Suara klakson terus berbunyi panjang, membuat gerakan lamban saat menuang air panas menjadi 2 kali lebih cepat. Dua botol termos aku tutup cepat, lalu bawa lari, sambil kocok supaya kopinya bercampur merata. Hampir lupa mengunci rumah. Aku yang menginjak tangga teras terakhir terpaksa berputar 180 derajat untuk kembali mengunci pintu, lalu masuk ke mobil Mas Satya. Napas aku embuskan kasar, kemudian menyerahkan sebotol termos pada Mas Satya. "Sekarang, aku udah biasa kerja sama Mas. Udah bisa atur solusi buat tiap masalah." Dengan bangganya aku mengeluarkan kalimat barusan. "Ini kopi, biar nggak ngantuk. Aku juga satu." "Pintar!" puji Mas Satya kemudian mengusap kepalaku beberapa kali. Mobil bergerak, meninggalkan pekarangan rumah dengan laju yang terbilang cepat. Sambil Mas Satya fok