PROLOG 1.1

475 Kata
Di usianya yang masih terbilang muda, Almira berhasil mengembangkan bisnis yang dirintis ibunya di bidang fashion. Iranesia Butik sudah semakin memiliki nama sejak Almira ikut terjun langsung mengelolanya. Tak cukup hanya sebagai pemimpin, Almira bahkan juga menjadi desainer utama bagi produk brand tersebut. "Terima kasih," ucap Almira ketika ia menerima buket bunga mawar berwarna merah muda. "Terima kasih banyak," lanjutnya, beralih pada orang kedua yang memberinya buket bunga. "Desain Mbak Almira memang tidak pernah mengecewakan. Mbak Almira pantas memenangkan fashion show kali ini," puji seorang desainer lain. "Anda terlalu memuji saya. Saya masih harus banyak belajar," balas Almira, yang memang masih selalu merendah. Di sisi lain, dua orang pria berpakaian rapi menatap Almira dari jauh. "Putri Almira Deananda. Dia putri pemilik Iranesia Butik?" tanya salah seorang pria yang sedang memperhatikan Almira. "Benar, Pak. Beliau juga merupakan desainer utama Iranesia. Bahkan delapan puluh persen dari pakaian yang ditampilkan mereka kali ini adalah hasil desain Ibu Almira sendiri," terang pria yang lain. Naga Mahawira. Ia adalah pemimpin grup raksasa Mahawira Group. Mahawira Group adalah sebuah perusahaan besar yang bergerak di banyak bidang, salah satunya fashion. Mahawira kerap kali menjadi sponsorship dalam kegiatan fashion show baik lokal mau pun internasional. Namun, menjadi suatu keberuntungan bagi Naga bisa bertemu dengan perempuan muda mengagumkan sepert Almira saat ini. "Dia single?" tanya Naga. Asisten Naga terkejut mendengarnya. Namun, ia segera mengecek informasi di tab-nya begitu melihat tatapan tajam atasannya. "Dia baru saja gagal menikah, Pak. Dia sempat menjalin hubungan cukup lama dengan Pak Bara Ariswara, bahkan sempat tersebar kabar jika mereka sudah akan menikah. Tapi pernikahan itu gagal, dan Pak Bara justru terlihat dekat dengan perempuan lain," terang asisten Naga. Naga tersenyum miring mendengarnya. "Bisa-bisanya perempuan seperti itu disia-siakan," gumam Naga, sembari meninggalkan tempatnya. Tanpa sadar, Naga mulai tertarik dengan perempuan itu. Perempuan itu memiliki daya tarik tersendiri bagi Naga. Dan entah kenapa, perasaan Naga berkata jika setelah ini ia dan Almira akan lebih sering bertemu. 'Andai aku belum memiliki kekasih, mungkin aku akan tertarik untuk memperistrinya,' batin Naga. Almira menoleh saat ia merasa diperhatikan. Namun, sepertinya itu hanya perasaannya saja. Karena nyatanya tak ada seorang pun yang tampak begitu Almira mengalihkan pandangannya. "Mbak Almira kenapa? Mbak Almira tidak apa-apa, kan?" "Oh saya tidak apa-apa. Ya sudah ayo! Kita perlu melakukan perayaan kecil-kecilan atas kemenangan kita," ujar Almira. *** Berbeda dengan ketika ia sedang bersama banyak orang, saat sendiri, Almira lebih banyak terdiam. Membuat desain adalah sesuatu yang sangat ia sukai sejak usia muda. Dengan mendesain, ia bisa melupakan sejenak beban hidupnya. Namun, tidak dengan kali ini. "Ah!" Almira menyerah. Ia menyobek kertas gambarnya lalu merematnya. Entah sudah berapa banyak kertas yang terbuang hari ini. Biasanya, ia tidak akan seperti ini. Ia bisa benar-benar fokus saat mendesain. Namun, semua berubah sejak ia kehilangan salah satu harapan terbesar dalam hidupnya - rencana pernikahannya yang terpaksa kandas karena calon suaminya mencintai perempuan lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN