Ngidam pecel

1519 Kata
"Om nggak punya keluarga? terus kenapa Om nggak membangun keluarga Om sendiri? Om kan udah dewasa banget seharusnya udah menikah, punya istri dan punya anak jadi Om punya keluarga, gampang kan?" Kala tersenyum miring mendengar apa yang Nara ucapkan, karena laki-laki itu tahu membangun keluarga tidak semudah Nara mengucapkannya. "Mari kita membuat kesepakatan Nara. Kita tinggal bersama dalam satu tempat, kamu menjadi tanggung jawab Om sampai nanti orang tua kamu mengambil kamu kembali dan selama itu kita tidak perlu mencampuri atau banyak berkomentar tentang kehidupan pribadi satu sama lain? gampang kan?" Nara terdiam sambil mencibirkan bibirnya mendengar ucapan tegas Kala yang diberikan untuknya, Gadis itu menatap punggung tegap kala yang berjalan semakin menjauh hingga hilang di balik pintu kamarnya. "Aku ngantuk banget, kayaknya aku butuh hibernasi deh!" kelakar Nara dalam gumaman sambil berjalan menuju kamarnya. *** "Nara ...." "Nara ... bangun!" Berulang kali Kala mengetuk pintu kamar Nara tapi tidak juga terdengar jawaban dari gadis itu. "Nara kamu dengar Om nggak? Nara ... kamu tidur apa pingsan sih?" kembali kala mengetuk pintu kamar Nara. "Nara ... Om masuk ya!" akhirnya kala menyerah, laki-laki itu memutar gagang pintu dan membuka pintu kamar Nara, kala menggelengkan kepalanya sambil berdecak kesal melihat Nara meringkuk di atas ranjang dengan begitu lelap. "Nara, Nara bangun. Udah sore!" kata kala sambil menatap gadis yang benar-benar tertidur dengan nyenyak tapi Nara tetap bergeming seolah suara Kala hanya hembusan angin belaka. "Nara bangun udah sore, Nanti malam kamu nggak bisa tidur loh!" akhirnya kala menepuk pipi Nara dan barulah saat itu Nara menggeliat sambil membuka matanya. "Apa sih Pa, Nara males berangkat kuliah ah!" gumam Nara seperti sebuah igauan sambil menarik selimutnya menutupi wajah cantiknya, Kala menggelengkan kepala gemas akan tingkah gadis itu. "Dasar anak manja!" gerutu Kala kesal, "Nara, Om Bukan Papa kamu, ayo cepetan bangun Om mau ke supermarket kamu mau ikut atau ditinggal di sini sendirian!" "Hah? Om Kala jangan marah-marah dong! aku kan ngantuk banget kayaknya aku masih jet lag," ucap Nara sembari membuka matanya dan menatap Kala yang saat ini tengah berkacak pinggang di samping ranjangnya. "kalau kamu jet lag Kamu harus memperbaiki pola tidur kamu, kalau jam segini kamu masih tidur nanti kamu nggak bakalan bisa tidur malam, ayo cepetan bangun! Om kasih waktu kamu lima belas menit, kalau lima belas menit kamu belum keluar Om tinggal!" Nara menghela nafas kesal lalu bangun dari rebahannya dan kembali menatap punggung tegap Kala yang berjalan menjauh dan hilang di balik pintu. "Kenapa sih Papa harus nitipin aku sama Om-om galak kayak dia!" gerutu Nara sembari menuruni ranjangnya, gadis itu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan bersiap-siap keluar dari kamar untuk ikut Kala berbelanja. *** "Om di sini ada yang jualan pecel nggak? kayaknya aku ngidam pecel deh!" kata Nara membuat Kala yang berjalan di depannya sambil mendorong troli yang penuh belanjaan mereka langsung menghentikan langkah dan menatap Nara yang sedari tadi membuntutinya dengan mata membulat sempurna. "Kamu tuh aneh-aneh aja deh, Biasanya anak muda kayak kamu itu lebih suka makanan western atau makanan-makanan Korea, Jepang, chinese food. kamu malah pengen pecel, di sini lagi! Mana ada yang jualan pecel di sini!" kata Kala setengah mengomel, Nara langsung terdiam dengan wajah kecewa mendengar apa yang laki-laki itu ucapkan. "Aku juga nggak tau Om, padahal Biasanya kalau di Jakarta Aku nggak pengen pecel, tapi sekarang tiba-tiba aku pengen pecel kayaknya ini bawaan dedek bayi deh!" jawab Nara, Kala yang masih menatapnya langsung menghela nafas panjang. "Om tuh heran kenapa perempuan yang lagi hamil selalu jadiin anaknya sebagai alasan, Gimana bisa anak yang belum lahir pengen pecel, dia belum tau apa-apa, Nara, apalagi tau pecel! udah deh Nara, kamu nggak usah aneh-aneh kamu makan vegetable salad aja, kayaknya di rak sana ada yang siap makan!" ucap Kala sambil menunjuk sebuah rak di mana tersusun berbagai jenis makanan siap saji termasuk salad. Nara hanya diam cemberut mengikuti langkah Kala menuju rak yang ia tunjuk, laki-laki itu berhenti di dekat susunan beraneka jenis salad siap makan dengan berbagai pilihan isian dan saus perasa. "Udah kamu pilih mau salad yang mana," kata Kala pada Nara yang berdiri di sebelahnya. "Enggak jadi Om, kata dokter ibu hamil enggak boleh makan makanan mentah," sahut Nara datar, kala menghela nafas berat mendengarnya. "Terus maunya gimana? kita bikin pecel sendiri? tapi Om mana bisa bikin pecel, kamu bisa?" tanya Kala sedikit melunakkan suaranya laki-laki itu sedikit iba melihat kedua mata Indah Nara berkaca-kaca hanya karena ingin makan pecel. "Aku nggak bisa tapi kan kita bisa cari resepnya di internet, sekalian cari tau bahan-bahan apa aja yang harus kita beli," jawab Nara dengan penuh semangat, akhirnya Kala tersenyum tipis lalu menganggukkan kepalanya membuat Nara terlihat begitu gembira. Nara langsung menyalakan ponselnya mencari resep dan panduan untuk membuat pecel, gadis itu lalu langsung mengajak kalah mencari beberapa bahan yang mereka butuhkan. "Kenapa perempuan hamil juga merepotkan, yang bikin baby-nya siapa aku yang harus repot ngurus ngidamnya!" "Om enggak ada asam jawa, gimana dong?" tanya Nara Karena setelah berputar-putar dan bertanya pada pegawai swalayan itu mereka tetap tidak bisa menemukan bahan yang mereka cari. "Ya udah pakai vinegar aja, kan sama-sama asem," jawab Kala ringan. "Ya Mana bisa Om, nanti pecelnya malah rasa kuah bakso! kita skip aja deh nggak usah pakai asam jawa," jawab Nara, Kala hanya menggedikkan bahunya tidak terlalu menanggapi apa yang Nara katakan. Mereka berdua kembali berjalan beriringan menuju kasir setelah merasa semua yang mereka butuhkan sudah mereka ambil, Nara yang berjalan sambil melihat ke sekeliling terkejut ketika Kala memintanya berhenti. "Ada apa Om?" tanya Nara saat melihat Kala bersembunyi di balik rak deterjen seperti sedang menghindari seseorang, Nara melihat seorang wanita dan laki-laki di depan sana jelas dari penampilan dan perawakannya sepasang sejoli Yang bergandengan mesra itu berasal dari negara yang sama dengan mereka. "Om kenal sama mereka? Kenapa menghindar? Om ada masalah sama mereka?" tanya Nara penasaran, Kala yang merasa gemas langsung menarik gadis itu untuk ikut bersembunyi bersamanya. "Mereka udah nggak ada, Om," bisik Nara karena memang ia sudah tidak melihat kedua orang itu di tempat semula, kalah langsung mendorong troli belanjaan dan mengajak Nara segera berjalan ke kasir untuk membayar belanjaan mereka. Kala terlihat seperti ingin segera pergi dari tempat itu membuat Nara tahu jika Kala benar-benar tidak ingin bertemu dengan mereka berdua tapi karena belanjaan mereka cukup banyak membuat Kala dan Nara cukup lama berada di meja kasir hingga kedua orang itu tidak menyadari seseorang yang sedang Kala hindari sudah berdiri di dekat mereka juga untuk membayar belanjaan. "Kala?" sapa wanita yang sampai saat ini masih menggandeng tangan laki-laki di sebelahnya entah apa status mereka Nara tidak tahu, Kala begitu terkejut mendengar wanita itu memanggil namanya tapi Nara melihat Kala berusaha bersikap biasa saja. "Hay, Anna kamu di sini?" tanya Kala seolah begitu terkejut melihat perempuan itu, Nara terdiam sedikit mencibirkan bibirnya melihat akting Kala walaupun Gadis itu mengakui akting Kala lumayan bagus, perempuan cantik yang menyapa Kala itu pasti tidak akan menduga kalau Kala sudah lebih dulu melihatnya tapi berusaha menghindar. "Iya, aku baru beberapa minggu di sini, suami aku dipindah tugaskan di kota ini. kamu juga tinggal di sini?" kata perempuan itu, Kala hanya tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya, "Oh iya, kamu masih ingat suami aku kan? walaupun kamu cuma sekali ketemu dia di hari pernikahan kami." Kala tersenyum lalu menyalami laki-laki yang ternyata adalah suami dari perempuan yang Kala kenal itu, Nara hanya diam perlahan mengerti jika yang Kala hindari adalah perempuan cantik itu. "Sayang, ini teman kuliah aku dulu, namanya Kala," kata perempuan cantik itu pada sang suami. Mereka hanya berbasa-basi singkat, saling menanyakan kabar lalu transaksi Kala dan Nara di kasir selesai hingga mereka memiliki alasan untuk segera pergi meninggalkan sepasang suami istri yang tampak begitu mesra itu. "Om Kala Kok nggak ngenalin aku sama perempuan tadi?" tanya Nara pada Kala yang tengah sibuk memasukkan belanjaan mereka ke dalam mobil. "Buat apa?" sahut Kala ringan bahkan terkesan dingin. "kan kita tinggal di negara asing Om, kalau ada orang yang kita kenal dan berasal dari negara yang sama dengan asal kita rasanya menyenangkan," ucap Nara ringan, Kala yang masih belum selesai memasukkan belanjaan tidak menghentikan kegiatannya. "Anggap kita nggak pernah ketemu sama mereka," kata Kala tanpa menatap Nara yang saat ini sedang menatapnya begitu lekat sambil menyandarkan bahunya di mobil laki-laki itu. "Tante Anna itu, mantan pacarnya Om Kala kan?" tanya Nara, akhirnya Kala menghentikan kegiatannya dan menatap Nara dengan tatapan aneh. "Kenapa kamu bisa beranggapan begitu?" tanya kala sambil menaruh paper bag terakhir ke dalam mobilnya. "Kelihatan kok dari mata Om Kala, dari cara Om Kala natap Tante Anna walaupun cuma sekilas aku tau kalau Tante Anna itu punya arti tersendiri di dalam hati om Kala," jawab Nara yang memang bisa melihat pandangan mata Kala terasa berbeda ketika menatap perempuan itu tadi. "Ingat kesepakatan kita Nara, jangan pernah mencampuri atau berkomentar tentang kehidupan masing-masing!" kata Kala tegas sambil menutup bagasi mobilnya dengan begitu keras hingga membuat Nara sedikit terperanjat. "Siapa yang bilang sepakat, kan itu kesepakatan Om Kala sendiri, aku nggak pernah menyepakatinya," ucap Nara ringan, Kala hanya diam sambil melirik sinis pada gadis itu lalu meninggalkannya masuk ke dalam mobil. "Labil banget sih itu om-om, kadang baik kadang galak!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN