LIMA PULUH SEMBILAN

1242 Kata

Yura memaksakan senyum di bibirnya saat berpapasan dengan Isni pagi itu di kantor setelah briefing senin. Hatinya sih, berat. Takut diabaikan. Namun akal sehatnya memaksa. Dia harus terlihat biasa saja dan baik-baik saja di depan Isni. "Eh…." Dia berkedip dengan wajah cengo saat Isni mengabaikannya dengan berbelok ke koridor lain sebelum mereka sempat berpapasan. Yura sedikit malu karena diabaikan begitu. Wajahnya sempat memerah dan bingung sendiri. Untungnya, di sana tak ada siapa pun yang melihatnya. Jadi dia aman, wajahnya masih selamat. Paling tidak, setelah ini tak ada lagi gosip baru tentangnya. Dia menoleh ke koridor tempat Isni berbelok tadi. Toilet? Jangan-jangan Isni tak membalas salamnya karena sebenarnya dia kebelet ke toilet? "Hei." Yura nyaris berteriak kaget karena sese

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN