57. Kesalahan

1070 Kata
Pintu ruangan BK tampak dibuka dan setelahnya beberapa murid tampak keluar. Adel yang menunggu di luar bersama Kinn langsung berjalan menghampiri Key yang dibantu berjalan oleh Ravano. "Ya ampun, Key. Lihat muka lo beneran memar!" Adel berujar begitu melihat ada noda kebiruan di salah satu permukaan pipi Key. "Salah sendiri sok jagoan. Padahal kemaren lo udah beruntung karena kepala lo cuma gue pukul pake botol kosong, sekarang malah minta ditonjok beneran." Axcel mengangkat kedua bahu kemudian mencondongkan tubuhnya ke arah Key untuk melihat luka itu dalam jarak dekat. "b******k!" Tristan sudah hampir maju hingga Axcel kembali memundurkan kembali tubuhnya. Axcel kemudian berbalik dan pergi dari sana. Kepergiannya hampir saja dikejar oleh Tristan namun Key segera menahan pergelangan tangannya. "Udah, Tris. Biarin aja dia pergi. Manusia kayak dia, gak akan gampang kapok." Key berujar. Tristan menatap punggung Axcel yang semakin jauh itu kemudian membuang napasnya kasar. "Sekarang lo mendingan pulang aja," ujar Ravano. "Enggak perlu, Rav. Gue baik-baik aja kok." "Keanna!" Key sempat tersentak pelan kemudian kedua sudut bibirnya naik ke atas, "Gue masih ada kelas abis ini. Lo tahu kan, bentar lagi pergantian semester dan gue gak mau ketinggalan materi. Lo kembali aja ke kelas, gue ada Adel sama Tristan kok." Ia melepaskan tangan Ravano yang merangkul bahunya. "Lo yakin?" Ravano kembali bertanya. "Hm. Lagian gue bisa jalan kok. Kita beruntung gak kena skors, Rav. Jadi gue mau manfaatin ini buat mulihin nama baik gue." Key tertawa pelan, namun setelahnya gadis itu mengaduh saat pipinya berdenyut, "Udah, sana balik ke kelas sama Kinn." Mereka pun berpisah di sana. Dengan ditemani Kinn, Ravano kembali ke kelas seraya sesekali menolehkan kepalanya ke belakang, menatap Key yang juga kembali ke kelas bersama dengan Adel dan juga Tristan. "Keanna, maafin gue." Tristan tiba-tiba menghentikan langkahnya begitu mereka menaiki tangga. Kedua kaki milik Key ikut berhenti dan gadis itu menolehkan kepalanya ke belakang, menatap Tristan yang menundukkan kepala. "Lo gak perlu minta maaf, Tris. Lo gak salah kok." "Tapi ini semua emang salah gue, Key! Ini semua kesalahan gue. Kalo aja waktu itu gue gak pindah ke sini, lo pasti gak akan—" "Tris, mau lo pindah ke sini atau pun enggak, semuanya gak akan berubah. Lo lupa, ya? Selain sama lo, Axcel juga marah ke gue. Apalagi gue yang udah mukul sepupunya. Jadi, lo gak perlu minta maaf. Hm?" "Lo mukul sepupunya Axcel, Key?" Adel bertanya dengan kedua alis yang saling bertaut, tak paham dengan ucapan Key barusan. "Hm. Jadi sewaktu tawuran itu, gue kan sempet mukul salah satu murid SMA Panca pake kayu dan ternyata cowok itu adalah sepupunya Axcel," ungkap Key. "Se-serius?" Kedua mata Adel membulat. "Temen lo ini kadang emang terlalu pemberani, Del. Padahal gue udah nyuruh dia buat pergi tapi dia malah balik lagi." Tristan berujar, "Dan sekarang dia berulah lagi. Parahnya, dia yang dipukul." Key tertawa pelan, sesekali gadis itu mengaduh. "Sialan emang, si Axcel itu kayaknya bener-bener nyimpen dendam di dalam pukulannya tadi. Untung aja gue gak sampe ompong." "Awas ya lo, Key. Kalo sampe lo ngelakuin hal kayak gini lagi, gue bakalan bener-bener marah sama lo," ancam Adel. "Kok gitu? Jangan gitu lah, Del. Masa lo tega sama gue." "Ya habisnya itu bahaya tahu, Key! Bahkan cowok kayak Tristan sama Ravano aja kadang kesakitan apalagi lo! Gimana kalo rahang lo sampe patah atau semacamnya? Lo itu cewek, Keanna! Lo cewek!" Napas Adel terengah usai gadis itu mengeluarkan unek-uneknya. Sementara Key dan juga Tristan menatapnya dengan kedua mata yang berkedip dua kali. "Del, u-udah, kita balik ke kelas, ya?" Key dengan perlahan menarik salah satu lengan Adel dan membawanya kembali ke kelas. Adel yang masih berusaha mengatur napasnya itu pun hanya diam saja saat Key membawanya menaiki tangga. * Axcel menatap pantulan wajahnya di cermin dan ia membuang napas pelan. Diletakkannya cermin itu kembali di meja belakang dan memilih untuk memainkan ponselnya. Tak ada yang berubah sama sekali darinya walau sudah masuk ke dalam ruangan BK. Ia mungkin bukan termasuk murid berandal di sekolahnya, namun ia juga bukan termasuk murid teladan di Pelita. Namun, Axcel hampir tak pernah menginjakkan kakinya di ruangan itu. Dan hari ini lelaki itu mengalaminya. Di saat itulah seseorang berjalan menghampiri mejanya, membuat lelaki itu mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. "Kenapa lo bisa terlibat masalah sama Key? Lo kenal sama dia?" Salah satu alis Axcel naik, "Key? Ah, maksudnya Keanna? Lo tadi liat, ya? Gak kenal sih, tapi gue emang ada masalah sama dia— nope. Masalah gue sebenernya sama Tristan," ujarnya. "Tristan? Kenapa emang?" "Wait. Kayaknya lo tertarik sama cerita gue. Kenapa? Lo kenal sama mereka, Sil?" Axcel meletakkan ponselnya di permukaan meja lalu menyilangkan kedua tangannya di depan d**a. Silvi terdiam sejenak, "Gue— dulu juga pernah punya masalah sama Key." Mulut Axcel membentuk huruf o kecil, kemudian kedua sudut bibir lelaki itu naik. "Oh ya? Lo ada masalah apa sama dia? Kayaknya akhir-akhir ini kalian justru kayak gak kenal." "Soal Ravano." Silvi memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku roknya, "Gue sempet deketin Ravano tapi saat itu hubungan Key sama Ravano lagi panas-panasnya jadi Key beberapa kali ngehalangin gue." "Oh, yang saudara tiri itu? Jadi berita itu bener, ya?" "Lo juga tahu soal itu?" tanya Silvi. "Hm. Gue tadi sempet denger dari beberapa murid." Kedua mata milik Silvi menyipit, kemudian kembali berujar, "lo belom jawab pertanyaan gue, Cel." Menyadari itu, Axcel kemudian tertawa pelan, "Ah, bener. Jadi Tristan itu murid pindahan dan sekolahnya dulu pernah punya masalah sama sekolahnya sepupu gue dan mereka terlibat tawuran gitu beberapa kali dan sepupu gue kalah." "Tawuran?" Silvi membeo. Ia kembali teringat kejadian saat ia dan Key bertemu dengan beberapa murid dari sekolah lain. Mungkin itu yang Axcel maksud, mereka pasti memang memiliki masalah dengan Tristan. "Terus Key? Lo punya masalah apa sama dia?" Silvi kembali bertanya. "Oh, itu. Dia pernah ngebantu Tristan dan mukul kepala sepupu gue sewaktu tawuran. Entahlah, gue gak tahu gimana ceritanya tuh cewek bisa ada di sana tapi kayaknya saat itu dia sama Tristan belom kenal. Gue gak pernah ikut tawuran itu, jadi gue gak begitu tahu kronologinya." Kedua mata Silvi membulat setelahnya. Ia hampir saja tak percaya kalau gadis seperti Key pernah terlibat tawuran. "Eh, iya, Sil. BTW lo sekarang masih deketin Ravano gak?" Axcel tiba-tiba bertanya. "Kenapa emang?" "Gimana kalo lo bantuin gue ngerjain Keanna—" "Sori, gue gak tertarik." Silvi menginterupsi. Gadis itu kemudian pergi dari sana dan memilih kembali ke mejanya. Di belakang, Axcel masih memperhatikannya. Salah satu sudut bibirnya kemudian naik. —tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN