9. PERJALANAN EKSTRIM

1983 Kata
Mandi di air sungai sangat segar dan mengasikkan, itulah yang Stev lakukan meski seorang diri. Saat itu juga, Stev juga memanfaatkan waktu sambil mencari ikan untuk sarapan, dia mendapat cukup banyak dan lebih dari cukup untuk seorang diri. *** Stev harus melanjutkan perjalanan dengan menyeberangi sungai, akan tetapi karena sungai cukup dalam dia harus menjaga agar pakaiannya tidak basah. Pertama-tama Stev mencari jarak sungai yang dekat dengan seberang, kemudian melempar barang bawaan kuat-kuat, dia juga harus memastikan agar aman dan sampai di seberang. Semua barang-barang berhasil sampai seberang, kini pakaian dan dirinya. Dengan terpaksa Stev harus telanjang bulat lagi agar pakaian tidak basah, kemudian melipat dan mengikat pakaian dengan batang kayu agak besar. Stev bermaksud melempar kain bersama kayu agar sampai di seberang, pemikiran yang cukup cerdik, tapi syaratnya harus sendirian, karena tidak mau jika telanjang bulat dilihat orang lain, sungguh memalukan. "3, 2, 1, wusshh!" Stev melempar kain bersama kayu sekuat mungkin. "Yess, berhasil. Saatnya terjun ke air sungai. Byurr!" Stev tidak ingin berlama-lama di air, karena tadi sudah puas mandi dan berenang, dia langsung berenang menuju tepi sungai di seberang. Karena seluruh badannya basah habis berenang menyeberangi sungai, dia berjemur sebentar sambil mengusap badan agar air cepat kering. Sekitar 5 menit cukup, kemudian Stev memakai semua pakaian lalu mengambil barang-barang miliknya. Selanjutnya bergegas pergi ke arah tujuan pertama, yaitu mencari kesatria hebat. Perjalanan sekitar 30 menit, Stev melewati hutan yang menarik, sedikit lebih nyaman dan jarang pepohonan besar. Stev ingin berlatih pedang, karena semenjak dipinjami pedang unik milik Kakek Chimon, dia belum latihan sama sekali. Stev berhenti, menaruh barang bawaan ke tempat aman. Stev mengambil pedang dan memegangnya kuat-kuat karena ingin latihan pedang. Berlatih pedang sambil teriak-teriak semangat. Stev cukup bagus dalam memainkan pedang, terkadang menebas pohon kecil hingga tumbang, dan pohon ukurang sedang bisa ditebas Stev menggunakan pedang, bahkan cuma sekali tebas. "Wow, tajam sekali ternyata!" ucap Stev terkagum. Beberapa pohon kecil hingga sedang berserekan di sekitar itu, seharusnya tidak masalah karena tanaman liar. Stev latihan pedang selama 20 menit. Setelah latihan pedang, Stev melanjutkan perjalanan menelusuri hutan belantara demi mencari persembunyian kestria hebat. Saat 10 menit perjalanan, Stev mendapati tebing curam yang cukup berbahaya, dia harus melewati itu dengan hati-hati. "Wow, serem juga nih. Aku harus ekstra hati-hati agar gak jatuh ke jurang," kata Stev. Stev melewati tebing dengan berpegangan batu dan tanaman kecil, rasanya seperti berjalan di ujung tanduk, sepertinya membuat bulu kuduk merinding karena kemungkinan bisa mudah terjatuh atau terpeleset, ditambah jurang cukup dalam dan seorang diri. Jika Stev sampai terjatuh dan pingsan, mungkin dia tidak akan selamat karena tidak ada satu orang pun yang akan menolong. Hal itu karena Stev hanya sendirian di hutan ini, mungkin malah ada binatang buas yang semakin berbahaya. Mungkin bagi orang yang takut dengan ketinggian, bisa langsung pingsan, mereka tidak akan berani melewati tebing itu. Stev tidak akan menyerah dan tidak takut sama sekali melewati tebing, meskipun nyawa taruhannya, itulah mengapa Stev terkenal sebagai pemuda pemberani. Hal itu karena ini adalah jalan satu-satunya yang paling dekat. Ketika sedang berpegangan sebongkah batu, tiba-tiba batu tersebut copot hingga membuat keseimbangan Stev goyah. "Oh, siaal!" teriaknya. Stev hampir terjatuh, akan tetapi segera berpegangan tanaman di dekatnya, sehingga Stev selamat dari jatuh ke jurang. "Huh, huh, huh. Hampir saja, itu tadi sungguh mengerikan." Setelah menarik napas panjang, Stev melanjutkan lagi perjalanan melewati tebing di tengah hutan ini. Dengan ekstra hati-hati akhirnya Stev mampu melewati tebing mengerikan itu, dia sungguh hebat dan patut diacungi jempol. Tidak banyak orang yang sanggup dan berani melewati tebing seperti itu, apalagi tanpa pengaman, sungguh keren. "Huft, akhirnya bisa melewati tebing dengan selamat," ucapnya merasa lega. "Wow, ternyata memang dalam sekali jurang itu," lanjutnya sambil mengintip kembali jurang tersebut. Perjalanan yang sungguh ekstrim dan bikin senam jantung. Stev memilih untuk istirahat sejenak agar jantung tidak berdebar kencang. Minum beberapa tenggak air sungai yang diambil sebelumnya, dia mengisi botolnya penuh dengan air segar sungai. Sekitar 10 menit istirahat, dia melanjutkan perjalanan lagi. Menurut peta, tidak jauh di depan ada lembah gunung yang harus dia lewati agar sampai tujuan. Ternyata memang benar, hanya butuh 5 menit perjalanan, Stev harus menuruni lembah. "Hmm, harus hati-hati lagi ini. Tapi lebih aman dibandingkan tebing tadi." Selanjutnya, Stev menuruni lembah dengan hati-hati dan pelan-pelan agar tidak terpeleset ke bawah. Akhirnya berhasil juga melewati lembah, kini Stev melewati hutan yang lebih bersahabat, karena bisa lewat dengan berjalan biasa seperti awal prtama masuk di hutan. Penghalang hanya sedikit semak belukar dan tanaman liar yang berduri. Stev menggunakan pedang untuk membuat jalan melewati semak belular atau tanaman liar tersebut, hal itu agar lebih mudah tanpa harus mengambil jalan belok. Melewati jalan lurus dan cukup mudah sekitar 15 menit, Stev mendapati sesuatu yang menarik di depan sana. "Apa itu?" gumamnya penasaran. Kemudian Stev mempercepat jalannya agar sampai di tempat itu. Sesampainya dia sana, Stev terkejut melihat sesuatu yang tidak asing. "Bukankah ini ... bekas perkemahan manusia. Ya, gak salah lagi." Ternyata Stev menemukan bekas tempat perkemahan manusia. Itu memang benar, karena ada bekas tenda yang rusak, ada pula barang-barang bekas seperti botol dan plastik, ada juga bekas api unggun yang sudah lama padam, hanya tinggal abu, arang, dan kayu kecil yang tersisa serta tampak berserakan. Bekas perkemahan itu tampaknya sudah sangat lama, karena bekas tenda sudah sobek-sobek dan hampir hancur, warnanya juga sudah memudar, jelas terkena panas dan hujan setiap hari. Stev mencoba mengecek dan mencari tahu, apakah ada sesuatu yang menarik atau tidak. Setelah mencoba mencari sesuatu, dia menemukan sebuah kaca yang kotor, pasti bekas milik orang yang berkemah di sini. Stev meniup dan membersihkan kaca tersebut, tampaknya sudah retak dan kusut, itu menandakan kalau sudah lama. "Hmm, ternyata aku ganteng juga. Sayang, masih jomblo, hehe," ucapnya sambil terkekeh tidak jelas. Stev memang belum memikirkan pacar apalagi jodoh, dia masih cukup muda. Dia juga terlalu sibuk bersenang-senang dan menjadi pemimpin pemburu binatang pangan. Mungkin ada beberapa gadis di desanya yang tertarik pada Stev, tapi Stev tidak pernah memikirkan itu dan memilih cuek saja. Mungkin juga para gadis tersebut tidak berani mendekati Stev yang memiliki kepribadian ganda, yaitu terkadang menjadi pemarah, terkadag cuek dan tidak peduli, alias dingin. Namun sebenarnya, Stev adalah pemuda yang baik hati dan selalu memikirkan keselamatan dan ketentraman warga desa, dia sering berkorban untuk mereka. Contohya saat ini yang berjuang mati-matian demi menyelamatkan penduduk desa dari penyakit misterius itu, bahakn seorang diri karena Stev tidak mau ada penduduk desa yang menjadi korban, kecuali dirinya sendiri. Tekad Stev sudah bulat dan tidak ada yang bisa mencegahnya jika sudah seperti itu. Sungguh pemuda yang tangguh dan patut menjadi teladan bagi banyak orang, meski tidak mudah mengikuti jejaknya. Stev menaruh kembali kaca tersebut, dia tidak membawanya karena tidak dibutuhkan. "Ehh, tunggu. Sebaiknya aku kubur saja cermin itu, biar gak bahaya, karena siapa tau ada yang menginjaknya saat tidak memakai alas kaki. Bisa terluka hingga keluar darah nanti." Betapa baiknya hati Stev, bahkan dia memikirkan keselamatan orang di kemudian hari, meski belum tentu juga ada yang lewat. Stev mengubur kaca itu tidak terlalu dalam, agar tidak membuang waktu banyak, yang penting tidak terlihat dan aman. Setelah itu, Stev mengecek tenda yang rusak, di situ dia menemukan beberapa benda bekas yang sudah tidak layak pakai, seperti kantong plastik, botol air mineral, dan lainnya. Namun dia menemukan 1 benda yang tampak masih utuh dan bisa dipakai. "Ini gelas minum kan? Hmm, sepertinya masih bagus," ucapnya sambil mengecek gelas kaca yang ditemukannya itu. Stev membersihkan gelas itu dan tampak masih bagus, dia berencana membawanya, mungkin bermanfaat, sekalian untuk kenang-kenangan. Pemilik gelas itu pasti membuangnya karena bosan atau malas membawa pulang kembali. Sesaat kemudian, Stev menmukan barang lain seperti sepotong kain. "Apa itu pakaian?" pikir Stev lalu mencoba mengambilnya. "Ini ... Astaga, ini kan celana dalam. Hoeekk!! Pasti bau nih," ucap Stev dan langsung membuang kain yang ternyata celana dalam pria yang sobek-sobek itu. Sungguh lucu, menggelikan, dan tidak disangka, bisa-bisanya Stev menyentuh barang semacam itu. Stev berpikir kira-kira siapa orang-orang yang berkemah di sini, sulit untuk ditebak, tapi bisa jadi orang-orang yang ingin mencari keberadaan kesatria hebat itu. Stev tidak igin memikirkan itu terlalu dalam, kemudian melanjutkan perjalanan karena sudah tidak ada yang perlu dicari tahu lagi. Perjalanan kali ini agak mudah, karena hanya melewati pephonan dan sedikit semak belukar, sesaat kemudian Stev melewati sungai kecil sekitar 1 meter, airnya sangat jernih. "Hmm, menurut peta. Sungai kecil ini adalah batas hutan yang ditinggali kesatria hebat. Pasti lebih berbahaya di hutan itu," ucap Stev sambil memandang hutan lebat di seberang sungai kecil. Stev membasuh muka sekalian minum air jernih sungai ini sebelum memasuki hutan utama. "Ah, segarnya air sungai ini. Hmm, airnya juga terasa nikmat." Tidak lupa Stev mengisi penuh botol air minumnya, karena sudah berkurang. "Semoga nanti bisa melewati rintangan yang ada," katanya penuh harap sambil tersenyum. Setelah itu, Stev memasuki hutan tujuan utama tersebut. Stev harus semakin wasapada dan hati-hati, karena menurut Kakek Chimon hutan tersebut sangat berbahaya. Memasuki hutan sekitar 100 meter, Stev mendapat sesuatu yang janggal. Kakinya sedikit amblas ke tanah, teryata tanah basah seperti lumpur, namun ditumbuhi tanaman. "Rawa? Mungkin di depan situ ada rawa," gumamnya. Stev berpikir sesaat untuk mengatasi rawa nantinya. Stev mengambil sebatang kayu ranting yang kuat dengan ukuran sedang sekitar diameter 6 centimeter, panjang 2 meter. Stev ingin menggunakan ranting kayu tersebut untuk mengukur kedalaman rawa, apakah layak dilewati atau tidak. Stev mencari jalan yang kira-kira rawanya sempit, ditambah yang ada pohonnya di sekitar rawa. Selanjutnya Stev mulai melewati rawa pelan-pelan, sandalnya ditali di celananya lalu melewati rawa dengan kaki telanjang, agar lebih mudah. Saat baru sekian langkah, dia mengukur kedalaman rawa, tampaknya masih bisa dilewati karena rawa sedalam 20 centimeter. Stev maju pelan-pelan dan selalu mengukur kedalaman rawa dengan ranting kayu, sesaat kemudian dia merasakan ada yang aneh di kakinya. "Astaga, ada lintah! Ada 2 lagi, siaal. Ini menjijikan," kagetnya. Stev mengambil pisau milik Khen untuk membersihkan lintah di kakinya tersebut. Agak sulit, tapi dengan pisau lebih mudah, menurutnya tidak apa-apa harus membunuh lintah-lintah itu. Stev tidak ingin banyak lintah menggigit dirinya, bisa kehabisan darah nanti. Kemudian Stev melihat ada sulur pohon di depannya tidak jauh, dia berniat bergelantungan pada sulur itu. Segera Stev maju sedikit lalu meraih sulur tersebut, tapi Stev harus membuang ranting pohon agar bisa bergelantungan. Sesaat kemudian, Stev mengambil resiko itu dan mulai merambat ke atas sedikit, lalu mengayunkan tubuhnya menggunakan sulur. Dimulai dari lambat, dekat hingga jauh dan agak cepat. Stev sudah memikirkan pendaratan, jika kurang jauh mungkin masih berada di rawa dan bahkan bisa bahaya, karena tidak tahu kedalaman rawa. Stev tidak ingin langsung terjun ke rawa, tapi berayun ke sulur lain, kebetulan ada 1 lagi di depan, sebenarnya ada beberapa sulur, tapi yang lain di samping agak jauh. Stev terus berayun, saat ini sudah panjang ayunannya. "3, 2, 1 Auwooo!!" teriak Stev meniru gaya Tarzan seperti di film-film. "Hap!!" Akhirnya Stev berhasil meraih sulur di depannya tadi. Namun ini yang terakhir dan tidak ada sulur lain di depan. Stev melihat depan, ada beberapa pohon, dia berniat barayun dan langsung manjat pohon. "Oke, sekarang target pohon. Semoga berhasil," ucapnya penuh harap. Stev memilih pohon yang agak kecil agar lebih mudah. Sesaat kemudian, Stev berayun sekuatnya dan akhirnya berhasil meraih pohon kecil, yaitu pohon mahoni yang mungkin baru setinggi 10 meter, sementara diameter 5 centimeter. Pohon itu sampai bergoyang-goyang saat Stev berhasil meraihnya. Setelah itu, Stev memperhatikan rawa, menurutnya tidak jauh lagi dataran padat. Dia naik ke atas pohon agar pohon mahoni doyong ke arah depan, yaitu di arah tanah padat. Kemudian Stev merayap hingga di ujung pohon, dan akhirnya hampir menyentuh rawa, saat itu juga Stev turun ke rawa, dia yakin bahwa rawa itu dangkal. "Ups, ternyata lumayan dalam, tapi ini aman," ucapnya setelah turun ke rawa, ternyata rawa menenggelamkan kaki Stev hingga lutut, untung saja celana panjang sudah dilipat hingga lutut, jadi hanya basah sedikit. "Aku harus cepat sampai di daratan padat. Mungkin masih banyak lintah yang ada di sini." Stev segera berjalan meski agak sulit, akan tetapi dengan perjuangan keras, akhirnya Stev berhasil sampai di daratan padat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN