Part : 4

1238 Kata
Di atas Ranjang pengantin itu mereka b******u sambil berguling guling dan bercengkrama. Seiring berjalannya nafsu dan gairah, sadar tak sadar pakaian merrka berdua berakhir di lantai. Mereka berdua Yang sudah tak berpakaian kini melanjutkan ciuman mereka yang penih gairah. Fei Mi kini berada di atas tubuh Li Jun. Mereka berdua saling menatap dengan penuh penghayatan dan nafsu. "Suamiku. Aku Ingin kamu segera membuahi rahimku. Pekerjaan mu sungguh berbahaya, suamiku. Kalau sampai kamu gugur, setidaknya nanti aku akan mengandung anakmu dan kelak dia akan tumbuh besar seperti dirimu, sayangku." Pinta Fei Mi dengan mata berbinar binar dan suara manja. "Baiklah Sayangku. Aku akan membuahi rahim mu. Bersiap lah sayangku. Aku akan mengambil keperawanan dirimu sesaat lagi." Kata Li Jun. Bibir mereka kini kembali berciuman. 2 insan ini bercinta dengan penuh gairah dan nafsu. Fei Mi terpukau dengan kisah kepahlawanan Li Jun dan Li Jun yang seorang sudah, tentu saja merindukan belaian wanita. Symbiosis mutualism. Sama sama butuh. Li Jun sekarang berada di atas tubuh istri nya yang baru dinikahi itu. Semua wajah gadis cantik itu dicium dan lehernya juga tak lolos dari cupangan sang pahlawan. Akhirnya kepala sang pahlawan mendarat di p******a gadis itu. p******a Fei Mi sungguh indah. Bulat, berisi, kencang, putih halus lembut dengan p****g s**u berwarna pink. p****g s**u itu dimainkan, diputar putar dan Li Jun juga turut menyusu di p******a yang sangat indah itu. Puas dengan p******a indah itu, Li Jun turun ke perut Fei Mi yang rata. Sambil mengusap usap perut indah dan rata itu, Li Jun berkata, "malam ini, perut ini akan mengandung anak kita. Benih ku akan membuahi rahim mu. Bersiaplah istriku sayang" kata Li Jun. Dia mencium perut itu seolah memberikan berkat untuk rahim yang akan dibuahi nanti. Setelah itu, dia turun sedikit lagi untuk berjumpa dengan lubang surgawi sang istri yang ditumbuhi rambut rambut tipis. Di bawah sana ada belahan indah yang akan ditembus oleh b***************n Li Jun. Dia dengan jari jarinya memainkan dan menjilati kemaluan sang istri. Suara desahan bergema memecah sunyinya malam itu. Dia Kemudian mencari k******s yang akan dijilat dan dimainkan oleh ujung lidah nya. Kepala Li Jun kini ditahan oleh kedua tangan sang istri seolah dia ingin memberitahu Li Jun kalau dia sangat menikmati jilatan suaminya. "Ohhh ohh ooohhh ahhh AHHH oooh ohhh ahhh AHHH oooh ohhh ahhh AHHH sayangku. Suamiku. Ohhh ohh ooohhh ahhh AHHH oooh ohhh " teriak sang istri yang tak mampu lagi membuka kedua matanya karena nikmat tiada tanding itu. Fei Mi juga ikut menggoyangkan pinggul nya. Li Jun yang sudah tak asing dengan benda itu terus menjilati v****a istrinya sampai muka pendekar itu basah karena caoran o*****e dari istrinya. Sesekali Li Jun menjilati cairan cinta sang istri. Tubuh istrinya bergetar hebat. Setelah puas, dia kembali menatap wajah cantik istrinya yang masih mengatur nafas. Matanya menjadi sayu dan air mata nya turun membasahi wajah cantiknya. Setelah itu, Fei Mi yang sudah tidak malu dan sangat terangsang itu langsung membalikan tubuh kekar Li Jun. Dengan sangat cepat, Fei Mi melumat bibir suaminya dan mencium d**a bidang nya yang berotot. Tak butuh lama, dia langsung mencari bagian tubuh suami nya yang nanti akan memberikan kehidupan baru di rahim nya dan merenggut keperawanan nya. Fei Mi ingin membalas "kebaikan" sang suami. Dia akan melakukan hal yang sama ke Li Jun sekarang. Lidah gadis itu kini menjilati semua permukaan batang p***s Li Jun. Lubang kecil di kepala p***s itu juga dijilat dengan ujung lidahnya. "Ohhh istriku.... oh... nikmatilah sayangku.... oh.... nikmatnya... ohhhhhh.... tubuhku....milikmu....lakukanlah..... ohhh... apapun yang...kamu...ahhhhh mau...." kata Li Jun yang tak tahan dengan permainan lidah gadis cantik itu. Li Jun yang sangat menikmati karya agung sang istri harus mengakhiri nya. Dia kini menatap istrinya dengan lembut. Batang p***s itu sudah tak sabar untuk menerobos lubang v****a perawan sang istri. Sang istri sudah membuka kakinya lebar lebar mempersilahkan sang suami untuk menikmati tubuhnya. Batang kejantanan sang pemuda itu kini diarahkan ke sasaran yang dituju. Lubang rapat itu akan dirusak segel nya. Kesucian sang gadis yang paling cantik itu akan segera diberikan ke Li Jun. Dengan sedikit merintih dan mendesah, Fei Mi berkata, "oh Suamiku sayang. Lakukanlah. Kuserahkan kegadisanku kepadamu. Ambil dan terimalah. Malam ini seluruh tubuhku sudah resmi menjadi milikmu. Buahi segera rahimku, oh suamiku". Air mata Fei Mi mengalir membasahi wajahnya. Kedua tangan gadis itu memeluk leher sang suami. Li Jun mendorong p***s itu ke v****a istrinya. "Oh Sayangku... pelan... sakit... ah... sakit... sayangku... sakit... ohhhh" katanya merintih. Dengan pelan, kepala p***s itu masuk ke dalam v****a istrinya dan setelah beberapa percobaan, teriakan gadis itu membelah langit yang hitam. Keperawanan dia telah diambil dan p***s Li Jun sudah berhasil menembus kesucian v****a istrinya. Air mata itu mengalir lagi untuk kesekian kali nya karena dia merasakan sakit yang luar biasa dan kebahagian dia memberikan mahkota nya kepada sang pahlawan. Bagi Fei Mi, ini adalah suatu kehormatan dan kebanggaan bisa diperawani oleh sang jawara. Fei Mi membelai rambut suami nya dan mencium kening nya. Li Jun yang p***s nya sudah masuk secara paripurna ke dalam v****a istrinya kini membiarkan benda itu beradaptasi dengan "sarang" baru nya. Fei Mi yang tadi merintih kesakitan itu kini mulai menggoyangkan tubuhnya seolah rasa nikmat sudah menutupi rasa sakit itu. Li Jun akhirnya pelan pelan mulai memompa v****a istrinya sampai tempo gerakannya menjadi sangat cepat. Otot otot kekar Li Jun membuat Fei Mi semakin terangsang dengan keperkasaan Li Jun. Fei Mi mendesah dan menangis sesekali karena nikmat dan sakit bercampur aduk. Sambil menahan rasa sakit, Fei Mi dengan kedua kakinya menjepit punggung snag suami agar proses pembuahan rahim itu lebih "resmi" dan supaya Li Jun tak bisa mengeluarkan p***s nya. Fei Mi sangat menikmati proses pembuahan rahim nya itu. "Oh Sayang. Ohhhh... buahi rahim ku. Aku... mau.... ohhhh mengandung... ahhhhh anak mu... ohhhh... aku mau.... jadi seorang... ibu.... ahhh" teriak Fei Mi yang sudah mendapatkan o*****e ke 2 nya. "Sayangku.... ohhhhhhhhhhh" teriak Li Jun. Dia sendiri telah mencapai o*****e nya dan semua air s****a nya telah masuk untuk membuahi sel telur sang istri. Selesai sudah proses pembuahan rahim Fei Mi. Sang suami akhirnya terjatuh di atas tubuh telanjang istrinya nan indah itu. Fei Mi sangat terharu. Dia sudah dijadikan istri, diperawani dan baru saja dibuahi rahim nya oleh sang suami. Suatu kehormatan dan kebanggaan buat Fei Mi mengandung anak sang pendekar. Setelah mereka beristirahat sejenak, Fei Mi duduk dan mau mengucapakan terima kasih kepada benda yang baru saja membuahi rahim nya. Kemaluan Li Jun dijilat sampai bersih. Kemaluan Li Jun berdiri lagi dan sang istri kini memberikan pijatan khusus di buah zakar suaminya. Fei Mi tampak sangat menikmati kemaluan sang suami. Setelah itu Mereka beristirahat dan membersihkan diri mereka. Tak lama kemudian mereka tertidur. Beberapa hari setelah pernikahan itu, Li Jun dan ketiga "ajudan" setia nya ditugaskan untuk menyerang kapal pemberontak. 10 kapal perang dikerahkan. Li Jun dan ketiga ajudan nya memimpin perang itu. Total 200 pasukan yang terdiri dari 150 pasukan biasa dan 50 pasukan elite dirasa cukup untuk melawan para pemberontak. Mereka semua segera berangkat. Sayangnya pelabuhan itu berada jauh dari kota sehingga butuh waktu 1 hari untuk menuju ke sana. Fei Mi meminta agar sang suami berhati hati. "Tenang lah sayangku. Aku akan kembali membawa kemenangan. Aku tak akan membuat dirimu kecewa." Kata Li Jun dengan yakin. "Pergilah pahlawanku. Pertahankan tanah air kita. Kalahkan semua musuh musuhmu. Aku di sini menanti dirimu untuk kembali." Kata Fei Mi yang menangis di pelukan sang suami. "Jaga dirimu baik baik, istriku" kata Li Jun. Dia pun segera berangkat ke medan perang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN