TUJUH BELAS

998 Kata

Malam itu, setelah selesai makan malam bersama dengan keluarga pamannya, Larisa duduk di kursi balkon kamarnya sambil melihat ke arah langit gelap. "Apa yang dilakukan, Papa di sana, Nak? Mama kangen," ucapnya sambil mengelus perutnya yang membesar. Jika seorang istri begitu bahagia saat hamil ditemani oleh suaminya, maka tidak dengan Larisa yang kini berpisah dengan keadaan yang benar-benar menyakitkan waktu itu. Jika waktu bisa diputar kembali, Larisa tidak ingin merasakan pernikahan itu. Dia duduk sambil terus menatap langit malam disertai dengan bintang yang berkelip di langit. Tok tok tok Larisa menoleh ke sumber suara. Dia beranjak dari tempat duduknya yang melamun tadi, dia mendekat ke arah pintu kemudian membuka pintu dan menemukan paman dan juga Rian yang berdiri di depan pin

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN