56. Murka

1006 Kata
Adel seketika kehilangan kata-katanya begitu melihat apa yang terjadi. Semuanya terjadi secara tiba-tiba dan tak pernah ia sangka. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Keanna bagaimana air yang ditumpahkannya itu membasahi kepala Axcel. Bahkan Tristan sendiri seakan membeku di tempatnya. Sosok Keanna yang ada di depan sana, seperti bukan Keanna yang dia kenal. "Gue udah nyuruh lo buat tutup mulut sebelumnya." Key berujar dengan penuh penekanan, bersamaan dengan habisnya isi dari botol air itu, menyisakan beberapa tetes terakhir. Kedua tangan Axcel yang berada di atas permukaan meja seketika mengepal kuat. "Anggap aja ini— balasan atas apa yang udah lo lakuin ke Tristan kemarin," ujar Key. Sebelum gadis itu benar-benar berbalik, Axcel langsung berdiri dari tempatnya dan menatap gadis itu tajam. "Masalah lo itu sama gue dan gue masih bisa terima kalo lo hina gue. Tapi enggak buat Ravano. Karena lo— sama sekali gak tahu apa-apa dan lo gak pantes ngomongin tentang dia karena dia gak ada hubungannya sama ini semua!" Key meninggikan suaranya dan ia melempar botol di tangannya tepat ke tubuh Axcel hingga lelaki itu terlihat semakin murka. Pemandangan itu semakin membuat mereka menjadi pusat perhatian di sana. Key memajukan kedua kakinya hingga tubuhnya dan Axcel semakin dekat. "Jangan berpikir kalo gue takut sama cowok sok jagoan kayak lo!" "Keanna!" Tristan langsung berlari menghampiri Key saat tubuh gadis itu didorong dengan kuat hingga tersungkur ke permukaan lantai. Teman-teman Axcel langsung berusaha menahannya saat lelaki itu sudah mengangkat sebuah kursi dan siap dia lempar kapan saja ke arah dua orang di hadapannya. Sementara beberapa murid perempuan yang dekat dengan mereka tampak menyingkir karena tak ingin terkena imbasnya. "MINGGIR LO, TRISTAN!!" Axcel memberontak di antara teman-temannya dan ia sudah hampir mengayunkan kursi di kedua tangannya. * Kinn dan Ravano yang hampir masuk ke dalam kelas itu seketika menoleh saat seseorang berteriak memanggil. Tanpa mempedulikan tatapan orang-orang di sekitar, Adel berlari ke arah kedua lelaki itu dengan secepat yang ia bisa. "Kenapa, Del? Kenapa lo lari-lari?" Ravano menatap Adel yang kini sibuk mengatur napasnya yang terputus-putus. "Rav, please— gue gak tahu mesti gimana lagi, cuma ini cara satu-satunya. Lo harus ke kantin sekarang juga sebelum Key kenapa-napa!" Adel kemudian terbatuk pelan. "Key? Kenapa sama Key?" "Atur dulu napas lo, Net. Muka lo agak pucet." Kinn beralih ke sebelah Adel dan mengusap-usap punggung gadis itu. "Dia— dia ribut sama cowok kelas dua belas. Tristan pasti kesulitan di sana jadi lo harus ke sana, Rav!" Tanpa pikir panjang lagi, Ravano langsung berlari menuju kantin, disusul oleh Kinn dan Adel di belakangnya. Mendengar ucapan Adel membuat perasaan Ravano menjadi tak enak. Yang ia tahu, Key tak pernah terlibat masalah dengan murid lain tanpa adanya alasan yang jelas. Gadis itu bahkan tak begitu kenal banyak murid dari kelas lain dan sekarang secara tiba-tiba ia terlibat masalah dengan murid kelas dua belas. Sesuatu pasti terjadi. "Apa jangan-jangan ini masih ada hubungannya dengan orang yang pernah melempar botol itu?" batin Ravano. Lelaki berlari memasuki kantin dan melihat orang-orang yang berkumpul di sana. "Keanna!" Ravano langsung mendekati Key dan Tristan, lalu menatap seorang siswa laki-laki yang tampak marah dengan sebuah kursi yang sudah berada di udara. Ravano menatapnya tajam dan bergerak mendekati Axcel. "Siapa lo?" tanya Axcel, kemudian di detik berikutnya ia menyeringai tipis. Ia tak memberontak sama sekali saat salah satu temannya mengambil alih kursi di tangannya. "Lo ... pasti Ravano, kan? Kakak tiri cewek yang bernama Keanna itu." Kening Ravano mengerut, bertanya-tanya mengapa lelaki di hadapannya bisa tahu namanya bahkan statusnya dengan Key. "Kenapa dia bisa tahu soal itu? Dia siapa, Net?" Kinn menolehkan kepala pada Adel yang berdiri di sebelahnya. Seringaian Axcel semakin melebar setelahnya. Ia memajukan tubuhnya kemudian berujar, "gimana rasanya pacaran sama adik tiri lo sendiri, Ravano?" "Siapa lo sebenarnya?" tanya Ravano. "Gue? Gue cuma orang yang gak sengaja ngelempar sesuatu ke kepala adik lo sih. Oh, tapi tenang kok. Gue udah minta maaf sama dia. Iya gak, Keanna?" Axcel tersenyum lebar kemudian menatap Key. "Tutup mulut lo, b******n!" Tristan membalasnya. Axcel tertawa pelan, "Lo denger barusan, Rav? Lo yakin mau ngasih Keanna ke cowok kasar begitu? Kenapa Keanna gak lo ambil lagi? Dia cantik kok." Ia menjilat permukaan bibirnya. Ravano langsung memukul kuat wajah Axcel hingga lelaki itu terdorong ke belakang. "Gue muak denger suara lo!" Ravano berjalan mendekati Axcel dan ia langsung mencengkeram kuat kerah baju lelaki itu. Ia kemudian mendorong kembali tubuh Axcel hingga terjerembap ke permukaan lantai. "Gue gak mau denger nama Keanna dari mulut kotor lo!" Axcel sempat menahan napasnya saat permukaan sepatu milik Ravano sudah mendarat di dadanya, sebelum akhirnya ia tertawa pelan. Tubuh Ravano mulai ditarik ke belakang oleh Tristan setelahnya, kemudian dibantu oleh murid lain di sana. Ravano harus segera dijauhkan dari Axcel sebelum terjadi hal yang lebih buruk. Adel dan Kinn membantu Key berdiri. "Gue rasa lo harus kembali ke kelas, Key," ujar Kinn. "Tapi— Tristan sama Ravano gimana?" Key menatap kedua lelaki itu cemas. "Gue sama Tristan bakal ngejauhin Ravano dari—" "Rav!" Key tak mengindahkan ucapan Kinn dan gadis itu melepaskan tangan Adel darinya, lalu berlari saat melihat Axcel yang tiba-tiba bangkit dengan tangan yang kembali mengepal. Bugh! Murid-murid perempuan menjerit begitu pukulan Axcel meleset dan justru mengenai Keanna. "Key!" Adel berteriak saat tubuh Key limbung namun segera ditahan oleh Ravano dan Tristan. "AXCEL!!!" Tristan langsung beralih pada Axcel dan lelaki itu menarik kuat baju Axcel sebelum menghadiahinya bogeman mentah. Murid laki-laki kemudian menahan keduanya agar kejadian itu tak semakin memburuk, bahkan para penjaga kantin pun ikut turun tangan. "Panggil guru!" teriak salah satu murid yang menahan Tristan. Tristan memberontak kuat dan berkali-kali hampir lolos namun orang-orang di dekatnya lebih cepat menahan dirinya. "PENGECUT LO, AXCEL!!" teriak Tristan pada Axcel yang juga tengah ditahan oleh beberapa orang di depan sana. "MINGGIR LO SEMUA!" Tristan melepaskan dirinya dengan paksa dan menghantam wajah Axcel dengan pukulan hingga tubuhnya kembali terjerembap. Orang-orang kembali menjauhkan tubuh Tristan dari tubuh Axcel dan memaksanya agar menjauh. Suasana kantin semakin berubah kacau setelahnya, bahkan beberapa murid tampak kembali ke luar begitu melihat kekacauan yang terjadi di sana. —tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN