Mirza baru saja tiba di apartemen. Pria itu merasa sangat gerah dan lelah. Merebahkan tubuhnya di atas sofa, sembari tangannya terus bergerak melucuti kancing kemeja beraroma parfum yang bercampur keringat. Kedua matanya terpejam. Napasnya cukup berat. Menunjukkan jika ia benar-benar merasa sangat lelah. “Hhh ....” Mirza menghela napas, detik kemudian membuka kedua mata. Meraih benda pipih yang baru saja bergetar dari dalam saku celananya. Ternyata sebuah pesan dari Mela. Sebuah pesan yang langsung Mirza abaikan tanpa membaca isinya terlebih dahulu. Memang, semenjak dirinya bertemu dengan Gita di kampung. Mirza mulai mengabaikan teman-temannya. Sebuah lingkaran yang sedari dulu diinginkan ayahnya untuk Mirza tinggalkan. “Gerah banget. Sebaiknya gue mandi dulu,” gumam pria itu. Mirza se