31. DESA LAIN

1572 Kata
Stev dan Chely bertemu dengan para binatang yang mereka hadapi sebelumnya, yaitu hiu dan babi rusa. Uniknya, para binatang itu menjadi baik saat melihat mereka membawa pedang suci legendaris, bahkan menjadi sangat baik dan mau membantu mereka. *** Memperlihatkan Ricko Hasagi yang bersorak gembira, karena berhasil mendapatkan pedang suci legendaris dan mampu menggunakannya dengan baik. "Yuhuuu! Pedang ini keren sekali, Kekuatannya juga luar biasa, aku suka sekali," teriaknya sambil lompat-lompat kegirangan. "Hehehe, dengan pedang ini aku semakin keren, mungkin nanti banyak cewek-cewek yang mencoba memperebutkan diriku," lanjutnya tersenyum dan berpikir yang aneh-aneh, tampaknya Ricko juga seorang jomblo seperti Stev. Setelah itu, Ricko melanjutkan perjalanan. Dia harus menuruni bukit ini, karena dia masih berada di atas puncak bukit. Saat beberapa langkah mulai menuruni bukit, dia teringat dengan gagak raksasa yang menyerang sebelumya. "Di mana gagak pengganggu itu? Sekarang aku gak takut, aku bisa mengalahkan gagak raksasa itu dengan mudah, hehehe!" ucap Ricko merasa sok kuat. "Hey, gagak raksasa! Di mana kau? Keluar cepat!" lanjut Ricko teriak dan menantang gagak raksasa yang sebelumnya itu, dia juga sambil berjalan pelan. Sesaat kemudian gagak muncul dari balik awan, bahkan luka di bagian matanya sudah pulih kembali, hal itu membuat Ricko sedikit kesal. "Hah, kok bisa mata gagak itu sudah sembuh? Hebat sekali penyembuhan lukanya, seharusnya luka di mata sulit sembuh, aneh! Oke, gak apa-apa. Aku akan buat luka lagi pada gagak itu, bahkan akan aku buat lebih sakit," gumam Ricko kesal. "Maju kau, gagak menyebalkan! Hoaaaa!" lanjutnya teriak sambil menyiapkan kekuatannya dengan kedua mata bersinar hijau dan kuning, begitu juga pedang legendaris yang dipegangnya kuat-kuat, Ricko memegang pedang legendaris itu dengan dua tangan. Melihat kekuatan Ricko bersama pedang suci legendaris menyala di depannya, perlahan gagak turun ke tanah bukit, lalu melipat sayapnya dan tunduk di hadapan Ricko, sama seperti hiu dan babi rusa di tempat Stev dan Chely yang takut dan hormat kepada mereka. Hal itu membuat Ricko terkejut, namun segera tersanjung. "Oey! Ka-kamu tunduk padaku? A-apa kamu udah mengakui aku sebagai raja?" tanya Ricko terkejut sampai terbata-bata, sungguh terlalu pikirannya, sampai sejauh itu. Gagak tersebut terdiam dan masih menunduk. "Baiklah, aku anggap kamu udah mengakui gelar raja-ku, hehehe," kata Ricko dengan terkekeh, dia mendekati gagak raksasa itu. Ketika sudah dekat, dia mengelus-elus paruh besarnya seraya berkata ... "Gagak yang patuh. Hmm, bisakah kamu mengantar aku ke bawah dengan naik ke punggung mu, wahai gagak baik hati?" Gagak raksasa itu mengedipkan kedua mata, kemudian bergegas membalikkan badan, gagak itu memberi isyarat bahwa mau menyanggupi permintaan Ricko barusan. Ricko sangat senang, dia segera naik ke punggung gagak, kemudian gagak itu terbang menuju bawah. "Yuhuuu! Keren sekali, aku bisa terbang, yeeee!" teriak Ricko sangat bahagia Ricko meminta gagak itu terbang pelan, karena Ricko ingin melihat indahnya pemandangan dari atas. Pemandangan yang sangat menakjubkan, tampak gunung, laut, hutan terlihat sangat indah meski terbentang jauh. Selama beberapa menit, Ricko menaiki gagak raksasa tersebut. Menariknya, binatang ini boleh melewati area para kalajengking yang menyerang dan menghalangi Ricko sebelumnya, mungkin karena berada di atas udara atau untuk memenuhi permintaan sang pengguna pedang suci legendaris baru. Akhirnya sampai juga Ricko dan gagak raksasa itu di bawah bukit, alias dataran rendah dan datar. "Tap!" Ricko baru saja turun dari gagak raksasa. "Wah, makasih banyak ya gagak baik hati. Sebagai ucapan terima kasih, nih aku beri sedikit makanan," ucap Ricko, kemudian mengambil sesuatu di kantong bekalnya. Beberapa butir anggur warna merah, dia memberikan itu pada gagak raksasa dan langsung dimakan dengan senang hati, Ricko senang melihat gagak itu suka sekali buah anggur pemberiannya. "Jadi kamu suka anggur?" tanya Ricko sambil mengelus-elus kepada gagak, tampak gagak itu mengangguk pelan tanda benar, Ricko tersenyum melihat itu. Setelah itu, Ricko teringat dengan turnamen kemudian bergegas melanjutkan perjalanan. "Oke, aku harus berangkat menuju turnamen. Mungkin kamu bisa mengantar aku, tapi gak perlu. Aku gak mau merepotkan kamu terlalu banyak, karena bisa jadi kamu gak diperbolehkan jauh-jauh dari area ini. Sampai jumpa, sekali lagi makasih ya!" ucap Ricko sambil mulai melangkah dan melambaikan tangan perpisahan pada sang gagak raksasa. Tampak gagak raksasa mengepakkan sayap karena merasa senang bisa membantu Ricko, apalagi mendapat sedikit makanan. "Kwak, Kwak!" suara gagak seperti memberi salam perpisahan. Akhirnya setelah Ricko pergi jauh, gagak itu terbang kembali ke atas bukit, sebenarnya gagak raksasa itu memang ditugaskan untuk menjaga area bukit bagian atas tersebut, meski pedang suci legendaris sudah diambil, para binatang spesial harus selalu menjaga area masing-masing, karena suatu saat pedang suci legendaris akan kembali ke tempat masing-masing jika terjadi sesuatu. Bisa jadi saat pengguna yang sekarang sudah tiada, entah karena tua atau hal lain. Namun apabila pedang suci legendaris sudah ada penerusnya secara langsung, bisa saja tidak kembali ke tempat masing-masing, semua tergantung kehidupan pengguna pedang legendaris atau keberadaan pedang tersebut. Seandainya pengguna pedang legendaris meninggal, pedang itu akan menghilang dan kembali pada tempat semula, yaitu dasar laut gunung berapi, gua di lereng tebing curam, dan puncak bukit di atas awan. Ternyata binatang penjaga yang ada di tempat Ricko juga berubah menjadi baik hati, seharusnya memang begitu. Pedang suci legendaris membuat kekuatan mereka semakin hebat, selain pedang itu sendiri memiliki kekuatan luar biasa, pengguna pedang bisa meningkatkan kekuatan fisiknya, seperti gerakan makin lincah dan cepat, lompat lebih tinggi dan seolah-olah melayang di udara sementara waktu, dan lari lebih cepat, sungguh pedang yang banyak manfaat. Stev, Chely, dan Ricko sangat beruntung terpilih sebagai pengguna pedang suci yang baru. Akan tetapi, mungkinkah mereka juga memiliki tugas berat dan penting dalam menjaga dunia ini suatu saat? Bisa jadi seperti itu, namun semua tergantung keadaan dunia, jika selalu aman dan damai, tugas mereka tidaklah berat. *** Beberapa hari selanjutnya, Stev masih dalam perjalanan menuju lokasi turnamen, sepertinya jarak dan perjalanan sangat jauh sehingga membutuhkan waktu, ditambah Stev harus menyempatkan waktu untuk istirahat malam, atau kadang siang. Stev melakukan perjalanan dengan santai tanpa terburu-buru, karena dia harus menghemat tenaga untuk turnamen nanti agar bisa maksimal. Sekian menit kemudian, Stev mendapati sesuatu yang tidak asing baginya. "Loh, itu ... rumah orang kan? Wah, apa di depan sana ada sebuah desa?" gumamnya sedikit senang. Selanjutnya Stev bergegas ke sana, ternyata setelah sampai di rumah itu, memang ada desa. Karena sebenarnya, rumah yang dilihat Stev adalah rumah paling pinggir dari desa tersebut. Itu adalah desa Centaro, termasuk desa yang damai dan tenteram selama ini, tapi tidak tahu apakah akhir-akhir ini juga terjadi sesuatu yang buruk seperti desa tempat tinggal Stev dan juga Chely, sebentar lagi keadaan desa ini akan terungkap. "Wah, desa ini cukup indah, bahkan lebih maju dari desa yang aku tinggali. Mungkin aku akan menginap di sini malam ini," ucap Stev tampak bahagia. Desa terebut memang tampak lebih maju dan bangunan rumah lebih modern serta cukup padat, kemungkinan besar jumlah penduduk lebih banyak dari desa tempat tinggal Stev. Stev berkeliling dulu di dalam desa, tampak kedua pedangnya diikat silang di punggungnya, sepertinya aman tersembunyi, seandainya dilihat orang-orang karena membawa pedang, Stev tidak peduli, mungkin malah terkagum melihat ada kesatria lewat di desa itu. Saat berkeliling desa, di situ ada beberapa kedai atau tempat penjualan makanan, tempat bermain, dan lain sebagainya. Kemudian Stev memilih untuk istirahat dan makan siang, apalagi perutnya sudah mulai lapar, kebetulan juga botol airnya tinggal sedikit. "Hmm, baiklah. Aku pilih istirahat di sana saja," batin Stev saat melihat rumah makan atau biasa disebut kedai, apalagi terlihat sederhana. "Hallo permisi!" sapa Stev setelah sampai di depan kedai. "Mari, silakan masuk!" balas sang pelayan kedai wanita, atau mungkin pemilik kedai, tapi tampaknya masih muda. "Wah, apa dia kesatria? Keren sekali, dia juga masih muda dan tampan," batin pelayan wanita itu. Stev segera memesan makanan dan minuman yang sesuai dengan seleranya, dia memilih ikan lele goreng beserta pelengkapnya seperti nasi, sambal tomat dan lalapan, dan untuk minumnya dia memilih jeruk hangat. Stelah itu, Stev duduk di meja makan paling belakang dan pojok. Sambil menunggu menu pesanan datang, Stev melihat ke sekitar kedai, ada beberapa pengunjung lain yang membeli makanan juga di situ, Stev memberi senyum pada mereka, kemudian mereka juga membalas senyum Stev tersebut, mereka semua pria dan tampaknya orang baik-baik, mungkin penduduk asli desa ini. "Ehh, apa pemuda itu kesatria?" bisik salah 1 dari mereka. "Hmm, sepertinya begitu. Apalagi dia membawa pedang, bahkan 2 pedang," jawab temanya. "Sebaiknya kita jangan cari masalah dengan kesatria itu atau kita akan berakhir!" tambah lainnya memberi peringatan. "Ya, kau benar. Tapi ... sepertinya dia kesatria yang baik," ucap yang pertama tadi, yang lainnya pun berpikiran sama setelah melihat Stev memberi senyum pada pengunjung lain di kedai itu. Terlihat para pengunjung lain juga berbisik-bisik, sepertinya membicarakan Stev juga. Sekian menit kemudian, menu makanan Stev datang. "Silakan menikmati hidangan kami!" ucap sang pelayan wanita. "Oke, makasih." Tentu saja Stev juga membawa uang dalam perjalanan ini, karena dia yakin pasti akan menemui desa lain, dia juga berencana ingin mampir sekedar mencicipi menu makanan atau menginap di desa yang dia lewati. Stev makan dengan lahap, karena menu makanan di situ sangat enak. "Wah, enak sekali makanan di sini," batin Stev sambil menikmati makanan tersebut. Tidak lama setelah makan dan tersisa setengah, ada wanita seksi datang dan melihat Stev, dia langsung terpana dengan ketampanan Stev. "Wow, ada pria ganteng di kedai ini? Kenapa aku baru tau, apa dia pengelana? Hmm, sepertinya begitu," batin wanita seksi tersebut. Kemudian menghampiri Stev hingga membuatnya agak terkejut. "Hay, ganteng! Nikmat banget makannya," sapa wanita seksi tidak tahu malu, bahkan tiba-tiba duduk di kursi depan Stev. Stev hanya sedikit tersenyum, karena terkejut, dia sampai menghentikan makan sementara. Selama ini Stev memang tidak pernah disapa atau digoda seorang cewek, jadi begitulah, tampak canggung dan gugup.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN