Aini meringis merasakan pergerakan kuat di dalam perutnya. Janin didalam sana rupanya merasakan apa yang kini dia rasakan. Perut buncitnya bahkan menonjol-nonjol seolah makhluk di dalamnya ingin keluar. "Ssshhh... Kamu ini kenapa?" Aini mengusap perutnya sendiri. "Jangan siksa mama seperti ini." katanya, dan dia bangkit dari posisi berbaringnya lalu duduk bersandar pada kepala ranjang. Klek! Suara pintu dibuka dari luar, lalu bergerak perlahan. Dan kepala Faiq menyembul dari celah pintu yang terbuka. "Mas?" Aini menoleh. "Kamu belum tidur?" Faiq dengan cengiran khasnya. Susah payah dia berjalan mengendap karena takut membangunkan Aini, namun istri mudanya itu ternyata masih terjaga. "Barusan tidur tapi... " Aini meringis lagi sambil memegangi perutnya. Faiq masuk dan segera n