Mendengar itu membuat Via beringsut mundur, “keluar sekarang!” Teriak orang itu kembali.
“Keluar sekarang atau gue seret.” Ujar cowok itu.
"Keluar!"
"Gak!" Tolak Sivia sembari menahan pintu.
"Keluar atau gue dobrak!" Ancam orang itu.
"Siapa sih Lo?" Teriak Sivia panik.
'BRUK'
'BRUK'
'BRUK'
"Eh jangan dirusak pintunya." Ucap Sivia masih berusaha menahan pintu.
‘BRAK’
Pintu terbuka lebar, membuat Sivia tersungkur karena dorongan keras.
"Shhh." Rintih Sivia.
Via pun berusaha untuk berdiri kemudian menatap orang itu dengan pandangan terkejut, “Reyno.” Gumam Via pelan seraya memeluk tubuh lelaki di depannya.
“Gue kira siapa.” Seru Via senang, “untungnya Reyno.” Lirihnya mengeratkan pelukan pada Reyno.
“Gue takut ... gue takut gak bisa keluar dari sini pas denger suara langkah kaki lo tadi.” Rengek Via, “gue takut, hiks.”
“Lo nangis?” Tanya Reyno.
“Enggak kok.” Geleng Via sembari mengusap matanya dengan punggung tangan, "sshhh." Ringisnya.
“Lo basahin seragam gue.” Ujar Reyno, “lepas.”
Via pun terkekeh pelan, “ gak mau.” Cengirnya, “lo kok bisa tahu kalo gue disini?” Seru Via masih membenamkan pelukannya di d**a Reyno.
Reyno melepaskan pelukan Via, “lepas.” Ucapnya, “kemaren udah gue kasih tahu, jangan pernah kesini lagi.” Ujar Reyno dingin.
Via menundukkan kepalanya, “iya, maaf. Abisnya gue gak tahu harus parkir kemana lagi, jadinya gue parkir lagi aja di tempat kemarin.” Sahut Via seraya bergelayut manja pada lengan Reyno.
Reyno menghempaskan tubuh Via yang memeluk lengannya, membuat Via mendengus kesal.
“Cuman peluk doang masa gak boleh.” Gerutu Via pelan seraya menatap lengan Reyno.
“Gue anterin sampe kantin.” Ujar Reyno menarik paksa tangan Via.
“Kok cuman sampe kantin? Gak sekalian sampe gue duduk di kelas apa?” Protes Niki.
“Gak, lo gak mungkin lupa jalan ke kelas dari kantin jadi gue anterin sampe sana aja.” Ujar Reyno tak terbantahkan.
“Hm ... iya deh.” Pasrah Via berusaha menyamai langkah Reyno yang lebar, “kaki lo panjang banget sih Kak.” Gerutu
“Udah sana gue mau ke kelas.” Ujar Reyno melepaskan tangan Via.
“Makasih.” Seru Via.
“Hm.” Dehem Reyno, “lain kali lo hubungin gue, kalo gak dapet parkir.” Ujar Reyno seraya berbalik meninggalkan Via.
“Tapi gue kan gak punya nomor lo.” Cengir Via seraya menghalangi langkah Reyno.
Reyno mengalihkan langkahnya ke arah kiri, “bukannya kemarin lo minta dari Jason.” Ssahut Reyno seraya berlalu.
Mendengar ucapan Reyno membuat Via tersenyum, “tungguin ish.” Teriak Via seraya berlari mengejar Reyno.
Reyno berhenti kemudian berbalik, “ngapain ngikutin gue?” Tanya Reyno kesal.
“Kan belum minta nomor WA.” Kekeh Via, “Bang Jason enggak ngasih nomor lo.” Cengir Via.
Reyno diam, “gak usah bohong, sana turun lagi.” Titah Reyno sembari berbalik.
Lagi – lagi Via menghadang Reyno sembari menggelengkan kepalanya, “em – em ... gue gak akan pergi sebelum lo kasih gue nomor WA.” Ujar Via merajuk.
Reyno pun berdecak kesal, “mana sini.” Ujar Reyno hendak merebut ponsel Via.
Via panik saat ponselnya hendak direbut, “eh bentar.” Tahan Via.
“Cepet elah.” Ujar Reyno menarik ponsel Via, “passwordnya apa?” Tanya Reyno.
“Sa – sama gue bukanya.” Ujar Via namun Reyno menahan ponselnya, “Tanggal pertama kita ketemu.” Cicit Via menundukkan wajahnya malu.
Reyno menatap Via dengan alis terangkat sebelah kemudian menekan empat digit angka pada layar ponsel milik gadis di depannya, dan “gotcha.” Pikir Reyno tersenyum sinis saat berhasil membuka kunci ponsel Via.
“Gak bisa ya?” Tanya Via, “sini sama Via a – ja.” Via menatap layar ponselnya pasrah saat melihat Reyno tengah mengganti walpaper ponselnya.
“Jangan diganti ish.” Rengek Via seraya berusaha menarik ponselnya, “ah – ah – ah ... jangan dihapus semua fotonya.” Rengek Via saat Reyno menghapus seluruh foto di salah satu folder itu.
“Dapet dari mana semuanya?” Tanya Reyno menatap Via tajam.
Via menundukkan kepalanya, “apa?” Cicit Via.
“Kenapa lo bisa dapet foto tadi?” Tanya Reyno sekali lagi.
Via diam – diam menahan air matanya yang perlahan keluar, dia mulai mengusap kedua matanya dengan punggung tangan sambil menunduk.
“Lo dapet dari mana?” Tanya Reyno.
“Da – dari ... temen gue.” Cicit Via pelan.
“Siapa?” Tanya Reyno sembari mengangkat dagu Via dan melihat gadis itu sudah menangis.
“Ngapain nangis?” Tanya Reyno, “harusnya disini gue marah karena lo nyuri foto gue sembarangan.”
“Gue gak nyuri.” Geleng Via saat merasakan cengkraman Reyno di dagunya, “itu dari Bang Jason udah lama, gue gak nyuri. Waktu gue maen ke kamar Bang Jason terus gak sengaja liat majalah cowok, pas gue buka model cowoknya lo sama Kak Kelvin semua ternyata.” Cicit Via.
“Te – terus, Bang Jason ngasih lihat foto lo sama Kak Kelvin di ponselnya. Dan gue juga gak tahu tiba – tiba pas aja besoknya, Bang Jason udah ngirim foto lo semua ke WA gue.” Jelas Via.
Reyno menggeram kesal, dia paling tidak suka saat seseorang melihat fotonya dulu saat menjadi seorang model majalah. “Tetep aja lo salah, kenapa gak lo hapus –“ HEY KALIAN!”
Via dan Reyno langsung melirik ke arah ujung tangga, di mana ada guru BK yang edang berpatroli.
“Eh aduh.” Kaget Via saat tangannya ditarik oleh Reyno, “ke mana?” Tanya Via.
“Kabur.” Sahut Reyno sembari terus mengajak Via berlari.
Via menatap ke bawah dimana tangannya digenggam oleh Reyno, membuatnya tersenyum senang saat Reyno mempererat genggamannya.
“Ah.” Kaget Via saat dia melihat jalan buntu di depannya, “buntu kak.” Ujarnya pada Reyno.
Reyno melirik ke arah jendela kemudian membukanya, “loh – loh mau kemana? Jangan tinggalin Via kak.” Panik Via saat melihat Reyno keluar melalui jendela.
“Bawa korsinya ke sini cepet.” Titah Reyno menunjuk kursi yang berada tak jauh dari Via, “cepetan.”
“Iya – iya.” Ujar Via menarik kursi itu, “terus diapain?” Tanya Via bingung.
“Gue turun duluan ke bawah, abis itu lo naik ke sini.” Ujar Reyno menunjuk jendela yang sedang dia duduki.
Via menelan ludahnya susah payah, “tapi itu tinggi banget.” Ragu Via saat melihat ke bawah.
“Paling dua meter lebih tingginya juga, nanti gue tangkap dari bawah.” Ujar Reyno meyakinkan.
“Tapi gue berat Kak, nanti malah jatoh berdua lagi.” Panik Via saat mendengar suara sepatu memenuhi lorong kelas.
Reyno berdecak kesal, “Gue turun sekarang, kalo gak mau dihukum ikutin gue.” Ujar Reyno kemudian meloncat ke bawah.
“Ayo.” Ucap Reyno pelan sembari melambaikan tangannya.
Via pun bimbang, kalau tidak ikut bersama Reyno mungkin dia akan kena hukuman tapi jika dia ikut melihat ke bawah saja membuatnya ngeri walaupun di bawah itu rumput.
“HEY KAMU!” Teriak guru BK tak jauh dari Via.
“Cepet.” Ujar Reyno pelan.
Dengan cepat Via pun langsung menaiki jendela kemudian melompat ke arah Reyno berdiri, ‘BRUK’
Awalnya Reyno berhasil menangkap Via, namun perkiraannya salah tentang berat badan Via. Karena tak kuat akhirnya dia terjengkang dengan Via di atasnya, “argh.” Umpat Reyno meringis sakit.
Dan tanpa ada yang saling menyadari bahwa posisi mereka sangat intim, Via menindih Reyno dengan kedua tangan melingkari leher lelaki itu seraya telapak tangannya menangkup kepala belakang Reyno sehingga kepala Reyno tak terbentur tanah sedangkan Reyno memeluk tubuh Via sampai kedua lengannya bisa menyentuh kedua sikunya kembali. Belum lagi wajah Via yang begitu dekat dengan Reyno, kedua ujung hidung mereka bersentuhan begitu juga pandangan mereka yang saling terkunci satu sama lain.
“HEY KALIAN!” Teriak guru BK dari jendela atas, membuat Via dan Reyno tersadar.
“Ayo bangun.” Ujar Reyno membantu Via untuk bangun dari atas tubuhnya, “sini Kak aku bantu.” Ujar Via menarik lengan Reyno untuk membantunya bangun.
“Maafin Via ya, pasti sakit.” Ujar Via seraya membalikkan tubuh Reyno untuk membelakanginya hendak membersihkan punggung lelaki itu.
“Udah nanti aja.” Ujar Reyno sembari menarik lengan Via untuk pergi, “mumpung guru BK nya belum tahu siapa kita.”
“Hosh ... hosh ... hosh capek gila.” Seru Via membungkukkan tubuhnya sembari mengibaskan tangannya, “gerah lagi astaga.” Gerutunya setelah menaiki anak tangga yang begitu banyak.
Via pun melirik Reyno yang juga sedang mengatur nafasnya, “kita di mana?” Tanya Via bingung.
“Di Rooftop.” Ujar Reyno, “duduk sana.” Titahnya menunjuk ke arah sofa.
Via pun langsung menuju sofa itu, “ternyata di sini ada tempat kayak gini juga ya.” Kekeh Via terkesima melihat pemandangan di bawahnya.
Reyno tak menjawab, dia hanya ikut duduk di samping Via.
“Kalo udah gak cape nanti gue anterin ke kelas.” Ujar Reyno sembari memejamkan matanya, “gue tidur dulu bentar.” Ujarnya.
Via merasa kasihan melihat Reyno terus menggerakkan tubuhnya, “tidurnya di sini kak, pake paha Via biar gak sakit.” Ujar Via sembari menarik lengan Reyno agar berbaring tidur di pahanya.
Reyno tak membantah, dia pun langsung memejamkan matanya membuat Via mengusap – ngusap rambutnya yang terdapat banyak anak rumput.
“Sorry udah bikin lo kesakitan.” Gumam Via kemudian ikut memejamkan matanya sembari menikmati semilir angin yang menerpa tubuhnya.