Mirza terus menyeret Gita hingga keluar cafe dan memasukkan perempuan itu ke dalam mobilnya. Menyalakan mesin kendaraan roda empat miliknya lalu menginjak pedal gas untuk meninggalkan halaman cafe. Mobil berwarna hitam itu melaju pesat tanpa arah tujuan. Mobil terus melaju, baik Gita ataupun Mirza sama-sama diam membungkam rapat mulut mereka. Hingga pada akhirnya Mirza merasa sudah tidak tahan lagi. Lantas, pria itu pun membuka suara. “Kenapa lo sama sekali nggak bicara?” ujar Mirza setelah cukup lama menunggu Gita membuka suaranya. Gita mengedarkan pandangan ke samping. Menatap Mirza dengan wajah yang sudah merah padam. “Aku tidak tahu harus berbicara apa,” ujarnya. Mirza membalas tatapan Gita kepadanya, namun detik berikutnya pria itu langsung memandang ke arah depan. Mengamati jal