Abigail mengepalkan tangannya, saat dia melihat laki-laki b******k itu juga dipanggil oleh nona Anima. Melirik tajam ke arah laki-laki tersebut, Abigail sangat muak melihatnya yang terus tersenyum menatap nona Anima. Karena sudah tidak tahan lagi, dia dengan sengaja menendang kakinya. Reaksi pertama yang didapatnya adalah tatapan tajam. Tapi tentu saja, dia membalas dengan seringaian. "Emh, maaf karena telah membuat kalian menunggu!" Anima baru saja selesai bertelepon dengan asistennya. "Tidak masalah!" Lagi-lagi Dika menjawab dengan santai, seakan dia sedang bicara dengan seorang teman. Abigail menggeleng ringan melihat sikapnya. Dia tidak tahu, kenapa ada laki-laki tidak tahu diri seperti itu di dunia ini. Bahkan semut pun akan tertawa melihat keberaniannya. "Aku belum mengucap