Ayra membuka pintu kamar Vano dan Ayra mengusap kasar wajahnya sesaat setelah melihat keadaan kamar Vano.
Ayra melihat kamar Vano yang sudah ia bereskan dengan susah payah kini keadaannya lebih berantakan. Ia juga melihat Vano tengah berbaring di tempat tidur dan dengan santainya menonton film kartun di televisi.
Di sisi lain Vano yang menyadari Ayra tengah menatapnya, melihat ke arah Ayra.
"Ah ya! Aku belum tahu nama kamu," ujar Vano sambil mendudukan tubuhnya dan meraih remot televisi yang tak jauh dari jangkauannya.
"Kita kenalan dulu," ujar Vano.
"Namaku Vano Pratama, panggil aku Vano atau Tuan Muda," pinta Vano.
"Nama kamu siapa?" Tanya Vano pada Ayra.
"Nama saya Ayra," awab Ayra singkat tanpa senyum. Ayra saat itu benar-benar sangat kesal karena Vano telah membuat kamarnya kembali berantakan.
"Oh iya Ayra. Eh tidak tidak!"
"Aku harus memanggil kamu apa ya? Bibi, Tante atau Mbak?" Tanya Vano pada Ayra.
"Terserah," jawab Ayra pasrah.
Melihat ekspresi Ayra yang tak lagi seramah tadi, Vano pun mengangkat satu sudut bibirnya.
'Ah pengasuhku ini sepertinya sudah mulai kesal,' batin Vano senang.
"Oke aku panggil Mbak saja," ujar Vano. Ayra hanya mengangguk.
"Oh iya Mbak, sepertinya Mbak harus segera membereskan kamarku. Ayahku paling tak suka melihat kamarku berantakan loh. Pernah ada pengasuh yang dipecat karena saat ayahku ke kamar kamarku ini berantakan," ucap Vano seakan menakut-nakuti Ayra.
Mendengar ucapan Vano Ayra pun langsung terdiam.
'Tidak-tidak, aku tidak boleh dipecat! Seberat apapun Vano merepotkanku aku harus bertahan bekerja di rumah ini,' pikir Ayra.
"Mbak?" Panggil Vano.
Ayra melihat ke arah Vano.
"Oke, mbak akan merapikan kamar ini sekarang," ucap Ayra.
Saat Ayra hendak merapikan mainan yang berserakan. Vano memanggil Ayra.
"Mbak," panggil Vano yang duduk di atas tempat tidur.
Ayra melihat ke arah Vano.
"Iya ada apa Tuan Muda?" Tanya Ayra yang mulai lembut kembali. Kesabaran Ayra benar-benar sangat diuji. Baginya hari ini sangatlah panjang.
"Ambilkan pakaian untukku. Aku masih memakai seragam, jika ayahku tahu pasti ayahku akan mengomeli mbak," ucap Vano.
"Oke baik akan saya ambilkan," jawab Ayra.
Ayra pun menuruti perintah Vano dan mengambil satu baju dan satu celana dari lemari yang ada di kamar itu.
Ayra langsung menyerahkan pakaian yang ia ambil pada Vano yang masih duduk di atas tempat tidur.
Melihat pakaian yang akan diserahkan Ayra, Vano hanya mengambil celananya saja.
"Aku tidak mau pakai baju warna biru, aku mau pakai baju warna merah,"ujar Vano.
Ayra tak berkata apapun, ia langsung kembali berjalan ke arah lemari. Ayra menyimpan kembali baju warna biru yang tadi ia ambil dan mengambil salah satu baju berwarna merah.
Ayra memberikannya kepada Vano, tapi bukannya menerima. Vano kembali menolak.
"Mbak masa siang-siang cuaca panas begini aku pakai baju lengan panjang?"
"Aku tak mau, ambilkan yang lain. Tapi tetap warna merah ya!" Pinta Vano. Ayra pun mengangguk.
Ayra yang tak mau salah lagi akhirnya mengambil semua baju berwarna merah yang ada di lemari dan meletakan semua baju itu di depan Vano.
Vano mengerutkan keningnya.
"Kenapa semuanya diambil? aku perlu hanya satu," ujar Vano.
"Maaf ya Tuan Muda. Anda tidak memberi tahu ciri-ciri pakaian yang anda inginkan secara spesifik jadi daripada saya bolak-balik dan tidak merapikan kamar ini, lebih baik Tuan Muda pilih saja. Baju yang mana yang anda inginkan," jawab Ayra sambil tersenyum. Vano mengerucutkan bibirnya.
Vano mengambil salah satu baju warna merah yang ada di depannya. Setelah itu ia turun dari tempat tidur dan membawa pakaian ganti itu ke kamar mandi.
Ayra tak bicara lagi pada Vano. Ayra tahu anak itu akan mengganti pakaiannya di kamar mandi.
Ayra langsung mengambil tumpukan baju berwarna merah dari atas tempat tidur Vano dan memasukannya kembali ke dalam lemari.
Setelah itu Ayra langsung merapikan kamar yang sangat berantakan itu.
Ayra yang sebelumnya merapikan kamar itu kini tidak terlalu kesulitan.
Saat Ayra sedang merapikan kamar Vano keluar dari kamar mandi dengan sudah berganti baju.
Anak itu berjalan ke arah pintu.
"Tuan Muda mau kemana?" Tanya Ayra.
Vano yang saat itu sudah ada dekat pintu melihat ke arah Ayra.
"Ke ruang TV, mau menunggu ayah pulang," jawab Vano. Setelah itu ia langsung keluar dari kamar.
Ayra menghembuskan nafasnya.
"Ya, lebih baik keluar dari kamar. Agar aku bisa merapikan kamar ini dengan leluasa," ucap Ayra.
Setelah kepergian Vano Ayra benar-benar membereskan kamar itu dengan sangat rapi dalam waktu satu jam lebih.
"Sepertinya Vano berusaha membuat aku tidak betah menjadi pengasuhnya. Tugasku hanya mengurusi Vano dan kamarnya, tapi rasanya sangat melelahkan."
"Sepertinya ia tidak ingin aku ada di sini dan menjadi pengasuhnya."
"Aku harus kuat. Aku harus ingat aku harus bertahan di sini, karena suatu hari nanti aku akan membalaskan perbuatan ketiga orang itu. Akan sulit mendapatkan pekerjaan bagiku karena aku tak memegang identitas," ucap Ayra sambil mengingat wajah ibu tiri dan kedua saudara tirinya yang membuat ia diusir dari rumahnya.
Setelah selesai merapikan kamar Vano, Ayra keluar dari kamar itu.
Ayra berjalan ke arah halaman belakang rumah dan ternyata di sana ada dua orang asisten rumah tangga yang sudah duduk.
Ayra sudah kenal dengan keduanya, mereka adalah Lani dan Reni.
Ayra bergabung duduk bersama Lani dan Reni yang ternyata keduanya baru selesai mengerjakan tugas mereka masing-masing.
"Ayra, bagaimana Tuan Muda Vano? Apa dia menyulitkanmu?" Tanya Lani.
"Em, ya begitulah," jawab Ayra sambil tersenyum.
"Ah sudah aku duga," ucap Lani.
"Tuan Muda Vano selalu menyulitkan pengasuh-pengasuhnya. Ia sebenarnya tak ingin punya pengasuh yang ia inginkan adalah seorang ibu," jelas Lani.
"Oh iya, memang ibunya kemana?" Tanya Ayra penasaran.
Lani pun memberitahu pada Ayra jika ibu Vano meninggal saat melahirkan Vano, dan ayah Vano belum menikah lagi karena sibuk bekerja.
Padahal kenyataannya, ayah Vano belum kembali menikah karena sangat mencintai mendiang istrinya dan tak berpikir untuk menikah lagi.
"Oh jadi Tuan Muda tidak punya ibu," ucap Ayra.
"Iya Ayra," jawab Lani.
"Ayra, karena kamu sekarang adalah pengasuh Tuan Muda. Pasti kamu akan berhubungan dengan tuan Rangga, ayah Tuan Muda Vano. Dia sangat tampan," ujar Reni sambil senyum melihat ke arah langit.
"Iya benar! Pasti kamu akan jatuh cinta padanya!" Seru Lani. Ayra hanya tersenyum.
"Jaga hatimu ya Ayra, karena semua pengasuh Tuan Muda jatuh cinta pada tuan Rangga tapi semuanya tak berhasil meluluhkan hatinya," ujar Reni.
"Oke siap," jawab Ayra.
Tak lama kemudian seseorang menghampiri Ayra.
"Ayra, tuan Rangga sudah datang. Kamu diminta menghadap padanya," ujar Minah.
"Tuan Rangga?" Tanya Ayra.