Anggi Tak Suka

694 Kata
Anggi segera menghampiri. Tidak suka dengan kedekatan antara Kira dan Glen. Meraih lengan Kira, Anggi juga berusaha mendorong Glen menggunakan tubuhnya. "Anggi," ucap Kira terkejut. "Kira, kamu nggak papa, kan? Aku khawatir saat kamu nggak bales chatku." Anggi kemudian memeluk Kira yang kikuk terlebih saat melihat Bian. Kira langsung melerai pelukan. Matanya membulat saat menatap Bian yang tersenyum sungkan. "Kamu bawa Bian ke sini?" tanya Kira dengan berbisik takut jika Bian mendengar. "Ya mau bagaimana lagi, dia yang tawarin aku bantuan nggak bisa nolak." Anggi menjawab penuh sesal. "Nggak papa sih cuma aku nggak biasa kalau ada Bian di rumahku." Kira beralasan. Perasaannya kepada Bian akan tetap ada. Sekali lagi ia harus menahan gejolak dalam d**a berusaha untuk tetap terlihat biasa saja di depan cowok idaman memang sulit. Namun hari ini ada yang berbeda. Getaran yang dirasakan sangatlah rendah. Tidak membuat kira kesulitan bernapas ataupun degup jantung yang memacu. Apa karena dia menghabiskan waktu dengan Glen? "Hei, kami masih punya pekerjaan boleh tidak jangan ganggu kami dulu?" tanya Glen setelah lama tidak bersuara. Anggi segera berbalik menatap tajam pada Glen. Pemuda itu sendiri memandang enteng gadis di hadapannya. Tampangnya yang tengil sukses membuat Anggi makin tak suka. "Biasa aja kali mukanya, nggak pernah lihat orang ganteng?" tanya Glen bergurau. Anggi tidak menjawab malah menyeret Glen berjalan ke halaman belakang. "Bian, gantiin pekerjaannya Glen ya, aku mau bicara sama dia dulu." Sepeninggal Glen dan Anggi, Kira melanjutkan tugas mencuci piringnya dengan Bian. Kali ini dia yang membersihkan piring sementara pemuda itu mengelap piring basah. Rasa canggung kental terasa antara mereka berdua. Kira sendiri tak tahu harus menyapa seperti apa. Sekarang dia mempertanyakan dirinya sendiri. Mengapa dengan Glen dia bisa beradaptasi dengan cepat tapi meski tekad kuat sekali pun Kira tak bisa mengobrol santai dengan Bian. "Aku minta maaf ya Ra," ucap Bian tiba-tiba. Kira terkejut dan menoleh ke arah pemuda itu. "Kok tiba-tiba minta maaf? Kamu nggak punya salah kok," "Tetap saja aku merasa bersalah. Karena aku kamu pasti sakit, harusnya aku tidak mengeluh soal Anggi." Bian berkata penuh penyesalan. "Aku cuma sedikit pusing saja, sekarang juga udah baikan kamu nggak perlu merasa gelisah seperti itu. Omong-omong, gimana? Ada perkembangan nggak dengan Anggi?" tanya Kira. Bian menggeleng lesu. "Aku mengajak bicara saja, Anggi tak terlalu merespon." Kira ikut lesu juga. Rasanya ia pening juga menanggapi sikap dingin Anggi kepada Bian. "Aku sebenarnya nggak bisa membantu banyak tapi sepertinya aku tahu solusi yang tepat." "Oh ya solusinya apa?" tanya Bian penasaran. Awalnya lesu sekarang menjadi semangat. "Soal besok kau 'kan mengajak Anggi ke bioskop, aku akan ikut dengan kalian untuk menonton agar Anggi mau nonton bioskop." "Wah ide yang bagus tapi kalau cuma tiga orang nanti bakal ada yang ngerasa sendiri, kita harus ngajak orang lain." Kira tersenyum. "Aku punya seseorang yang bisa diajak." *** "Bisa nggak sih jangan tarik tangan gue terus, pegel nih!" hardik Glen kesal. Anggi lantas menghempas kasar tangan Glen ketika mereka sudah sampai di pekarangan belakang rumah Kira. Raut muka Anggi tidak berubah. Tetap tampak kesal apalagi matanya melotot menatap Glen. "Sebenarnya lo ini siapa dan kenapa lo deket-deket sama bestie gue? Asal lo tau ya, Kira sudah punya calon pacar jangan ganggu dia!" Glen tersenyum sinis. Pandangannya yang mengejek tertuju pada Anggi. "Gue pikir lo itu anggun dan lembut nyatanya kasar juga ya. Lo nggak perlu tau gue siapa, gue juga nggak akan jawab kenapa gue deket sama Kira. Gue nggak punya niatan tuh buat gangguin hubungannya sama calon pacarnya. Itupun kalau bisa jadian." Tawa Glen yang mengejek makin membuat Anggi naik pitam. "Jangan pikir gue nggak tahu kasus lo satu tahun lalu, lo sengaja deketin Ita buat dapetin kunci jawaban untung Ita pinter jadi dia nggak bisa dimanfaatin!" Glen sontak berhenti tertawa. Tatapannya tidak bisa diartikan oleh Anggi. "Terserah ya lo mau bilang apa, Tapi gue nggak akan jauhin Kira. Gue juga udah jadi temen Kira dan lo nggak bisa maksa gue untuk ngejauhin Kira." Pemuda itu kemudian balik badan meninggalkan Anggi sendirian yang jengkel. Sepertinya akan sulit menjauhkan Glen dari Kira. Apalagi mereka tampak akrab dan bisa saja Kira berubah pikiran. Anggi nggak mau hal itu terjadi. Pokoknya Kira harus bersama Bian bukan dengan Glen yang nggak jelas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN