7 : Sikap Manis Arkana

1220 Kata
Lita sadar, sekalipun ia sudah mengetahui siapa calon suaminya dan mereka pun sudah sampai menikah, pada kenyataannya drama kehidupannya belum berakhir. Justru, semuanya baru dimulai. Iya, semuanya benar-benar baru dimulai. Sekarang, di kamar pengantin yang kiranya sudah disiapkan secara khusus bahkan spesial, Lita merasa tidak bahagia walau seharusnya ia merasakannya. Ada banyak perasaan yang harus ia korbankan di setiap keputusannya. Andai, cukup dirinya yang berkorban. Namun kenyataannya tidak. Posisinya benar-benar pelik. Kini, susah payah Lita mengerahkan tenaganya karena acara hari ini sukses membuatnya kelelahan. Dari ujung kepala hingga kaki, terasa sangat sakit semua. Termasuk juga dengan hatinya yang menjadi babak belur hanya karena tanggapan Lilyn terhadap pernikahannya dan Arkana, juga kemungkinan fatal andai Lita mengambil tindakan. Maju salah, mundur lebih-lebih. Seruan pintu kamar mandi yang terbuka dengan terbanting, mengusik perhatian Lita. Bisa ia pastikan itu Arkana. Pemuda yang sudah resmi menjadi suaminya itu tampak sangat gagah meski tampang Arkana benar-benar judes. Tak hanya langkahnya, menatap saja, Arkana seolah malas melakukannya. Lita tidak tahu kenapa semua itu sampai terjadi karena untuk sekadar berpikir saja, otaknya menjadi sulit diajak kompromi. Rambut Arkana masih agak basah, dan sebagian air juga masih ada yang berjatuhan mengalir membasahi bahu pemuda itu. Sebalnya, pemuda itu sengaja membentangkan handuk di bahunya, kemudian meletakannya di kepala Lita. Lita nyaris tak bisa bernapas karena Arkana kemudian mendekap kepalanya sangat erat, terlepas dari Arkana yang juga sampai duduk di sebelahnya. “Kana, ... aku belum ingin mati!” keluh Lita. Kedua tangan Lita masih sibuk memukul-mukul asal tubuh Arkana. Baru saja, pemuda itu agak menarik handuk basah dari wajahnya hingga ia mulai bisa bernapas dengan lega. Hanya saja, Arkana tak membiarkannya apalagi melepaskannya begitu saja. Kini saja, Arkana yang hanya memakai kaus lengan pendek warna putih dan terbilang ketat hingga tubuhnya yang berotot terekspos sempurna, dijodohkan dengan celana piama panjang warna hitam, tengah memeluknya. Arkana memeluknya dengan sangat erat. Melalui pelukannya, pemuda itu seolah sedang mensyukuri sesuatu. Mungkin Arkana merasa sangat bersyukur karena akhirnya pemuda itu menikahi Lita dan dengan kata lain, dia juga bisa dengan leluasa menjajah Lita seperti yang selama ini Arkana lakukan. “Kenapa kamu melakukan semua ini?” tanya Lita. Jujur, ulah Arkana yang masih saja memeluknya, tak hanya membuatnya bingung. Lita juga merasa sangat tegang karena biar bagaimanapun, kini mereka sudah resmi menjadi pasangan. Lita terlalu takut, dan memang belum siap jika Arkana meminta haknya sebagai seorang suami. Jangan lupa, mereka baru saja menikah dan dengan kata lain, malam ini juga, merupakan malam pertama mereka. “Kana, lepas ih. Asli aku marah banget ke kamu. Aku yakin kamu tahu tanpa harus aku jelaskan!” Lita menyingkirkan kasar dekapan kedua tangan Arkana kepadanya. Ia melirik kesal pemuda itu dan niatnya abai malah gagal karena ia mendapati lebam biru di pelipis kanan Arkana. Ada luka lecet juga di sana, yang juga membuat hati Lita tidak bisa untuk tidak peduli. Arkana terdiam, membiarkan Lita menempelkan plester luka di pelipis kanannya. Plester luka tersebut istrinya ambil dari tas kecil yang selalu menyertai kepergiannya. “Romantis dikit kenapa?” todong Arkana sambil menatap Lita. “Ini aku juga sudah pakai tangan, enggak pakai pisau apalagi beling!” balas Lita sewot. Arkana terdiam pasrah, tapi beberapa detik berikutnya, ia sudah berhasil membuat tubuh Lita terbanting di tempat tidur semula. Dari tatapan dan juga tanggapannya, Lita bukannya marah, tetapi tegang bahkan takut. Apalagi ketika ia juga mengungkung tubuh Lita dan membuat tubuh bahkan wajah mereka tidak berjarak. “Kana, aku belum siap!” tegas Lita lirih sambil terpejam dan juga memalingkan wajah, menghindari bibir Arkana yang nyaris menyambar bibirnya. Alasan Lita memejamkan matanya karena memang ia tidak sanggup menyaksikan kedua mata Arkana yang tampak sangat ingin memilikinya. Saking tegang dan takutnya, tubuh Lita sampai kaku. Meski jika boleh jujur, sebenarnya Lita juga menginginkan Arkana. Mereka sudah terbiasa bersama. Mereka saling menyayangi walau mereka memang cenderung jarang akur. Malahan, kedekatan mereka sempat membuat Lita berpikir, dirinya telah berkhianat pada sang calon suami yang nyatanya masih orang yang sama. “Kenapa, kamu mau aku pakai kondom?” todong Arkana serius. “Bukan itu!” Lita beranjak memunggungi Arkana. “Ya memang kondom, kan, masa iya test pack, aku kan enggak mungkin hamil!” kesal Arkana. Lita mendengkus pasrah. “Pokoknya aku belum siap. Jaga jarak dulu, ... kepalaku pusing, dan ....” Lita tak kuasa melanjutkan ucapannya karena baru saja, Arkana duduk di sebelah kakinya. “Jangan macam-macam. Jangan pegang-pegang.” Setelah berucap demikian, Lita juga berkata, “Tolong pikirkan perasaan Lilyn. Kenapa harus selama ini kamu menyembunyikan semuanya ....” “Lagi pula, sepertinya aku juga sedang mens, aku mau ke kamar mandi dulu.” Lita melakukan segala cara agar ia bisa menghindari Arkana termasuk itu menciptakan seribu alasan. Sialnya, sekadar duduk saja Lita tidak bisa dan Arkana menyadarinya. “Tuhan itu maha adil, Ta. Tuhan tahu, aku ingin menyentuh istriku. Ayo, kaki kamu sampai luka.” Arkana bersiap membopong Lita, tapi istrinya itu meliriknya dengan sinis. “Sepatu mahal darimu telah melukai kakiku!” kesal Lita lirih sambil menunduk karena sampai sekarang, ia belum berani menatap Arkana secara terang-terangan. “Ya sudah, nanti aku cubit sepatunya karena mereka udah berani nakal ke kamu,” ucap Arkana sambil merengkuh punggung dan juga kedua kaki Lita. Tubuh ramping itu mendadak kaku dan ia yakini karena terlalu tegang. Ia membawanya ke kamar mandi seperti tujuan Lita sebelumnya. Kok, si Kana mendadak manis begini? Dan aku pun jadi deg-degan, batin Lita. Perlakuan Arkana yang tiba-tiba saja menyikapinya dengan sangat manis, mendadak membuatnya kacau. Rasanya lebih campur aduk dari ketika ia harus berhadapan dengan idolanya semacam V BTS. Dia suamiku, kenapa harus segugup ini. Arkana itu, bayi yang selama ini aku urus karena dia adik Dara. Eh, sebentar, ... sebentar, ... iya, Kana suamiku, batin Lita yang menjadi tidak baik-baik saja. Kini setelah sampai di kamar mandi, Arkana tengah membantunya menurunkan ritsleting di bagian punggungnya. “Buka gaunmu, aku mau lihat—” “Mau lihat apa?” Lita panik dan buru-buru balik badan, tapi dengan gesit, Arkana membuatnya kembali memunggunginya. “Aku harus memastikan.” “Memastikan apa, sih, Kana?” “Memastikan tubuh kamu, dari tadi kamu jatuh terus.” “U-udah, ... tutup mata kamu. Aku baik-baik saja.” Lita refleks terdiam karena Arkana tetap membuka tuntas gaun bagian belakangnya. Bahkan, gaun tersebut baru saja terjatuh ke lantai, tak lagi menutupi tubuhnya. Sialnya, Arkana melakukannya di depan cermin wastafel berukuran besar di hadapan mereka hingga Lita bisa melihat apa yang Arkana lakukan kepadanya dengan leluasa. Melalui ekor pandangannya, Lita mendapati Arkana tengah menatap setiap lekuk tubuhnya dengan saksama. “Kana ...?” lirih Lita benar-benar tegang. Napasnya mulai memburu, ia sungguh menjadi merasa sangat sesak akibat apa yang tengah Arkana lakukan. Padahal belum apa-apa, tapi ia sudah merasa nyaris gila. Sentuhan demi sentuhan yang Arkana lakukan di tubuhnya, membuatnya sibuk menahan napas. Lita seperti tengah menjadi penumpang kereta luncur, dan Arkana benar-benar memegang kendali semuanya. Ya Tuhan, ... tolong aku belum siap. Ini bocah kenapa asal langsung lepas, sih?! batin Lita. Ia sungguh mengharapkan keajaiban. Keajaiban yang membuatnya menunda malam pertama mereka. Paling tidak, ia ingin mendapat solusi bagaimana ia menghadapi Lilyn nanti. Akan tetapi, tiba-tiba saja Lita nyaris jantungan. Ia bahkan lupa bernapas karena baru saja, Arkana membuatnya menghadap pria itu. Buru-buru Lita menunduk, kemudian meraih gaunnya dari lantai dan menggunakannya untuk menutupi tubuhnya meski ia hanya bisa melakukannya ala kadarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN