ingin sekali muntah. Atau malah senang. Bella bergidik geli membayangkan hal memalukan tadi. Deon tersenyum, menarik ujung bibirnya, dia meraih handuk di depannya, dan memakainya menutupi pinggang sampai lututnya. Kemudian melangkah mendekatinya. Mendekatkan bibirnya tepat di telinga kanan Bella yang masih berdiri membelakangi Deon. "Kenapa kamu tidak mau melihatnya," bisik lembut Deon menggoda. "Maaf! Aku pergi dulu. Sepertinya salah kamar." Bella mencoba pergi. Langkah kakinya terhenti, saat tangan kekar memegang lengannya erat. "Kamu mau kemana? Bukannya kamu yang memulai duluan. Sekarang pergi begitu saja." Bella memutar bibirnya, dengan bola mata yang ikut berputar mencoba mengingat lagi apa yang terjadi pada dirinya. "Siapa yang memulai?" gunan Bella bingung "Bentar! Bentar! Bukannya aku tadi di klub malam?" Bella menoleh, kedua alisnya mengkerut di saat melihat wajah Deon secara detail. "Apa kamu tadi yang bawa aku ke sini?" tanya Bella, menarik alisnya bersamaan ke atas sedikit menantang. Dan, Deon hanya membalas dengan senyum tipis, dengan sudut bibir sedikit tertarik, memalingkan wajahnya acuh. "Apa yang kamu katakan? Mungkin kamu lupa, atau jangan-jangan kamu memang sengaja ingin mengintip aku mandi." Deon melangkah ringan, mendekati Bella. Sontak membuat wanita itu berjalan mundur ke belakang was-was. "Jangan mendekat!" pinta Bella. Tubuhnya bersandar pada pintu kamar mandi, dengan tangan kanan yang sudah memegang knop pintu. Dan, siap membukanya. Deon tersenyum samar, memegang tangan Bella yang masih memegang gagang pintu, tubuhnya sedikit dekat. Tatapan mata mereka saling terkunci dalam diam. Di pacu hembusan napas berat mereka yang saling berlomba. "Apa kamu tertarik padaku," bisik Deon, menarik turunkan alisnya dengan senyum menggoda. Bukanya Bella suka, dia memicingkan matanya heran. Menatap setiap detail dari ujung kaki hingga kepala. Ia menghela napasnya, lalu menggelengkan kepalanya. "Kenapa?" "Tidak ada spesial darimu. Terus apa yang aku suka." Deon berdengus kesal. Menajamkan pandangan matanya. Kedua tangannya menempel di pintu mengunci pergerakan Bella. "Kamu bilang apa? Apa kamu gak mikir diri kamu seperti apa?" Deon meraih helaian rambut hitam Bella, menghirup aroma bunga yang semerbak begitu menyeruak masuk dalam penciumannya. Lalu melemparnya ke sembarang arah. "Bau busuk. Apa juga yang spesial darimu." pekik Deon. Dia tidak mau mengakui jika memang Bella begitu harum. Meski kebanyakan bau alkohol yang menyeruak di indra penciumannya. "Kalau begitu lepaskan aku. Jangan sentuh aku, tuan!" Bella mempertajam pandangan matanya. Deon mendekatkan tubuhnya, helaan napas mereka saling berpacu ke dua kalinya. "Kamu yang memulainya, aku tidak akan melepaskanmu. Dan jangan harap kamu bisa lepas dariku." Deon dengan percaya dirinya memegang pinggul Bella, membuat wanita itu terkejut. Sontak dia mendapatkan tendangan kusumat dari wanita itu tepat mengenai sasarannya. "Arrgg.... Telurku! Sialan! Dasar wanita..." Ucapan Deon terhenti meringis menahan rasa sakit yang sampai di ubun kepalanya. Tubuhnya seketika lemas, tangannya mencengkeram miliknya yang hampir saja pecah di buatnya, duduk di lantau, dengan tangannya kanan terangkat mencoba mencegah Bella yang sudah berlari keluar dari kamar mandi. Tubuhnya yang masih basah berlari keluar dengan langkah kaki membahasi lantai putih kamarnya. "Gadis sialan... tunggu saja pembalasanku." Teriak Deon, menahan rasa sakit. Dia mencoba berdiri tegap. Berjalan keluar dari kamar mandi meraba tembok putih di sampingnya. "Silahkan saja jika anda bisa mengejar ku, tuan m***m!" ucap Bella tanpa menoleh ke belakang. "Sialan!!" umpatnya sangat keras. *** Bella berjalan dengan langkah ringan ke dua tangan mendekap tubuhnya yang basah tersapu angin malam membuat tubuhnya semakin menggigil kedinginan. Hingga tanpa sadar tubuhnya yang gemetar itu sampai di depan rumah kecil miliknya. "Akhirnya, aku sampai juga." Bella mencari kunci rumahnya yang biasa dia simpan di bawah keset depan pintu. Atau tidak di rak sepatu tepat samping pintu. Ia yang tidak ingat menaruhnya di mana hanya duduk diam bersandar di pintu seperti orang hilang dengan wajah memelas. "Ssttt... Aku merasa sangat dingin malam ini" gumam Bella, yang semakin menggigil. Ia menekuk ke dua kakinya, memeluknya sangat erat, menyembunyikan ke wajahnya di antara lututnya. Ah... Hari ini benar-benar sial. Baru pertama kali akh mabuk. Dan tadi, aku kenapa bisa ada di kamar laki-laki itu. Apa dia sengaja membawaku... "Arrrgggt" decak kesal Bella mengacak-acak rambutnya frustasi. Cklekkk... Bruukkkk.. "Aw-- sakit" rintih Bella, ia tak sadar jika pintu itu terbuka membuat tubuhnya jatuh ke belakang. Sosok laki-laki di belakangnya, melebarkan matanya di saat melihat rambut Bella yang berantakan menutupi wajahnya. "Aaaaaa..... Hantu..." Teriak seorang menggema seluruh penjuru ruangan. Seketika membuat Bella terkejut ke dua mata yang semula ingin terpejam, kini melebar melihat sosok laki-laki yang nampak tak asing baginya. "Kamu?" Bella melompat berdiri, seakan rasa sakit punggungnya sudah hilang dalam sekejap. "Siapa kamu?" tanya Bella menajamkan pandangan matanya. Ini.. Kenapa rumah aku ada laki-laki ini. Dan dari mana datangnya dia.. Apa dia pencuri. Brukk.. Brukk.. Bella memukul berkali-kali laki-laki itu hingga membuat dia menahannya dengan ke dua tangannya. "Apa yang kamu lakukan, dasar gadis gila." "Eh.. kamu pencuri, kan?" Laki-laki itu terdiam, meraih tangan Bella. "Lihat detail, ini rumah siapa?" Bella menghela napasnya, mencoba menenangkan dirinya. "Kamu siapa?" "Kenalkan," laki-laki mengulurkan tangannya. Dan langsung di balas oleh Bella dengan gerakan ragu-ragu. "Aku Riko, kamu Bella, kan?" "I-iya, kenapa?" tanyanya bingung. Dia memutar matanya menatap sekeliling rumah dengan cat hitam dan nuansa rumah mewah yang sangat unik. Ke dua mata Bella melebar di saat tahu jika itu bukan rumahnya. Ia menelan ludahnya susah payah. Mengernyitkan ke dua matanya menahan rasa malu. Bella membuka matanya, meringis menahan rasa malunya. "Bentar... ini rumah siapa?" tanya Bella. "Ini rumahku, mungkin anda lupa. Aku baru pindah di sini. Dan ini sekarang jadi rumah aku." jelas Riko. Bella mencondongkan tubuhnya ke belakang mengintip rumahnya yang ternyata tepat di samping rumah itu. Dia meringis, menahan rasa malu dan berjalan pergi dari rumah Riko tanpa banyak bicara. wajahnya sudah memerah malu. Gimana bisa dia salah rumah. Apa yang aku lakukan tadi dengannya. Arrggg.. Benar-benar menjijikkan. Bella mengacak-acak rambutnya frustasi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN