60. TERBANG MELAYANG

1371 Kata
Stev Diego Toshiro, Chely Veronia, dan Ricko Hasagi telah diselamatkan oleh para roh suci yang bersemayam di pedang suci legendaris. Saat ini mereka jauh dari para penyihir jahat itu, karena jika masih di Labirin Doom Hole, bisa saja ketiga murid Kakek Hamzo itu dibunuh oleh para penyihir, apalagi kondisi mereka sedang lemah. *** Stev dan teman-teman ingin menuju ke tempat Kakek Hamzo, akan tetapi mereka bingung karena saat ini tidak tahu ada di mana. Mendengar itu, para roh suci akan memberi petunjuk sekalian menjadi kendaraan menuju ke sana. "Maaf, kami hanya asal dalam mengirim kalian ke sini. Tapi tenang, kami bisa membantu kalian dalam mencari tempat keberadaan guru kalian," ucap roh suci naga. "Hah, benarkah?" tanya Stev, Chely, dan Ricko serentak. "Gimana caranya?" lanjut Ricko penasaran. "Apa kalian lupa? Cara kami membawa kalian ke sini?" tanya roh suci kupu-kupu. Stev dan teman-teman mengingat dan berpikir sejenak, lalu ingat jelas bahwa mereka dibawa ke sini menggunakan lingkaran suci yang bisa terbang melesat dengan cepat. "Oh, jadi dengan cara itu," ucap Chely. "Ya, kita akan terbang menggunakan lingkaran suci," balas roh suci kuda. "Tapi jangan secepat tadi, rasanya sangat mual di perut, kepala juga sedikit pusing," pinta Ricko. "Iya, aku juga merasa begitu," tambah Chely, sementara Stev tampaknya juga merasakan hal yang sama, karena mengangguk anggukan kepala. Mendengarnya, para roh suci tersenyum. Sebenarnya yang tadi cuma untuk mengelabuhi para penyihir jahat, lingkaran suci melesat sangat cepat agar para penyihir jahat tidak bisa mengejar dan tidak tahu ke mana arah tepat Stev, Chely, dan Ricko dibawa pergi. Apalagi saat lingkaran suci melesat, roh suci sempat berbelok arah ketika sudah tidak terlihat dari pandangan 5 penyihir jahat. Mungkin saja kelima penyihir jahat bisa mengejar dengan mudah, terutama jika tahu posisi Stev dan teman-teman berada, karena para penyihir jahat bisa menciptakan portal untuk berpindah dari suatu tempat yang jauh atau tersembunyi. "Baiklah, kami tau itu," jawab roh suci naga. Setelah itu, Stev, Chely, dan Ricko diminta untuk tenang, kali mereka harus berdekatan, karena semuanya akan masuk di lingkaran suci menjadi satu, dan tentunya lingkaran suci akan lebih besar. Stev dan teman-teman segera menuruti permintaan tersebut, kemudian ketiga roh menyatukan kekuatan, sehingga menciptakan lingkaran suci warna emas yang mengurung mereka semua, termasuk roh suci sendiri, ketika lingkaran suci berhasil dibuat, para roh suci tinggal menggerakkan sesuai keinginan mereka. Tentu saja lingkaran suci itu sangat kuat dan aman, terbukti mampu melindungi Stev dan teman-teman dari serangan kegelapan dahsyat milik 5 penyihir itu, sungguh luar biasa dan sangat kokoh. "Baiklah, kalian gak perlu takut. Kami akan pelan-pelan saja," ucap roh suci naga. Sesaat kemudian, lingkaran suci besar yang mengurung mereka perlahan terbang ke atas secara perlahan. "Wah, ini keren sekali. Kita seperti naik pesawat," ucap Chely merasa senang. "Benar juga ya," balas Ricko, dia sedikit mendekat pada Chely, bahkan dengan raut wajah tersenyum, Stev melihat itu dan sedikit terheran. "Ada apa dengan Ricko, kenapa wajahnya memerah," batin Stev, sementara Chely tidak memperhatikan itu karena sedang menikmati suasana melayang di udara. Ketika mereka sampai di ketinggian atas pohon, roh suci bertanya kira-kira di mana letak tempat guru mereka, alias Kakek Hamzo. Semua memperhatikan dengan seksama, kemudian mereka menemukan arah yang sepertinya ada petunjuk tempat guru mereka. "Sepertinya di sana! Di balik pegunungan itu, sepertinya aku masih ingat, meski masih jauh dari belakang pegunungan," kata Chely memberi petunjuk. "Ah, benar. Sepertinya memang di belakang pegunungan itu," tambah Stev. "Ya, udah. Ayo kita ke sana!" ajak Ricko. Semua roh suci segera menjalankan lingkaran suci menuju arah tempat Kakek Hamzo, Stev meminta agar roh suci mempercepat sedikit jalannya lingkaran suci, Chely dan Ricko juga setuju akan saran itu, agar lebih cepat sampai ke tujuan. Meski mereka bisa saja mual dan pusing, tapi kecepatan lingkaran jauh lebih lambat dari pada saat menyelamatkan diri dari pada penyihir itu. "Oke, sepertinya begini terasa aman," ucap Stev merasakan kecepatan gerak lingkaran suci. Kecepatannya sekitar 100 kilometer per jam, seperti saat mengendarai mobil di tempat yang sepi, jadi bisa cepat seperti itu, kecepatan yang tidak begitu ektrim. Sedangkan saat menjauh dari 5 penyihir itu, kecepatannya bisa saja lebih dari 300 kilometer per jam. "Ya, ini lebih baik. Menurutku sangat pas dan asik," ucap Chely merasa senang. "Wah, kenapa pikiran mu sama dengan aku? Chely," ucap Ricko malu-malu, sepertinya ingin mendekati gadis cantik itu. "Hah, apa-apaan sih. Ikut-ikutan aja kamu!" balas Chely membuat Ricko tersentak, dia semakin malu, tapi dengan perasan malu yang berbeda, karana ini seperti penolakan dalam pendekatan. Stev menahan tawa mengetahui itu, tapi berusaha menyembunyikan itu dari mereka. "Chely, aku serius!" balas Ricko. "Oh, jadi begitu." Chely hanya menjawab dengan sedikit, lalu mengalihkan pandangan kembali ke pemandangan alam di atas situ. Ricko sedikit kecewa dan bersedih, mungkin dalam hidupnya selalu ditolak oleh gadis, padahal wajah Ricko cukup tampan, hanya saja dia suka memasang wajah kocak. Sesaat kemudian, Ricko mengetahui kalau Stev tampak menahan tawa. "Stev, sialan dia. Menertawakan aku," batin Ricko merasa semakin malu. "Stev, ngapain kamu dari tadi diam dan malah senyum-senyum gitu?" tanya Ricko sedikit jengkel, tapi hanya ingin akrab dengan semuanya. Chely mendengar itu dan baru sadar bahwa ada pria tampan di sini. "Ya ampun, aku baru sadar kalau ada pria tampan di dekatku," bagi Chely, kemudian melirik Stev yang sedang mengobrol dengan Ricko. "Oh My God, dia memang tampan dan seksi, mungkin perutnya sixpack, aku yakin itu, uhh!" lanjutnya terkagum dan tiba-tiba wajahnya memerah. "Hah, gak apa-apa kok. Santai saja kawan!" balas Stev menanggapi pertanyaan Ricko, kemudian mendekat ke arahnya. "Ricko, apa kamu suka dengan Chely?" bisik Stev di telinga Ricko hingga membuat Ricko melebarkan kedua bola mata. "Heh, sembarangan saja kamu! Enggaklah!" jawab Ricko yang tampak berbohong, dia juga berbisik. "Hahaha!" tawa Stev merasa bahagia telah membuat teman barunya itu sangat malu. "Diem, Stev! Gak lucu tau!" Chely memperhatikan mereka bercanda, dia tampak tersenyum juga, mungkin melihat Stev tertawa renyah begitu terlihat semakin manis, tapi Chely tidak tahu kalau dia sedang dibicarakan. Sesaat kemudian, Stev dan Ricko melihat Chely yang sedang tersenyum pada mereka, hal itu membuat Stev dan Ricko terkejut sekaligus terpesona. Chely semakin cantik saat tersenyum, tapi Chely segera mengalihkan perhatian pada mereka. Para roh suci hanya fokus menjalankan lingkaran suci, meski mendengar ucapan mereka, tapi tidak tahu urusan pribadi manusia. "Ricko, aku akui Chely memang cantik, pantas saja kamu suka sama dia," bisik Stev. "Huh, siapa juga yang bilang suka, ngomong sembarangan lagi," balas Ricko. "Udah, gak perlu disembunyikan, aku tau kok, kamu mencoba mendekati Chely." Mendengar itu membuat Ricko menjadi malu, karena memang sebenarnya begitu. Stev menyentuh pundak Ricko seraya tersenyum dan berbisik, "Tenang saja Ricko, aku gak akan mengganggumu dalam mendekati Chely. Aku malah mendukung kamu, hehe. Aku akui Chely sangat cantik, tapi buat kamu saja." "Stev!" ucap Ricko terkejut mendengar itu, tapi pelan. "Tenyata kamu kawan yang baik, makasih banyak kawan. Aku sempat salah paham dengan kamu," balas Ricko pelan, dia tidak peduli jika Chely mendengar, karena itu adalah awal pertemanan yang baik bagi pertemanan baru mereka. Stev hanya tersenyum mendengar perkataan Ricko, kemudian fokus kembali dalam perjalanan menuju tempat kediaman Kakek Hamzo. Namun Chely mencoba berkata, "Kalian ini membicarakan apa sih, pakai bisik-bisik segala! Jahat, gak ajak aku!" "Ahahaha, bukan apa-apa kok!" jawab Stev dan Ricko serentak. "Lupakan saja Chely, ini urusan pria!" lanjut Ricko menyembunyikan kebenaran. "Huh, dasar para pria. Pasti hal nakal yang dibicarakan!" balas Chely, kemudian fokus kembali menikmati indahnya pemandangan. Stev dan Ricko saling menatap dan tertawa pelan melihat Chely sedikit kesal. Beberapa saat kemudian, mereka sudah sampai di atas pegunungan yang dimaksud tadi. Para roh suci menghentikan laju lingkaran suci untuk mencari arah yang tepat menuju tempat tinggal Kakek Hamzo. "Kita sudah sampai di sini, selanjutnya ke mana?" tanya roh suci kuda. Stev, Chely, dan Ricko memperhatikan sejenak dan tidak lama kemudian mereka tahu persis lokasi tempat tinggal Kakek Hamzo. "Di sana, pohon beringin yang cukup besar dan ada di tengah 3 gunung kecil kembar!" ucap Stev. "Ya, benar sekali. Ayo kita ke sana!" ajak Chely semangat, begitu juga dengan Ricko. Lokasi kediaman Kakek Hamzo tidak begitu jauh, sekitar 2 kilometer lagi dari tempat berhenti saat ini. Semuanya bergegas menuju ke sana, dan hanya butuh waktu sebentar, mereka sampai juga di atas gua tempat tinggal Kakek Hamzo. Mereka segera turun untuk menemui Kakek Hamzo, berharap mendapat petunjuk dalam menghadapi bencana mengerikan ulah 5 penyihir jahat itu. TO BE CONTINUED
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN