BAB 14

1407 Kata
Selamat membaca ❤ **** Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Angrum dan Arfan masih belum pulang, masih berjalan-jalan menuju tempat-tempat yang indah. "Suda jam lima, mau pulang sekarang?" Tanya Arfan "Boleh" "Yasudah, eh pulang sekolah besok bisa ikut aku?" "Kemana?" "Bisa atau tidak?" "Tidak tahu. Aku harus melihat situasinya dulu" "Tidak akan lama. Aku akan mengantarmu pulang sebelum gelap" "Sore sekali, mau kemana?" "Bisa atau tidak?" "Aku akan Izin dulu pada ibuku" "Malam ini kamu harus memberiku jawaban yang pasti" "Iya, sama teman-teman kan?" Tanya Angrum "Berdua saja" "Memangnya mau kemana si?" "Rahasia" "Mulai menyebalkan" kata Angrum lagi, dan Arfan hanya tersenyum Mobil Arfan berhenti di depan rumah Angrum. "Mau mampir?" Tanya Angrum "Tidak, aku akan langsung pulang saja, capek" "Oh oke" "Aku akan pergi sekarang" "Iya, hati-hati. Jangan lupa memberiku kabar" "Iya Nona Manis" dan Arfan gunakan mobilnya Angrum pindah masuk kerumahnya. "Aduuuhhhh yang sudah jalan-jalan sama gebetan" celetuk Arsya "Berisik! Ibu mana?" "Belum pulang." "Kenapa? Nginep lagi?" "Merasa begitu" "Hemh" "Manja banget si kan ada Kakak" "Yaudahlah aku ke kamar dulu yah, cape" "Kalau mau makan, hanya tinggal makan, kakak sudah pulihnya" "setuju" jawab Angrum Terima kasih kepada kasur mengecek handphonenya, lihat foto-foto bersama Arfan dan tiga sahabatnya juga Alfin. Angrum tersenyum melihat-mengungkapkan Arfan yang terlihat bodoh. "Ekspresi di foto tidak sesuai dengan keadaan" Angrum berbicara sendiri *** "Selamat pagi" sapa Angrum yang baru saja datang ke kelasnya "Selamat pagi" jawab ketiga sahabatnya serentak "Baru saja aku bertemu dengan Anita." Kata Angrum "Oh yah? Lalu? Apakah dia macam-macam padamu?" Tanya Aluna semangat "Tidak, dia hanya memandang ku dengan tatapan mata elang" "Itu lebih baik" jawab Alena "Iya, kalau sampai terjadi sesuatu lagi sama kamu dan itu karena Anita, aku akan langsung mendatangani nya" Aluna kesal "Aluna memang sangat suka bertengkar dengan Anita. Itu sudah seperti hobinya" Alena angkat bicara. Angrum hanya tersenyum dan Adelia hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju pada kata-kata Alena. AlwiA 'Rum?' Alis Angrum terangkat "Kenapa?" Tanya Aluna "seperti bingung setelah melihat handphone" lanjutnya "Ada pesan dari Alwi" kata Angrum dan memperlihatkan chatnya "Aku sudah menduganya, dia memang jatuh cinta padamu" kata Aluna heboh "Luna suaranya kontrol" kata Angrum dan Aluna langsung menutup mulutnya "hanya pesan biasa saja. Tidak perlu berlebihan" protes Adelia "Kamu akan membalasnya?" Tanya Alena "Balas jangan?" Tanya Angrum "Balas saja, mungkin ada hal penting" saran Alena dan Adelia mengangguk setuju KenAngrum 'iya?' AlwiA 'kamu sedang apa? Apakah aku mengganggumu?' Angrum memperlihatkan balasan Alwi "Basa basi" celetuk Aluna KenAngrum 'oh tidak, ada apa?' AlwiA 'tidak ada. Aku hanya mengecek saja apakah ini benar kamu atau bukan' KenAngrum 'oh begitu' AlwiA 'kamu tidak belajar?' KenAngrum 'belum. Sedang menunggu guru' AlwiA 'oh begitu. Semangat Angrum, aku akan belajar sekarang' KenAngrum 'iya terimakasih, oh iya silahkan' "Hahaha terlihat di buat-buat" kata Adelia "Aku tidak suka melihatnya" kata Aluna. *** "Kami akan pergi sekarang" pamit Arfan yang menjemput Angrum dari kelasnya "Oke, hati-hati" teriak Adelia dari dalam kelas "Iya" jawab Arfan "Angrum hati-hati" teriak Aluna "Iya" jawab Angrum Keduanya berjalan dan berpisah, Angrum menuju gerbang dan Arfan menuju parkiran. "Eh Angrum" sapa Alwi yang berada di atas motornya "pulang sama siapa?" Tanyanya. "Bersamaku" kata Arfan yang turun dari mobilnya "ayo Rum" ajak Arfan "Aku akan pergi terlebih dahulu" kata Angrum kepada Alwi dan Alwi hanya tersenyum lalu mengangguk Sejak kelompok jelajah malam di acara perkemahan. Arfan cenderung lebih tidak suka terhadap Alwi. "Kita mau kemana?" Tanya Angrum "Ketemu Mamahku" jawab Arfan "Oh yah? Kerumah kamu?" Arfan hanya diam dan Angrum memutuskan untuk diam juga walaupun bibirnya kembali terangkat tanda kekesalannya tapi Angrum sudah terbiasa. Arfan memarkirkan mobilnya. Lalu turun mengajak Angrum. Keduanya berjalan melewati koridor panjang kemudian berbelok melewati sebuah taman kecil dengan rumput hijau dan masuk kesebuah kamar dengan satu jendela dan semuanya berwarna putih. Angrum hanya diam walaupun dikepalanya ada banyak pertanyaan tentang, tempat apa ini? Kenapa ibu Arfan ada disini? Dan masih banyak lagi. Namun Angrum memutuskan untuk tetap diam saja. "Hai Mah" sapa Arfan "Hai" jawab ibunya tersenyum lalu Arfan bersalaman begitupun Angrum yang tersenyum dan ikut bersalaman tangan itu terlalu dingin bagi tangan Angrum. "Kenalin, Mah ini teman Arfan, namanya Angrum Ken Nophelia, Non kenalin Mamah aku." "Angrum Tante" Angrum tersenyum memperkenalkan dirinya "Iya cantik, cantik sekali, kamu serius, kamu dengannya hanya berteman?" Tanya ibunya "Duhh terimakasih Tante" Angrum tersenyum canggung "Baru sebatas teman, tapi tidak tahu selanjutnya" kata Arfan serius dan duduk di sebuah sofa. "Duduk sayang, Tante disini, tidak apa-apa kan?" "Oh iya tante tidak apa-apa. tente disitu saja" jawab Angrum "Sudah lama kenal Arfan?" Tanya ibunya "Emmh belum lama tente, saya siswa pindahan jadi belum terlalu lama kenal Arfan" "Oh, bagaimana kenal sama Arfan?" "Arfan aneh Tante" ucap Angrum spontan kemudian Angrum menutup mulutnya "eh, maksudnya unik Tante, iya, Arfan unik" "Tidak apa-apa cantik. iya, Arfan memang aneh, dia bandel dari lahir" ibunya terkekeh "Memang sejak lahir dia udah menyebalkan yah?" "Iya Cantik, dia sangat menyebalkan, tidak mau keluar" "Dalam perut itu hanget jadi tidak bersin-bersin, oleh sebab itu aku tidak mau keluar" Arfan angkat bicara "Kamu sedang menyindir aku?" tanya Angrum "Kamu merasa tersindir?" Tanya Arfan "Tante bisa melihatnya. Dia memang menyebalkan" gerutu Angrum dia mulai biasa saja dan akrab tidak canggung lagi. "Hatinya baik ko cantik, dia palimg sensitif kalau liat orang nangis" Pantas saja, saat aku menangis di hutan dia sangat panik. Kata Angrum dalam hati "Oh yah? Tapi kadang-kadang aku menangis karenanya" "kapan? Jangan percaya itu. Dia sedang berbohong" "Jangan seperti itu Arfan" "Fitnah itu" jawab Arfan dan Angrum hanya tersenyum. "Aku akan keluar untuk membeli makanan kecil" kata Arfan dan Angrum mengangguk. Angrum hanya berdua bersama ibunya di dalam ruangan itu. Ibu Arfan berbicara banyak pada Arfan. Dan ada yang membuat Angrum diam saat Ibunya Arfan mengatakan sesuatu. Dia meminta Angrum untuk menjaga Arfan. Waktu menunjukkan pukul lima. hampir petang. "Arfan akan pulang sekarang, Arfan akan mengantarkan Angrum dulu kerumahnya, besok Arfan kesini lagi" "Iya, kamu harus hati-hati" "Iya Mah" "Tante, Angrum pamit, tente cepat sembuh, jika tidak ada halangan besok Angrum kesini lagi, Tante mau apa? Besok biar Rum bawain" "Terimakasih cantik, Tante tidak mau apa-apa, kamu kesini saja Tante sudah senang, sudah cukup untuk Tante" "Emhh yasudah, Tante suka cake?" "Suka cantik" "Besok Rum akan membawakannya. Rum akan membuat sendiri, Rum akan belajar bersama Ibu Rum' "Waaah terimakasih yah, Tante akan menunggu Angrum, besok" Keduanya keluar dan memasuki mobilnya. "Terimakasih sudah membuat ibuku senang" kata Arfan "aku saja melihat ibuku yang dulu, yang sangat ceria" "Sama-sama Ar, ngomong-ngomong apakah aku boleh bertanya?" "Boleh" "Mamah kamu sakit apa?" Arfan hanya tersenyum pahit dan berbelok arah menuju sebuah tempat. Arfan turun begitupun Angrum ikut turun, Arfan duduk di bangku taman diikuti Angrum "Mamah sakit, HIV AIDS Rum" kata Arfan yang membuat Angrum menutup mulutnya tidak percaya "Mamah di vonis sejak aku masih kelas satu di SMP dan baru mengatakannya setelah Aina pergi karena keadaannya sudah benar-benar parah, sejak itu Mamah langsung masuk tempat khusus untuk orang-orang yang sakit itu, kamu harus tau hancurnya aku dimasa-masa itu" "Kenapa bisa sampai begitu Ar, maaf ya, setahu ku penyebab penyakit itu..." Angrum menggantung omongannya "Mempunya banyak pasangan, itu benar Rum, dulu Mamah mahasiswi di sebuah universitas di Luar negri, hasil beasiswa, disana Mamah mempunyai pacar, dia dosennya Mamah, dosen termuda yang sebenarnya sama-sama orang Indonesia campuran. sampai akhirnya mamah hamil diluar nikah, dan laki-laki itu tidak mau tanggung jawab dan pergi entah kemana, mamah kehilangan jejaknya, anak hasil dari hubungan itu adalah aku. Mamah pulang ke rumah ibunya. kuliahnya berantakan, Mamah juga diusir ibunya karena sudah mencoreng nama keluarga lalu Mamah memutuskan untuk tinggal mengontrak. dengan keadaannya yang sedang hamil kita hidup susah, Mamah kerja serabutan dan semua itu tidak cukup untuk hidup. apalagi setelah gue lahir, kebutuhan itu lebih banyak dan akhirnya Mamah memutuskan untuk menjadi p*****r Rum, untuk bertahan hidup bersamaku. sampai beberapa bulan kemudian Mamah kembali menikah dan hidupku terpenuhi dan Aina lahir. tapi itu tidak berlangsung lama hanya sampai aku yang berumur sekitar dua tahun dan Aina yang satu tahun. suami Mamah kembali meninggalkan kami. Kami kembali terlantar dan Mamah kembali ke pekerjaan itu. sampai akhirnya selang empat tahun Ayah aku yang asli datang, dengan semua permohonan maafnya saat aku mulai sekolah dan dia benar-benar menjadi sosok ayah yang sangat gue banggakan. Sampai akhirnya Mamah jatuh sakit, dan Aina pergi. dia kembali menelantarkan aku dan Mamah, ayah lebih cenderung tidak peduli lagi walaupun uang selalu cukup untukku tapi kasih sayang tidak sebanding dengan uang" Arfan lebih tegar dibanding soal Aina tapi Air mata Angrum yang kembali berjatuhan tanpa ia sadari.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN