Arslan perlahan menuang whiskey ke dalam gelas hingga setengah. Masih belum ada tanda-tanda kehidupan di ruang sebelah, maka Arslan menghabiskan masa menunggunya dengan meminum minuman keras. Sampai, muncul suara di sebelah. “Al—“ Arslan tersendat karena perempuan itu sedang menjalankan kegiatan mengajinya. Tidak ingin mengganggu, Arslan melanjutkan penantiannya, hingga satu botol habis begitu saja, setelah dituang sedikit demi sedikit. Perempuan di sebelah sudah diam, Arslan langsung memanggil namanya. “Kenapa?” tanya Alisha. “Kamu nggak merasa, Ridwan terlalu ikut campur masalah pribadi kita? Dia itu bukan keluarga kamu, tapi sikap pengaturnya seperti kepala keluarga. Huh, aku muak sama orang kayak gitu,” jelas Allan penuh emosi pada tiap kalimatnya. “Jadi?” Arslan tersenyum. Pere