11. Merasa bersalah?

1127 Kata
“Tahan sebentar, ini akan sakit,” kata Darren memperingati Rose ketika ia memegang kaki kiri Rose. “Mau apa kau?” “Menghilangkan rasa sakitnya, meski tidak sepenuhnya.” “Dengan cara?” “Kau akan tahu nanti.” Tanpa banyak bicara lagi, Darren menurunkan tatapannya pada kaki kiri Rose. Kulit gadis itu sangat halus dan lembut bak porselen. Darren merasa sedikit takut jika tangannya sampai menggores kaki mulus itu, meski pergelangan kaki Rose sudah memar. Tangan Darren mulai bergerak lalu dengan perlahan tapi mantap memutar pergelangan kaki kiri Rose. “Ah! Darren Wei, kau pasti berniat membunuhku, 'kan?” Suara Rose tajam, tetapi tidak terlalu keras. Kemungkinan Rose mencoba mengatur suaranya agar lebih rendah meski menahan sakit. “Aku sudah memperingatimu, Rose.” Setelah menarik napas dalam, Darren Wei bangkit lalu mencondongkan badan ke depan. Kedua tangannya terjulur mengangkat Rose Guan lalu menggendongnya, hingga membuat gadis itu kaget. “Darren Wei! Apa yang kau lakukan?” Darren menurunkan tatapannya. “Diam dan tetaplah seperti ini. Kita akan ke rumah sakit,” katanya dengan nada datar. Ia melangkah menyibak kerumunan tamu pesta yang mulai menyingkir. Dan tidak peduli meski Rose memukulnya karena tidak setuju. Pada saat itu Esme mendekat sambil menutup mulutnya dengan satu tangan. Detik berikutnya, gadis itu menurunkan tangan. “Rose, kami akan panggilkan dokter keluarga.” “Terima kasih atas kebaikan Nona Song, tetapi Nona Rose tidak bisa menunggu lagi,” balas Darren dan setelahnya sedikit menundukkan kepalanya. Lantas ia melewati Esme bersama Rose di dalam gendongannya. Semua orang dapat melihat betapa gagahnya Darren saat menggendong Rose, dan ada beberapa dari mereka yang menganggap hal itu romantis. Bahkan, ada yang menduga bahwa Darren bukanlah pengawal biasa. Bisa jadi keluarga Guan menyewa elite untuk Rose demi keamanannya. “Kenapa kita tidak menunggu dokter keluarga Song saja? Apa kau harus mempermalukan aku seperti ini? Apa kau sedang balas dendam, Darren Wei?” Pikiran Rose selalu negatif terhadap Darren padahal niatnya baik. Andai mereka tetap di sana dan menunggu, maka kaki Rose akan semakin sakit. Darren tidak menanggapi, ekspresinya masih tetap sama seperti sebelumnya dan melangkah keluar dari aula utama kediaman Song. “Kau mendengarku, mengapa tidak menjawab?” Dengan gemas Rose mendaratkan tangan pada bahu Darren. Merasakan sedikit sakit, Darren mengernyit, tetapi masih diam sampai mereka keluar dari rumah besar itu menuju mobil yang sudah disiapkan oleh rekannya. “Ada apa dengan Nona?” Jarvis sedikit panik saat membuka pintu belakang. “Kakinya terkilir,” jawab Darren seadanya. Kemudian dengan penuh perhatian dan kehati-hatian, Darren membungkuk, sehingga Rose dengan spontan melingkarkan tangannya ke leher Darren. Darren mendudukkan Rose ke dalam mobil, lalu meminta Jarvis segera masuk ke kursi pengemudi. Pada saat itu, Darren akan menutup pintu, tetapi suara Rose membuatnya berhenti. “Apa kau akan membiarkanku sendirian di belakang?” Darren menghela napas jengkel. “Lantas?” “Pijat kakiku, dasar bodoh.” Seketika itu Darren menyeringai seraya memerhatikan Rose. “Apa kau yakin?” tanyanya, dan dalam nadanya terdengar ada maksud lain. “Te-tentu. Mengapa kau tiba-tiba menyeringai. Membuatku takut saja.” Seringainya masih terpasang di wajahnya, tidak lupa Darren membungkuk agar lebih dekat pada Rose Guan. “Tapi, aku tidak yakin kau akan membiarkanku hidup setelah aku memijat kakimu. Maksudku … kau tidak masalah jika aku menyentuh … kakimu?” Rose tampak sedang berpikir dengan alis saling bertautan. Dia menggigit bibir bawahnya dan merasa jengkel pada Darren. “Tidak jadi. Cepat jalan. Kakiku sangat sakit.” Akhirnya, Darren bisa mengembuskan napas lega. Kakinya bergeser pada saat menutup pintu lalu melangkah mengitari mobil ke kursi depan. Bukannya Darren takut akan dimarahi oleh Rose setelah memijat kaki gadis itu, melainkan ia tidak mau sampai tangan kasarnya, malah menggores kaki gadis itu. Jarvis menegang saat menyalakan mobil lalu melajukannya. Lelaki ini tidak menyangka kalau Darren Wei semakin berani pada Nona Rose. Jarvis tidak pernah berani melawan perintah gadis itu atau mendengar pengawal lain menentang Rose. Menyadari bahwa Jarvis meliriknya sesekali, Darren Wei mengarahkan manik cokelat terangnya pada Jarvis. “Lihat ke depan. Jangan sampai kau mencelakai Nona karena tidak fokus. Dan … apa pun yang ingin kau tanyakan padaku, tanyakan saja nanti.” Buru-buru Jarvis menjawab. “Baik, Ketua.” Lelaki itu seperti bisa merasakan jiwa kepemimpinan Darren. ** Kedua tangan Darren lurus di sisi tubuhnya, sedangkan kakinya yang panjang sedikit terbuka. Tubuhnya berdiri tegak di hadapan seorang gadis dengan ekspresi seperti menghunus pedang. Setelah tiba di rumah, Rose Guan membuat Darren berdiri setidaknya, sudah 15 menit. Darren tidak melawan gadis itu mengingat kaki Rose yang masih sakit. Meskipun gadis itu sangat menyebalkan, menjengkelkan, tetapi tetap saja Rose adalah gadis yang sedang terluka. “Kau tahu di mana kesalahanmu, Darren Wei?” Darren Wei mengangkat wajahnya, menatap lurus pada Rose Guan. Kesalahannya? Yang Darren ketahui kesalahannya malam ini—adalah dia tidak mendapatkan informasi penting mengenai lantai empat kediaman Song. “Tidak tahu,” jawab Darren dengan nada berani. “Kau—” Rose tidak melanjutkan ucapannya. Dia menarik napas dalam-dalam, merasakan kakinya sakit akibat digerakkan barusan. Menoleh ke kanan dan mendapati sebuah bantal lalu Rose mengambil bantal tersebut dan melemparkannya ke arah Darren. “Karena kau membawaku ke dokter dan aku tidak bisa ikut merayakan pesta ulang tahun Esme. Dia adalah sahabatku. Aku merasa bersalah tidak bersamanya malam ini.” “Merasa bersalah?” Darren Wei hampir saja menyemburkan tawa, tetapi menahannya dan hanya seringai yang terpampang di wajah tampannya. “Aku tidak merasa kau perlu merasa bersalah, Nona Rose. Jika memang Nona Esme ingin kau berada di sana, dia pasti sudah memanggilkan dokter saat itu juga. Tetapi, … apa yang dia lakukan—” “Apa maksudmu, Darren Wei?” Menyadari telah salah berucap, Darren segera menggeleng. Hampir saja asumsinya mematahkan hubungan Rose dan Esme. Hal itu akan berdampak buruk padanya juga. “Maksudku, Nona Esme terlihat panik saat kau terluka. Aku takut dia akan semakin panik jika kakimu tidak segera diobati, Nona.” Rose memicingkan mata nampak curiga setelah Darren meralat ucapannya. Lagi pula, kenapa Rose mesti memberikan keringanan pada Darren? Gadis itu bisa saja menyuruh Darren Wei berdiri di luar semalaman sebagai hukuman atas kelancangannya. Akan tetapi, dia tidak melakukannya. “Nona bagaimana kaki Anda?” Pengasuh Liu segera bertanya saat sampai di sana. Tampaknya wanita itu sedang mengerjakan tugas dari kepala keluarga Guan, sehingga tidak langsung menemui Rose. “Bibi Liu,” Mata Rose bersinar mendapati wanita itu berada di dekatnya. “Hanya terkilir dan sedikit sakit, tapi sekarang tidak apa-apa. Oh, ya, di mana Ayah?” Pengasuh Liu mendesah. “Tuan baru saja pergi. Sekretaris Ma datang barusan, kemungkinan ada sesuatu yang penting di perusahaan.” Darren Wei bisa melihat betapa pentingnya pengasuh Liu di mata Rose, tetapi yang membuatnya tertegun adalah gadis itu terlihat sedih mendengar kepala keluarga Guan pergi ke perusahaan. “Kau … kesepian Rose Guan?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN