Vella keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang sangat dingin dan bergetar. Sisa tangisannya masih saja lihat, namun tak ada seorang pun yang dapat menenangkan kegalauan hatinya. Duduknya pun tak tenang di pinggir tempat tidur, akibat ponsel di atas meja nakas kini menjadi objek pandangan kedua matanya. "Aku salah! Aku sangat salah. Aku yakin setelah ini Gege pasti nggak akan mau datang ke sini lagi, terus bagaimana sama kuliah ku?" lagi-lagi Vella masih saja berpikir tentang masa depannya. Tangannya terulur ingin menyentuh ponsel pemberian sang CEO, namun pintu kamarnya lebih dulu menimbulkan bunyi yang sedikit mengejutkannya. "Tok... Tok... Tok..." "Siapa itu!" refleks Vella sedikit was-was. Hal tersebut tentu saja karena ia paham peringai Jorge yang tidak akan mungkin masuk