Arkana mengemudikan mobilnya sendiri. Lita duduk di sebelahnya, dan sudah jauh lebih tenang dari sebelumnya, meski kedua tangan Lita sibuk mencengkeram ujung blazer hitam yang dikenakan. Di mata Arkana, Lita tipikal yang sangat pandai menyimpan perasaan. Wanita itu sangat pandai menyimpan luka sekaligus kekacauan, tapi sekali tak bisa menahan, Lita bisa langsung sangat emosional atau malah pingsan layaknya beberapa saat lalu. “Hon, ....” Arkana memanggil Lita dengan sangat lembut. Ia menoleh, menatap Lita penuh kasih. Wanitanya itu menatapnya dengan mata bergetar layaknya kedua tangan yang masih sibuk mencengkeram ujung blazer. Terlalu banyak kekhawatiran bahkan ketakutan dari kenyataan Lita yang sekarang meski wanita itu masih berusaha untuk tenang. “Papah pasti baik-baik saja,” lanjut