Tolong...

1163 Kata
"Aku juga tidak tahu, tapi bagaimana bisa kamu mengenal laki-laki tampan itu?" tanya Cika. Bella menghentikan langkahnya. Menoleh cepat ke arah Cika. Mata menyipit menatap kedua jata Cika. "Laki-laki?" tanya Bella memastikan. Cika menganggukan kepalanya. "Siapa?" tanya Bella. "Mana aku tahu!" Cika menarik kedua bahu bersamaan ke atas. "Aku tidak tahu, lagian aku juga bingung kenapa kamu bisa mengenal seorang laki-laki tampak kaya. Bahkan, dia datang membawa mobil. Lalu memarkir mobilnya tepat di depan kantor!" ucap Cika. Bella mengerutkan bibirnya bingung. memutar otaknya, berpikir siapa yang ada janji dengannya hari ini. Tapi, sepertinya memang tidak ada janji dengan siapapun. Aku juga tidak punya teman laki-laki. Apalagi punya mobil. Bagaimana jika Cika berbohong padaku. "Sekarang, dia dimana?" tanya Bella. "Ikut, aku!" Cika menarik tangan Bella membawanya pergi ke lobi. Hingga ke luar dari kantor. Seorang berdiri di depan pintu kantor. Dengan tubuh menyandar di body mobil sport berwarna merah. "Itu, dia!" Cika menunjuk ke arah laki-laki di depannya. Bella terdiam seketika. Bibir menganga tidak percaya laki-laki yang sangat tidak asing di matanya. Bella berdesis pelan. "Apa yang dia lakukan disini?" gerutu Bella dalam hatinya. Bella mengerjapkan giginya. Kedua kaki menghentak ke lantai dua kali. Lalu berjalan pelan mendekati laki-laki yang ada di depannya. "Kamu suka sekali mengganggu?" tanya Bella. Menarik kedua alisnya. Tatapan mata begitu tajam. Kedua tangan berkacak pinggang. "Aku kesini hanya, ingin memberikan ini." Laki-laki itu membalas tatapan mata Bella dengan tatapan menggoda. Senyuman laki-laki di depannya begitu manis. Hingga Bella terbuai sejenak dalam surga keindahan laki-laki di depannya. Astaga... Aku tidak bisa berbohong pada diriku sendiri. Dia sangat tampan. Tapi, sayang sekali. Dia nyebelin. Sama saja seperti bos. Bella menghela napasnya. Kenapa aku kasih saja memikirkan bos. Bella tidak hentinya berbicara dalam hatinya. "Hallo... apa ada orang?" tanya Rico. Melainkan tangannya tepat di wajah Bella. "Apa?" tanya Bella. Melotot tajam Menepis tangan Rico. "Ini sepatumu, bukan?" tanya Rico. "Dari mana kamu dapatkan sepatuku?" tanya Bella. "Bella, kamu masih di luar?" suara seorang wanita yang sepertinya dia mencari dirinya. Bella yang panik. Melangkah mondar mandir di depan Rico. Mencari cara bagaimana dia bersembunyi lebih dulu. "Bella.. " "Eh... Bella, ada disini..." Bella melebarkan matanya. Menatap ke arah Rico. Dia menutup bibir Rico. Menarik tubuh Rico secara paksa agar pergi dari depan kantornya. "Kamu mau bawa aku kemana?" tanya Rico. "Ikut, aku!" kata Bella. "Jangan buat masalah di kantorku!" lanjut Bella. Membawa Rico menuju ke samping kantornya. "Apa yang kamu lakukan, lepaskan aku!" Rico mendorong tubuh Bella. "Kamu berani sekali menyentuhku?" Rico menatap tajam kedua jata Bella. Melangkah perlahan. Bella yang kebingungan. Dia melangkahkan kakinya ke belakang. Hingga punggung menyandar ke dinding. Telapak tangan Rico berada tepat di samping telinga kanan dan kiri Bella. Rico mendekatkan badannya. Aroma parfum yang menyeruak masuk ke dalam indra penciuman Bella. Aromanya begitu menyejukkan setiap wanita yang mencium aroma yang melekat di tubuh Rico. Rasanya ingin sekali memeluk tubuhnya lama-lama. Wanginya terasa soft banget. Segala unsur Floral. Citrus, Musky, Woody ada semua di tubuh Rico. Bella memejamkan matanya sejenak. Merasakan aroma yang begitu soft mulai terbiasa hidungnya mencium aroma tubuh Rico. Tanpa Bella sadari Rico mendekatkan wajahnya. Hingga berjarak satu telunjuk tangan dari wajah Bella. Hembusan napas mereka saling bersatu sama lain. Bella terkejut merasakan napas berat seorang laki-laki yang ada di depannya. Bella membuka matanya perlahan. Seketika mengerutkan tubuhnya. Sedikit menghindar dari wajah Rico. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Bella. "Harusnya aku yang tanya padamu, apa yang kamu lakukan?" tanya Rico. Mendekatkan wajahnya lagi. "Kamu suka menggoda laki-laki?" tanya Rico. Bella memicingkan matanya. "Idih, siapa juga yang mau menggodamu. Jangan terlalu percaya diri!" kata Bella. "Ikut aku!" kata Rico. Dia memegang pergelangan tangan Bella. Mencengkeramnya sangat erat. Menariknya untuk segera pergi dari sana. "Lepaskan aku! Kamu mau bawa aku kemana?" tanya Bella. Bella berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman Rico. Dia memukul lengan tangan Rico beberapa kali. Tapi, tetap saja tidak bisa melepaskan cengkraman Rico. Bella hanya bisa pasrah. Semakin dia melawan. Semakin sakit cengkeraman itu. "Kamu mau bawa aku kemana? Aku masih kerja," ucap Bella. "Hanya sebentar, saja!" kata Bella. "Tapi... Aku bisa jadi sasaran bos baru lagi!" gerutu Bella lirih. Dia menghela napasnya kesal. Kepala tertunduk pasrah dengan keadaan yang nantinya akan dialami olehnya. "Sasaran apa lagi?" tanya Rico. Membuka pintu mobilnya. Mendorong tubuh Bella secara paksa masuk ke dalam mobilnya. "Kamu mau mengusikku?" teriak Bella. "Nggak!" kesal Rico. "Emmm... jika aku jual kamu. Apa kamu masih bisa dapat tarif mahal?" Rico duduk di jok depan tepat di samping Bella. Memakai sabuk pengaman menyilang di tubuhnya. Rico sesekali melirik ke arah Bella. "Aku bisa teriak jika kamu bawa aku pergi!" ancam Bella. "Silahkan, anda teriak!" kata Rico. "Dok! Dok!" "Tolong!!" teriak Bella. Sembari menggedor kaca pintu mobil Rico. "Diamlah!" pinta Rico. Menarik tangan Bella. "Kamu mau apa? Atau, jangan-jangan kamu mau melecehkanku?" Bella menarik tangannya. Menutupi d**a dengan kedua lengan tangannya. Dia berusaha nendang Rico. "Kamu gila?" kesal Rico. "Siapa juga yang mau menculikmu!" lanjutnya. Sedikit meninggikan suara. "Jika kamu menyentuhku sedikit saja. Aku akan pukul telurmu sampai ke tulang!" Rico mengerutkan keningnya. Hingga terlihat garis halus di keningnya. "Dasar otak m***m!"Rick menghela napasnya. Dia mulai menjalankan mobilnya menjauh halaman kantor. "Apa kamu bilang?" geram Bella. Melebarkan matanya. Kedua jata yang siap menerkam mangsanya. "Gak usah banyak tingkah. Duduk dulu!" pinta Rico. "Kamu dan aku bahkan sama sekali tidak saling mengenal. Dan, kamu berani sekali bawa aku pergi? Kamu sengaja menculikku?" Bella terus berbicara tidak ada hentinya. Namun Rico sama sekali tidak mendengarnya. Dia menyalakan musik lebih keras dari pada suara Bella. Merasa sangat kesal. Bella mematikan musik itu. Bekacak pinggang menatap ke arah Rico. "Aku sudah bilang sama kamu. Jangan suka masuk kamar orang. Sekarang, rumah aku kotor. Jadi kamu segera bersihkan rumahku." kata Rico sontak membuat Bella terdiam. Mengerjapkan kedua matanya bingung. "Bentar, apa maksud kamu?" tanya Bella. "Kamu bilang, aku masuk ke rumahmu?" tanya Bella, menarik sudut bibirnya sinis. "Lihat saja nanti!" kata Rico. "Oke, Oke... Gini, ya! Aku tadi memang masuk ke rumahmu. Tapi, kakiku bersih!" kata Bella. "Kamu yakin? Tidak meninggalkan bekas?" tanya Rico. "Tapi, ini hanya masalah kotor sedikit saja. Kenapa kamu harus jemput aku di kantor. Dan, kenapa juga kamu culik aku." Bella menghenduskan napasnya kesal. "Bisa-bisa aku di pecat!" kata Bella. "Tenang saja, aku bilang sama. Temanmu, jika kamu ijin sebentar. Dan, kamu tidak akan dipecat. Jika kamu di pecat Kamu bisa bekerja di bar, kan?" kata Rico melirik ke arah Bella. sembari tersenyum tipis. Bella melirik tajam Rico. "Bagaimana kamu bisa tahu pekerjaanku?" tanya Bella. "Itu, rahasia!" "Apa kamu cari tahu tentang aku?" Rico hanha diam saja. Sampai di rumah miliknya. Rico segera keluar dari mobil. Menarik tangan Bella untuk segera keluar. Dan, memintanya masuk ke dalam. Sudah dua kali Bella masuk ke rumah itu. Dia terdiam sesaat. Melihat seisi rumah itu yang belum pernah dilihat olehnya. Kedua jata Bella tertuju pada foto dua anak kecil yang terpampang di pigora. Tepat menempel di dinding depannya. "Itu foto siapa?" tanya Bella. Menunjuk ke arah foto itu. "Sepertinya, aku tidak asing dengan anak kecil itu." lanjutnya dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN