10- Di Toilet

1516 Kata
Karina tengah berada di bilik toilet untuk berganti baju olahraganya ke seragam OSIS. Gadis itu mendengar suara teman- teman sekelasnya tengah mengobrol di depan biliknya. Mereka tengah berdandan dan Karina hanya dapat mencuri dengar dari dalam bilik itu. Jena dan Fina telah berganti pakaian sejak tadi, sedangkan Karina tadi sempat dipanggil sebentar ke kantor guru. Jadi hanya dirinya seorang yang belum berganti baju. Karina kini telah menyelesaikan kegiatannya berganti baju, dengan segera ia membuka pintu bilik toiletnya dan ke luar dari sana. Ia ingin segera membasuh wajah dan memoleskan kembali make up-nya. Tawa gadis- gadis di depan bilik toiletnya terhenti seketika saat Karina ke luar. Karina melihat ada tiga teman sekelasnya tengah tersenyum padanya. Kalau ia tidak salah ingat, nama mereka itu Anggi, Gita, dan Kaila. Karina tersenyum lebar menyapa ketiganya. "Hai." "Hai." Anggi yang pertama kali membalas sapaannya disusul oleh kedua gadis lainnya. Kemudian mereka kembali mengobrolkan banyak hal yang Karina tidak mengerti. Karina segera menyejajarkan dirinya di samping ketiga gadis itu. Ia memoleskan kembali bedak dan liptint-nya sembari bercermin dalam diam. Ia bukan tipe orang yang pandai bergaul, jadi ia hanya diam. "Lo ingat nama kita?" Karina terkesiap kecil dan menoleh. Gita ternyata yang menanyainya. Dengan segera Karina menyimpan kembali bedaknya. Ia mengangguk sembari tersenyum lebar. "Iya, inget." Gita tersenyum dan menatap kedua teman lainnya. "Syukur deh. Gue kira lo lupa karena kita baru dua hari kenal," ucapnya. Kaila mengangguk di sebelah Gita. "Iya, bener." Kemudian gadis itu melihat liptint yang dipegang oleh Karina, dan dengan cepat merebutnya membuat Karina terkejut. "Wah, ini liptint yang gue lagi cari-cari," ucapnya antusias. Anggi mendekati Kaila dan ikut memegang liptint itu. "Wah, bener. Ini 'kan terbatas banget. Cepet habis dalam sepuluh menit, bahkan gue cari ke store- nya aja lama banget produksi lagi." Karina tersenyum lebar. "Oh, ya?" Ia tidak menyangka bahwa liptint-nya akan membuatnya jadi lebih dekat dengan teman sekelasnya yang lain. "Di sekolah gue yang dulu ada bazar liptint itu, dan lagi promo malah. Gue beli deh." Anggi menatap Kaila dan mengangguk bersamaan. Kemudian serempak berucap. "Kita boleh coba?" Karina tentu saja mengangguk. "Boleh." Ia tidak mungkin 'kan mengatakan tidak pada teman sekelasnya yang baru dikenalnya dua hari itu. Tidak mungkin membuat kesan pertama mereka padanya hancur. Gita tersenyum dan hanya memandangi kedua temannya yang tengah mencoba liptint milik Karina itu. Ia melihat Karina tengah ikut memandangi kedua temannya. Tiba-tiba ia penasaran akan sesuatu hal tentang Karina. "Gue lihat, lo langsung dekat sama gengnya Pina," ucap Gita dengan senyum tipis menatap Karina. Karina sontak menoleh, dan langsung menatap Gita. Ia mengangguk cepat. "Iya. Gue bersyukur mereka baik banget dan mau menyambut gue." Gita mengangguk-anggukkan kepalanya dan kini membalik badan, ikut bercermin pada cermin besar di dalam toilet itu. Ia menatap wajah Karina yang terpantul di cermin. "Lo beruntung masuk gengnya mereka." "Beruntung?" Anggi yang tengah mencecap bibirnya yang sudah terpoles liptint itu ikut menganggukkan kepalanya. Dengan cepat ia mendekati Karina dan menyerahkan kembali liptint itu. "Ini. Makasih, ya." Anggi menatap Karina lagi. "Iya, lo beruntung bisa disambut baik sama Geng 4Na itu." "Tunggu, bukannya harusnya sekarang jadi 5Na karena Karina udah masuk?" Kaila menatap kedua temannya itu. "Iya, itu deh pokoknya." Anggi berujar santai sambil merapikan rambut sebahunya. "Apa karena nama Karina akhirannya sama-sama 'Na' ya makanya dia dimasukin dalam geng?" Kaila menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Betul. Pasti karena namanya." Gita menyahuti. "Kenapa memangnya? Kok bisa gue dibilang beruntung?" Karina menatap ketiga gadis di depannya dengan raut bingung. Kini Gita membalik badannya dan menatap Karina. "Lo gak tahu? Mereka itu geng orang-orang terkenal di sekolah kita." Karina mengernyit. Terkenal? Memangnya seterkenal apa sih geng 4Na itu, sampai-sampai membuat bahkan teman sekelas mereka sendiri mengatakan hal begitu. "Rupanya lo belum tahu." Gita terkekeh dan bersidekap di depan dadanya. "Jelasin, Git!" Anggi terkekeh menatap Gita dari cermin. Sedangkan Kaila hanya diam saja. Gita merapatkan lengannya di depan dadanya. Ia memandang Karina dari atas ke bawah. Kemudian tersenyum lebar. "Gue tahu lo pasti anak orang kaya dari dandanan lo. Mungkin itu alasan Pina langsung tertarik dan nyuruh lo gabung sama mereka." Karina mendengarkan hal itu namun ia masih belum paham dengan apa yang dikatakan Gita. "Geng mereka itu isinya anak orang kaya dan anak-anak pintar di sekolah. Gak sembarangan orang bisa masuk gitu aja, dan gak sembarang orang bisa sedekat itu sama mereka." Gita mulai menjelaskan. Namun sebelum kembali bersuara, ia memegang rambut panjang Karina. "Lo udah masuk grup chat mereka?" tanyanya. Karina mengangguk dengan cepat. "Iya." Gita tertawa ringan diiringi tawa dari Anggi dan Kaila. "Wah, bahkan lo langsung dimasukkin ke dalam grup chat mereka." "Congrats, Karina." Anggi menambahkan. Karina masih mengernyit. Ia masih bingung apa yang sebenarnya mereka maksud. Terlebih, ia tidak mengerti apa sebenarnya maksud mereka mengatakan hal ini padanya. "Lo masih belum paham juga?" Gita mencondongkan wajahnya dan tersenyum. Kemudian setelah melihat Karina hanya diam, ia melanjutkan kalimatnya. "Oke, kita mulai dari Jena. Jena itu anak salah satu donatur tetap di sekolah kita, artinya dia bener-bener dari keluarga tajir melintir. Jena juga cantik banget yang bikin ia makin terkenal di sekolah ini, apalagi dia juga ikut ekskul Teater-" "Tunggu! Bukannya Jena terkenal karena Jun?" Kaila memotong kalimat Gita. Gita langsung memelototi Kaila. "Iya, gitu pokoknya. Jena itu sahabat sejak kecilnya Jun, makanya dia terkenal di sekolah terlebih dia bersahabat sama Jun." Karina mulai mendengarkan dengan seksama. Ia baru tahu fakta itu tentang Jena. Ia kembali mendengarkan kelanjutan kalimat Gita. "Terus, Jun. Wah, kalau Jun mah gak usah ditanya lagi. Lo juga udah tahu 'kan tentang dia?" "Jun yang katanya King of Making Friend?" Karina mengerut dahi. Gita menjentikkan jarinya. "Seratus buat lo." "Jun sih emang terkenal karena dia ramah banget orangnya, ya, 'kan? Terus juga ganteng banget sih." Anggi terkekeh menanggapi. Ia menatap Karina dengan rona di pipinya. "Siapa sih yang gak suka lihat cowok ganteng?" Kaila terkekeh bersama Gita di sampingnya. "Jun juga pinter banget. Udah mondar-mandir ikut olimpiade, dan langganan ranking satu." "Dia juga anggota OSIS. Makanya dari anak seangkatan, adik kelas, bahkan kakak kelas sekalipun kenal dia." Anggi melanjutkan. "Bahkan jadi ketua tim dance sekolah." "Jun itu paket komplit." Gita menambahkan dengan kekehannya. Karina mengangguk-anggukkan kepalanya. Kalau Jun ... ia memang sudah mendengar semuanya bahkan saat pertama kali bertemu dengan cowok itu. "Kalau Pina sama Rehan?" "Pina itu ..." Kaila hendak menjelaskan namun ucapannya terpotong saat ada seseorang yang masuk ke dalam toilet lagi. Yang ternyata teman sekelas mereka juga. "Wih, lagi ghibah-in gengnya Pina?" Dita masuk ke dalam toilet dan menimbrung dengan santai. Kaila hanya mengangguk-angguk saja. "Lo gak tahu Pina itu anak Wakil Kepala Sekolah kita? Bahkan Papanya Pina itu kabarnya mau diangkat ketua komite yayasan." Dita yang baru saja bergabung dengan mereka, dengan lancar mengatakan hal itu. Ia santai saja mencuci tangannya di dekat keempat gadis itu. Karina tersentak. "Kalau Rehan? Dia juga anak orang kaya?" Keempat gadis di dekat Karina itu saling bertatapan lalu tertawa bersamaan. "Rehan itu bukan kaya lagi. Tapi udah di atas plus plus." "Kedua orangtuanya di luar negeri, dan rumornya bilang kalau tadinya dia mau ikut orangtuanya ke luar negeri, tapi gak jadi. Rehan tetap milih tinggal di Indonesia, karena dia punya banyak teman di sini." "Iya. Betul." Keempat gadis itu mengangguk bersamaan. Karina hanya dapat ikut mengangguk bersama mereka. "Kenapa orangtuanya Rehan di luar negeri?" Ia kini makin penasaran dengan informasi tentang keempat teman barunya di geng 4Na itu. "Ayahnya Rehan itu 'kan Duta Besar." Gita menjawab dengan santai. Karina menutup bibirnya dengan cepat. Ia membungkam dengan telapak tangannya agar tidak mengumpat. Gadis itu terlalu terkejut mengetahui fakta tentang keempat teman barunya itu. Bahkan ia baru tahu bahwa dirinya tergabung dalam geng yang isinya semua anak orang kaya. "Mereka semua ... beneran sekaya itu?" Karina berucap masih membekap bibirnya sendiri. Keempat gadis di depannya itu menatap Karina dengan aneh. "Bahkan lo sendiri aja kaget." Gita terkekeh. "Tunggu, Jun keknya bukan anak orang kaya deh." Kaila yang sejak tadi mendengarkan, kini mulai memprotes. "Maksud lo?" Anggi menatapnya sebal. Kaila mengibaskan tangannya di depan gadis-gadis itu. "Iya, gue dengar sendiri kalau dia 'kan penerima Beasiswa Prestasi, tapi sebenarnya dia itu gak kaya amat." "Oh, iya gue tahu. Jun itu emang bukan anak orang kaya. Tapi dia gabung geng itu karena Jena." Dita menambahkan. "Yang bener lo?" Anggi bertanya dengan julid. "Gak masalah, sih. Yang penting Jun itu ganteng." Kaila malah melantur. Karina yang sejak tadi hanya mendengarkan itu kini menatap gadis-gadis itu berdebat tentang Jun. Mendebatkan rumor mana yang benar atau salah. "Iya, gitu deh pokoknya." Gita mengibaskan tangannya. "Kalau lo kepo, kenapa lo gak tanya sendiri ke mereka? Lo 'kan anggota gengnya sekarang," tukas Dita menyentuh lengan Karina. Perkataan Dita itu membuat beberapa pasang mata milik gadis-gadis itu kini tertuju pada Karina sepenuhnya. Karina yang mendapatkan perhatian seperti itu kini hanya tersenyum kaku pada empat gadis itu. Senyuman Karina kini makin lebar, ia bingung apa yang harus ia katakan. Maka setelah itu, ia buru-buru berpamitan dengan keempat teman sekelasnya itu, dan melesat meninggalkan toilet itu. Karina tidak ingin berada di tempat yang pengap itu lama-lama. Apalagi mendengarkan lebih jauh tentang fakta keempat teman barunya itu. Yang ia inginkan sekarang yaitu cepat-cepat masuk ke dalam kelasnya dan bersiap untuk mata pelajaran selanjutnya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN