Bagian 6

1453 Kata
PRANG Nampan sarapan yang dibawakan Roselina pada suaminya jatuh berserahkan di lantai kamar mereka. "Apa maksudmu mas? Kau punya anak dengan wanita lain lagi selain Sacha?" tanya Roselina bergetar. Gusaf menggeleng. "Duduklah!" pinta Gusaf pada istrinya. Roselina duduk di ranjang bersama suaminya. "Ceritakan padaku apa yang terjadi mas, aku ini istrimu, aku juga ingin tahu mas," tuntut Roselina. Gusaf mengangguk. "Dua puluh tiga tahun lalu Sacha melahirkan anak kembar..." ucap Gusaf. Roselina tercekat. "Lalu dimana yang satunya lagi?" tanya Roselina. "Selama Sacha mengandung, dokter bilang anak kedua mengalami gangguan genetik, dan berpotensi buruk bagi kembarannya, aku...aku menyuruh Sacha mengeluarkan bayi kedua itu..." jelas Gusaf. PLAK Tamparan Roselina bersarang di pipi kiri suaminya, Gusaf tercekat, Roselina juga tidak menyangka bahwa tangannya dengan sendiri akan melayang ke pipi suaminya itu. "Mas...aku...hiks..." sesal Roselina. "Kau menyuruh Sacha untuk membuang anak itu...kau tega mas...tidakkah kau tahu anak itu berhak hidup juga..." ucap Roselina dengan marah bercampur sedih. "Aku bersalah...maafkan aku," sesal Gusaf. "Lanjutkan apapun ceritamu, aku ingin mendengar langsung darimu mas," tuntut Roselina. "Sacha menolak dia lebih memilih mempertahankan anak itu," lanjut Gusaf. Roselina tersenyum kecut. "Tentu saja dia menolak, ibu mana juga yang mau membuang anaknya? Biarpun aku tak bisa memiliki anak seumur hidupku, tapi aku juga wanita mas, aku memahami perasaannya mas." Ucap Roselina. "Sacha membawa lari anak bungsu ku..." ucap Gusaf. "Kemana?" tanya Roselina. Gusaf menggeleng. "Kau tak tahu?" tanya Roselina. Gusaf mengangguk. "Dokter bilang anak itu akan mengalami gangguan penglihatan bahkan terancam mengalami kebutaan..." lanjut Gusaf. Roselina menutup mulut dengan tangannya menahan isakan yang akan keluar. "Mas...kenapa kau tega? Dia sakit mas...anakmu mas...dia sakit...kau mau mencampakkannya begitu?" tanya Roselina dengan Lirih. Gusaf terdiam. "Jawab aku mas...dia sakit mas...seharusnya kau bertanggung jawab sebagai seorang ayah...hiks..." isak Roselina. Mata Gusaf berkaca-kaca, tapi tak mengeluarkan air mata. "Cari dia mas...aku juga ingin menemui anakku mas," ucap Roselina yang membuat Gusaf memandanginya intens. "Aku...sedang berusaha...kupikir dia sudah tiada, tapi entahlah kemarin aku mendengar cerita Serafina, aku rasa aku punya harapan," jelas Gusaf. Roselina terhenti dari isakannya. "Aku akan bantu," ucap Roselina. Gusaf terharu akan istrinya ini. "Kau tak marah padaku?" tanya Gusaf. "Jelas saja aku marah mas, puluhan tahun kau rahasiakan ini dan baru sekarang aku tahu, aku pikir kau menganggapku benar-benar istrimu." Jawab Roselina sambil memalingkan kepalanya ke tempat lain. "Anakmu anakku juga," sambung Roselina beralih memandang mata suaminya. Gusaf tertegun. Lalu ia meraih tubuh istrinya yang masih bergetar ke dalam pelukannya. ............... Savanna keluar dari kantor Niel dengan senyuman manis, para karyawan dan pegawai di buat bingung apalagi OB dan OG yang cengo, mereka berpikir kenapa gadis itu keluar dengan senyum manis sedangkan tadi dia baru saja memasang muka sedih dan mata yang memerah. Mereka berpikir mungkin Direktur mereka melakukan sesuatu kepada gadis itu.  Seorang OB menghampiri Savanna sebelum dia keluar dari pintu perusahaan. "Mbak tadi yang di tabrak pak direktur yah? Yang pengantar bunga itu kan?" tanya OB itu. Savanna mengangguk. "Tadi mbak pasang muka sedih tapi pas keluar dari ruangannya pak Niel mbak pasang muka senang, ada apa yah?" tanya OB itu. Pertanyaan sang OB itu menuai perhatian dari karyawan lain dan OB serta OG lain. "Oh itu....biasa bang kan jiwanya seorang pemimpin harus bertanggung jawab, yah jadi kan si pak direktur jadi mempertanggung jawabkan perbuatannya," jelas Savanna. Si OB manggut-manggut. Lalu datang OB lain lagi yang bertanya. "Memangnya pak direktur tanggung jawab apaan mbak?" tanya OB itu. Lalu banyak pegawai dan OB serta OG lain datang mengerumuni Savanna seperti semut mengerumuni gula. Mereka tak sadar bahwa ada salah satu sahabat dekat Niel juga tidak sengaja mendengar. Taufan Bastien Mariatmadja mendekat karena penasaran apa yang terjadi pagi-pagi begini di kantor Niel. "Yah itu deh..." sahut Savanna ambigu. Yang lain dibuat penasaran dengan jawaban Savanna. "Mbak yang jelas dong!" salah seorang karyawan perempuan berseru. "Emang kalau seorang pria mempertanggung jawabkan perbuatannya  apa namanya?" tanya Savanna cuek. Yang mendengar berpikir, ada juga yang menduga bahwa mungkin pak direktur merasa bersalah atas insiden tadi, tapi ada juga yang berpikiran jauh. "Jangan-jangan pak direktur..." tebak seorang OG. "Hamilin mbak kali!" sambung OG yang lain. Alhasil ruang lobi disitu riuh, banyak karyawan yang berbisik-bisik, ada yang menjerit histeris, ada yang patah hati, ada yang merana, dan ada yang kecewa.  "Nah itu udah jawab...dah," sahut Savanna asal. Savanna bahkan tidak mendengar jelas apa yang dikatakan orang-orang yang bertanya tadi, dia cuek saja dan iya-iya saja. Savanna berjalan keluar kantor SANDAWA GROUP dan melambaikan tangan pada karyawan serta OB dan OG yang ada di lobi itu, lalu dia masuk dan menjalankan mobil trek mini yang membawa bunga tadi. Taufan dibuat cengo atas apa yang baru saja didengarnya tadi. Bahkan matanya melotot akan keluar dari sarangnya. "Hebat juga si alim." Sahut Taufan. "Ck!" decak Taufan. Lalu dia berjalan ke ruang pertemuan yang akan diadakan untuk meeting nanti. ................ Raisa sedang membersihkan kamar anak sulungnya, Niel. Lalu tak sengaja matanya melihat beberapa berkas dokumen Niel yang terletak di atas meja kamarnya. Raisa berjalan mengambil berkas itu dan membacanya. "KONTRAK KERJA DENGAN MARIATMADJA COMPANY...ck! Anak ini lupa bawa berkas sepenting ini...dasar," decak Raisa. Raisa berniat membawa berkas itu sendiri ke kantor anaknya setelah membersihkan kamar anaknya. Satu jam berlalu Raisa sudah siap dengan penampilannya yang akan berangkat ke kantor anak sulungnya, tak lupa juga membawa berkas yang ketinggalan. Selama 15 menit perjalanan Raisa sampai dengan selamat di kantor anaknya. Membuka pintu mobil yang di supiri oleh supirnya Parman. Berjalan masuk ke kantor anaknya. Tak sengaja dia mendengar desas-desus dan melihat beberapa OG yang bergosip. "Masa sih pak Direktur buat begituan? Nggak nyangka aku..." ucap salah satu OG di situ. "Jangankan kamu, aku apalagi...secara kan kita tahu sifat dan penampilan pak direktur terkesan sopan, baik lagi." Sambung OG yang lain. Raisa memincingkan mata dan menajamkan pendengarannya. "Ah emang bener yah kalau pak direktur ngelakuin itu sama gadis itu?" tanya OG yang satunya lagi. Raisa mengerutkan keningnya. "Pak direktur? Siapa sih maksud mereka?!" Batin Raisa penasaran. "Itu loh pak Niel diam-diam tapi makan dalam..." sahut OG yang lain. Raisa melongo. "Hah...Niel." Gumam Raisa. "Tadi kamu nggak lihat gadis tadi mengiyakan pertanyaanmu? Kalau bapak Direktur Utama Sandawa menghamili gadis pengantar bunga, dan gadis itu di buat lebam oleh pak Direktur, tadi mereka bertengkar di muka kantor!" seru salah satu OG centil. JLEEDAARR "APA! NIEL HAMILIN ORANG?" hardik Raisa. Para OG yang sedang bergosip ria tersebut dibuat pucat atas datangnya ibu dari orang yang dari tadi mereka bicarakan. Nafas Raisa memburu dadanya naik turun, rahangnya mengeras, wajahnya kaku. "Kurang ajar," desis Raisa. "Kalian bicarakan siapa hah? Kerja sana!" hardik Raisa pada para OG dan karyawan yang bergosip itu. Lalu para OG dan karyawan perempuan lari terbirit-b***t. Raisa melangkahkan kakinya cepat ke ruangan anaknya, Niel dengan nafas memburu. TING Lantai 17 dimana ruangan Niel berada. Raisa masuk ke dalam ruangan Niel dan tak sengaja melihat Sanora sedang celingak-celinguk mencari sesuatu. "Cari ini?!" seru Raisa. Sanora berjinggat kaget. "Astaga...nyonya ternyata anda, saya pikir siapa..." jerit Sanora lega. "Memangnya selain saya siapa lagi yang ke sini?" tanya Raisa. "Eh itu nyonya...." jawab Sanora takut-takut. Kening Raisa berkerut. "Siapa?" tuntut Raisa. "Gadis yang biasanya datang kesini...kemarin juga datang," jawab Sanora pelan. "Siapa? Kapan lagi dia datang?" desak Raisa. "Itu gadis pengantar bunga...tadi juga datang, pak Niel bawa masuk ke sini, lama banget mereka di dalam sini," jelas Sanora. Raisa melotot. "Apa? Jadi benar ada gadis pengantar bunga datang di sini?" tanya Raisa. Sanora mengangguk. "Masuk ke sini?" tanya Raisa. Sanora mengangguk. "Anak saya Niel yang bawa masuk?" tanya Raisa tak sabar lagi. Sanora mengangguk. "Jadi benar gosip itu?" desak Raisa lagi. Sanora mengangguk sesat sebelum mengerutkan keningnya. Bingung gosip apa yang sedang beredar saat ini. Raisa naik pintam. "Anak itu benar-benar! Ck! Bawa ini padanya dan jangan katakan pada anakku aku ada disini mengerti?" ucap Raisa. Sanora mengangguk. Sanora menerima berkas map yang di carinya dan berjalan keluar dari ruangan bosnya. Ceklek Bunyi suara pintu tertutup. Raisa memijit pelipisnya. "Benar-benar nakal, bilang belum dapat calon, padahal sudah ada calon anak pula, nakal...tunggu saja kau...habis kau hari ini di tanganku," desis Raisa. .............. Nathaniel menunggu berkas kontrak kerja antara perusahannya dan perusahan Mariatmadja dengan sabar, sekali-kali kaki nya gatal ingin langsung ke ruangannya dan mengambilnya sendiri, sekretarisnya terlalu lama. Aktivitas Niel tak luput dari pandangan sahabatnya Taufan, Taufan yang melihat tingkah sahabatnya itu berpikir mungkin Niel sedang stress karena masalah yang dihadapinya. "Tak ku sangka kau seperti itu ck!" batin Taufan berdecak. Lalu Sanora masuk ke ruangan meeting dengan membawa map berkas yang dibutuhkan Niel. Melihat sekretarisnya membawa apa yang di inginkannya, Niel menarik nafas lega. "Ini pak berkasnya," ucap Sanora sambil memberikan berkas itu pada bosnya. "Kau lama sekali..." balas Niel. "Hm...itu pak--," ucapan Sanora terputus. "Lain kali cepat sedikit, sudah kau boleh duduk!" pinta Niel. Sanora ingin mengatakan bahwa ada ibu bosnya sedang datang dan ada di rungannya tapi di potong Niel.  Alhasil dia duduk di tempat. "Pak Taufan mari kita tanda tangan kontrak ini..." ucap Niel pada Taufan. Lalu Niel dan Taufan menanda tangani berkas kontrak kerja itu. Taufan dan Niel berjabat tangan atas kerja sama mereka. "Senang bisa bekerja sama dengan perusahaan anda!" ucap Niel. "Senang juga bisa bekerja sama dengan anda." Balas Taufan. Beberapa menit kemudian mereka keluar bersama-sama dari dalam ruang meeting itu. Taufan dan Niel berjalan bersisian sedangkan Sanora mengekor di belakang. "Kau hutang penjelasan padaku." Ucap Taufan berjalan sambil menuju ruangan Niel. Niel mengerutkan keningnya. "Penjelasan apa yang kau maksud?" tanya Niel bingung. Ceklek Mereka masuk ke ruangan Niel tanpa tahu Raisa sedang duduk manis di sofa. "Ck! Tidak perlu berlagak bingung segala aku sudah tahu." Decak Taufan. "Memangnya apa yang kau tahu?" tanya Niel. "Tentang kau menghamili gadis pengantar bunga itu, aku mendengarnya sendiri!" jawab Taufan. "Hah," cengo Niel. "NATHANIEL ARYA SANDAWA!" ................
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN