Dua hari kemudian. . . Jackson duduk di balkon kamarnya, menghabiskan isapan terakhir dari sebatang rokoknya lalu, mengembuskan asap putih pekat yang membentuk gumpalan abstrak ke udara seperti isi pikirannya saat ini. Pria dua puluh empat tahun itu kini sudah mendapatkan alamat dan di mana Maita tinggal. Namun entah mengapa dirinya masih ragu untuk menemui wanita yang membuat tidurnya tidak tenang selama beberapa tahun belakangan ini. Apalagi ketika anak Maita memanggil Daddy kepada Omar, hatinya seperti di ramas. Kecewa? Jelas itulah yang di rasakan pria itu saat ini. Ibarat kata, sudah dibawa terbang tinggi ke langit paling atas, namun secara tiba-tiba langsung dihempas ke bumi seketika itu juga. Namun sayangnya untuk informasi mengenai hubungan antara Maita dan Omar sama sekal