Alea menatap jam dinding yang tergantung di kamarnya. Sudah waktunya makan malam, namun Lee belum memanggilnya juga. Merasa lapar, Alea ke luar dari kamarnya, ia menuruni tangga untuk mencari Lee. Alea langsung menuju kamar Lee di bagian samping rumah.
"Lee," Alea mengetuk pintu, dan memanggil Lee. Tidak terdengar sahutan dari dalam kamar.
"Lee," Alea mengulangi panggilannya.
"Masuk," terdengar sahutan dari dalam kamar. Alea mengernyitkan keningnya, ingatan akan kejadian malam kemarin mengganggu pikirannya.
"Kau yang ke luar, Lee!" seru Alea. Tidak ada sahutan, namun pintu kamar terbuka dengan perlahan. Wajah Lee yang terlihat kusam muncul di ambang pintu. Ia menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal, bibirnya terlihat bergetar.
"Lee?"
"Ada apa, Nyonya. Maaf, aku sedang tidak enak badan. Aku tidak bisa menyiapkan makan malam untuk anda," ucap Lee sambil berjalan menuju dipannya. Lee duduk di tepi dipan, Alea mendekatinya. Diletakan punggung tangannya di kening Lee.
"Sudah minum obat, Lee?"
"Obatnya ada tapi aku belum makan, bagaimana bisa minum obat," ucap Lee lirih, seraya menunjuk obat di atas meja dengan matanya. Alea terdiam sesaat, ditatap wajah Lee yang tampak pucat.
"Aku pesan makanan on line saja, kamu ingin makan apa Lee?" Alea duduk di sebelah Lee.
"Sebenarnya, di dapur masih banyak nasi. Di dalam kulkas juga ada ayam yang sudah aku ungkep, dan sayuran yang sudah aku bersihkan. Sayangnya, aku tidak bisa berdiri lama Nyonya, jadi aku tidak bisa memasaknya." Bukannya menjawab, Lee malah memaparkan isi kulkas.
"Kamu tahu, aku anti masuk dapur Lee, kita pesan makanan saja!" seru Alea yang mulai merasa kesal pada Lee.
"Makanan dari luar itu tidak ter .... "
"Lee, kamu sedang tidak bisa memasak, akupun tidak bisa memasak. Membeli makanan on line adalah satu-satunya solusi untuk masalah kita hari ini!" Alea berdiri di hadapan Lee, matanya menyorot tajam ke wajah Lee.
Lee menghela napasnya, lalu membaringkan tubuhnya, dipunggunginya Alea.
"Terserah Nyonya saja, silahkan Nyonya memesan makanan untuk Nyonya sendiri saja. Tidak perlu memesan untukku juga."
Alea yang semakin kesal mengepalkan kedua tinjunya.
"Lee, kalau kau tidak makan, bagaimana obat yang kau minum bisa bekerja dengan baik. Kalau kau tidak sehat, itu akan merepotkan aku Lee!"
"Aku berhanji tidak akan merepotkanmu. Besok hari libur, aku bisa istirahat seharian. Kau bisa pergi makan kemana kau suka. Hari senin, aku pasti sudah sehat seperti biasa. Sekarang pergilah, pesan makanan untukmu. Aku ingin istirahat" sahut Lee tanpa merubah posisi berbaringnya. Lee yang kesal tidak lagi memanggil Alea dengan sebutan nyonya.
"Errr, dasar keras kepala. Aku sudah menawarimu makan ya Lee, tapi kau menolaknya, jadi jangan mengeluh kalau nanti kau kelaparan!" Alea ke luar dari dalam kamar Lee, pintu ia banting dengan keras, untuk meluapkan kekesalannya pada Lee, yang dianggapnya menyusahkan saja.
Lee menolehkan kepalanya, ia tersenyum pahit, karena rencananya untuk membawa Alea ke dapur secara suka rela gagal.
****
Alea sudah menghabiskan makanan, dan minumnya. Ia berdiri di dekat jendela, pandangannya ke arah pintu kamar yang ada di samping rumahnya.
Pintu kamar Lee, terlihat dari kamarnya. Pintu kamar itu tiba-tiba terbuka, Lee ke luar dari dalam kamarnya, dengan tubuh terbungkus celana panjang, dan jaket tebal. Kedua tangannya terlipat di depan d**a, Lee persis orang yang sedang kedinginan dalam pandangan Alea.
Lee berjalan dengan langkah tertatih, tidak segagah biasanya. Bahkan ia tampak sesekali berhenti, dan memijit pelipisnya.
Alea terus memperhatikan Lee, sampai hilang dari pandangannya.
"Salahmu sendiri Lee, ditawari makan tidak mau, kau pasti kelaparan sekarang. Masak saja sendiri, dasar supir kurang ajar, tidak tahu diri!"
Alea masuk ke dalam kamar mandi, ia mencuci mukanya, tangannya, kakinya, dan menggosok giginya. Setelah itu, ia ke luar kamar mandi, dan mengganti pakaiannya dengan lingerie warna ungu tua yang sangat kontras dengan kulit putihnya.
Alea tersentak saat mendengar benda jatuh dari lantai bawah. Ia teringat dengan Lee, ada kemungkinan Lee merasa lapar, dan memaksakan diri untuk memasak makanan sendiri, meski dalam keadaan sakit.
Sekali lagi terdengar benda jatuh dari lantai bawah, Alea tidak bisa berdiam diri lagi, dengan rasa marah pada Lee, ia ke luar dari kamar tidurnya, dan berlari menuruni tangga.
"Dasar pria keras kepala! Sudah m***m, keras kepala pula! Bisa habis perabotku kalau dia terus menjatuhkan, dan merusak semuanya!" Alea mengeluarkan umpatannya dengan hati kesal luar biasa. Saking kesal, dan marahnya pada Lee, ia lupa kalau saat ini dia sudah memasuki dapur.
"Ya Tuhan ..., Lee ... apa yang kau lakukan!?" mata Alea melotot gusar, karena dapur terlihat sangat berantakan. Ada satu piring, dan satu mangkok yang pecah, dan pecahannya berhamburan di atas lantai. Ada pula kentang, wortel, kol, daun bawang, dan daun seledri yang bertebaran ke sana- ke mari di atas lantai dapur.
Alea menatap Lee yang terduduk di kursi dapur.
"Maafkan aku Nyonya, aku lapar," ucap Lee dengan suara lirih.
"Dasar keras kepala! Aku tadi sudah menawari makan, tapi kau bertingkah dengan menolaknya!" Alea tidak menurunkan volume suaranya, meski ia tengah memunguti sayuran yang berjatuhan di atas lantai.
"Tidak semua orang suka makanan luar, Nyonya. Salah satunya saya, yang lebih suka makanan dari dapur rumahan." jawab Lee, ia menyembunyikan senyum kemenangannya, karena sukses membuat Alea masuk ke dapur dengan suka rela, meski Lee harus menerima kemarahannya.
Lee berjongkok untuk memunguti pecahan piring, dan mangkok, lalu membersihkan serpihan kaca yang tersisa dengan sapu, dan serok.
Alea yang selesai memunguti sayuran menghela napas panjang. Pinggamgnya terasa sakit, karena harus membungkuk cukup lama.
"Pinggangmu sakit?" Kedua tangan Lee langsung memegang pinggang Alea. Alea menepiskan tangan Lee dengan kasar.
"Jangan membuatku semakin marah Lee!" bentaknya dengan suara galak.
"Bisakah kau membantuku, Lea. Aku mohon," pinta Lee dengan wajah dibuat sangat memelas.
"Bantu apa?" tanya Alea, yang belum juga menyadari keberadaannya di dapur. Wajahnya mendongak menatap wajah Lee.
"Bantu aku memasak," bisik Lee di telinga Alea. Tubuh besar Lee sudah menempel rapat di tubuh Alea, yang hanya terbungkus pakaian tidur tipis, tanpa bra, hanya g-string yang menjadi dalamannya.
Mendengar kata memasak, sontak Alea menolehkan kepalanya, ia baru tersadar, di mana sekarang dia berada.
"Lee .... "
BERSAMBUNG