Rangga tak bisa menampik bahwa dia teringat dengan Ayra selama bekerja. Meski Rangga mencoba mencoba mengabaikan perasaan yang mengusik hatinya, namun tetap saja dia jadi bersikap seperti anak remaja. Bisa-bisanya dia merindukan Ayra saat dia sudah berkepala 3 seperti ini. Padahal, walaupun dirinya masih terbilang tampan, tapi bukankah tenggat usia mereka terpaut cukup jauh? Lagipula kalau dia sungguh menginginkan Ayra, apakah tidak kasian perempuan itu harus menikahi duda beranak satu sepertinya? "Astaga. Sekarang Ayra lagi apa ya?" celetuk Rangga berandai-andai. Dia ingin sekali menelpon Ayra mumpung sedang senggang. Namun, dia merasa malu. Egonya masih terlalu besar untuk diungkapkan kepada Ayra. Alhasil dia menunggu saja sampai pulang. Waktu berlalu dengan lambat karena Rangga t