Yang Dimaksud Al

1551 Kata
Sinar matahari berhasil masuk menembus jendela kamar gadis berambut sebahu, hal itu membuat gadis itu menggeliatkan tubuhnya merasa terganggu, “HOAMH” “Shh.” Ringisnya saat merasakan cahaya silau menusuk matanya, “silau.” Gumam gadis itu. Gadis itu kemudian tersenyum, “Good job Via ... mimpi yang indah.” Kekeh nya. “Hadeuh.” Geleng Via, “ngapain banget tiap malem gue mimpiin cowok kayak dia.” Gerutunya kesal. ‘TOK’ ‘TOK’ ‘TOK’ “Sayang! Bangun udah siang!” Teriak sang mama dari luar pinttu kamar. “Iya Ma aku udah bangun nih.” Sahut Via . “Cepetan mandi, bang Jason udah berangkat dulu dari tadi.” Ucap Dera sedikit berteriak. “Iya gak papa, asal Via pinjem mobil mama ya nanti.” Sahut Sivia. “Iya sayang, boleh.” Ujar Dera, “kalo gitu mama ke bawah ya, jangan lama – lama.” Lanjut Dera pergi. Setelah kepergian sang mama, Sivia pun membuang nafas kasar, matanya menatap benda kotak di atas nakas yang menunjukkan empat digit angka. “Huaaa, masih enam dua puluh.” Gumam Sivia kembali menggeliatkan tubuhnya, “WHATTTTT!!!” Teriaknya sangat kencang, “enam dua puluh?” “ARRGHH! Haruskah gue telat di hari pertama masuk sekolah baru?” Teriaknya seraya mengacak rambutnya frustasi. Tangannya sibuk meraba meja dan kasurnya bergantian, seperti tengah mencari sesuatu. Merasa tak menemukan apa yang di cari dia pun bangun dan matanya melirik malas ke arah ponsel yang ternyata tertindih oleh kakinya, “Ck, perasaan gue taro ponselnya di di atas meja deh.” Ucapnya pelan. “14 panggilan tak terjawab?” Gumam Sivia saat melihat lampu ponselnya berkedip. Tangannya menekan beberapa digit angka sebelum nada sambungan telpon terhubung, “halo.” Ucap Via dengan suara serak ciri khas orang baru bangun tidur. “Wake up Sivia Evandaresta! Lo yakin mau datang telat di hari pertama lo jadi murid pindahan hah?” Teriak seseorang di sebrang telpon membuat Via menjauhkan langsung ponselnya. Via pun menghela nafasnya, “ini gue juga lagi di jalan kok,bentar lagi masuk kelas.” Sahut Via turun dari kasur seraya menghentakkan kakinya di atas lantai seolah – olah dia sedang berjalan. “Gue udah temenan sama lo dari orok ok, sekarang mending cepetan mandi. Lo gak bakal bikin heboh sekolah di hari pertama kan?” “Ya enggak akan lah, oke gue tutup ya, bye.” Putus Via melempar ponselnya ke atas kasur. Via hanya geleng – geleng seraya tersenyum mendengar ocehan sahabatnya itu, “udah ah mandi.” Putus Via seraya melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. ... Kini Via sedang menatap gerbang di depannya yang menjulang tinggi dari dalam mobil, “Whoa, keren.” Seru Via, “pantesan Bang Jason ngotot nyuruh gue pindah ke sini, orang pemandangannya juga keren.” Lanjut Via menatap ke arah lapangan yang sedang dipakai oleh murid yang berolahraga. Melihat pintu gerbang yang sudah tertutup membuat Via membuka pintu mobil kemudian turun menghampiri pos jaga, “selamat pagi Bapak – bapak!” Sapa Sivia seraya tersenyum hangat kepada penjaga yang berada di dalam pos. “Pagi Neng.” Sahut laki – laki paruh baya, “ada apa ya?” Tanyanya seraya memperhatikan seragam yang Via kenakan. Via pun sadar kemana tatapan penjaga itu, “ah iya pak, saya murid baru di sini. Saya baru sampai ke Indonesia malam tadi, jadi saya belum tahu kalau jalan menuju ke sekolah sering macet.” Ucap Via seraya terus menampilkan senyumannya, “alhasil saya telat.” Renggut Via kesal. “Loh anak baru kirain bapak neng salah masuk sekolah, ya sudah ayo bapak bukain gerbangnya.” Ujar penjaga itu seraya berjalan untuk membukakan pintu gerbang untuk mobil Via masuk ke dalam. “Makasih ya pak, kapan – kapan saya traktir Bapak makan ya.” Seru Via seraya melambaikan tangannya keluar jendela. Via menjalankan mobilnya mencari tempat parkir khusus mobil, “i gotcha.” Seru Via saat matanya melihat area parkir khusus mobil. “Whoa, gue kira gak ada tempat buat mobil.” Ujar Via seraya turun dari mobil. “Oke Via, sekarang lo cari orang buat nanyain dimana ruangan Tata Usaha berada.” Gumam Via seraya memicingkan matanya mencari seseorang, “ke lapangan deket gerbang tadi jauh, mending lewat sini aja siapa tahu ada siswa yang lagi bolos.” Lanjutnya. Via terus berjalan menyusuri koridor tanpa tahu arah, “ah tuh ada orang.” Seru Via kala melihat segerombolan murid yang tengah berkumpul di depan sebuah kelas. ‘Kayaknya gue kenal salah satunya deh.’ Batin Via terus berjalan menghampiri kumpulan murid lelaki itu. “Ish, kok pada ngerokok sih.” Gerutu Via seraya mengibas – ngibaskan tangannya di depan wajah. “Kak Fahrul!” Panggil Via saat dia sudah berada tak jauh dari gerombolan lelaki itu. Bukan hanya yang Via panggil saja yang menengok, namun mereka semua yang berkumpul pun ikut menengok ke sumber suara, “loh Via.” Kaget Fahrul seraya menjatuhkan rokok yang baru saja dia hisap, “ngapain ke sini?” Tanya Fahrul seraya menginjak sisa rokoknya. Via tersenyum hangat kepada Fahrul dan beberapa teman lainnya, “eh ada Kak Bobby juga.” Seru Via seraya tersenyum ke arah Bobby yang hanya menatapnya datar. Fahrul berjalan mendekati Via, “lo kenapa bisa sampe ke sini?” Tanya Fahrul memperkikis jaraknya dengan Via. “Aish, kak Fahrul bau rokok.” Protes Via seraya mendorong pelan d**a Fahrul, “sana.”  Walaupun Via sangat nakal, dia sering berkumpul dengan teman – teman segengnya. Namun dia tidak pernah suka dengan yang namanya rokok, selama ini teman – temannya selalu menjauhi Via kala mereka sedang merokok. “Sorry.” Ucap Fahrul sedikit mundur, “lo ngapain di sini?” Tanya Fahrul. Via pun menggelengkan kepalanya tak tahu, “tadinya gue mau ke T. U tapi kok malah ke sini sih.” Gerutu Via seraya menatap bangunan di depannya. Mendengar ucapan Via membuat Bobby membuang rokoknya ke atas lantai lalu menginjaknya, “kenapa gak minta tolong sama murid lain?” Tanya Bobby seraya berjalan menghampiri Via. “Gue kan belum punya kenalan banyak di sini, Jason gak bisa ditelepon, Ariq gak aktif, Kelvin juga gak aktif, Silvi gak bisa keluar soalnya ada guru, temen gue yang dari L.A juga belum dateng selain itu kan gue Cuma kenal sama kalian berdua. Nah berhubung gue gak punya kontak lo, sekarang aja gue minta. Jadi kalo ada apa – apa gue langsung hubungin kalian gimana?” Cengir Via seraya menatap Bobby dan Fahrul bergiliran. Fahrul menggusar rambutnya kasar, “mana sini ponselnya.” Pinta Fahrul. “Nih.” Kekeh Via, “sekalian masukin punya Kak Bobby juga ya.”  “Hm.” Dehem Fahrul. Via memiringkan kepalanya menatap teman – teman Fahrul yang terhalang oleh tubuh Bobby yang jangkung, “Kak Rul, Kak Bob! Gak mau kenalin gue sama mereka?” Kekeh Via seraya memberikan senyuman kepada teman – teman Fahrul dan Bobby. “Hai!” Sapa Via tersenyum seraya melambaikan tangannya ke arah gerombolan murid yang tengah menatapnya. “Gak usah.” Ujar Bobby seraya membetulkan kembali posisi Via yang memiringkan kepalanya dan bahunya. Via mengerucutkan bibirnya kesal, “ish, kenapa coba?” Ketus Via tak terima, “gue kan mau punya banyak temen di sini.” “Lo kalo mau punya temen jangan sama kita – kita.” Sahut salah satu teman Fahrul. Via mendongakkan kepalanya, “kenapa emangnya? Kalian anak nakal ya? Suka minum kan?” Tanya Via menatap teman Fahrul itu, “selama gue di London gak pernah tuh yang namanya pilih – pilih nyari temen, mau yang suka mabuk – mabukkan kek atau anak nakal kek tetep aja buktinya aja gue bisa temenan sama anak Fast.” Ujar Via dengan suara keras, “Ops!” Cengir Via seraya menutup mulutnya kala melihat Fahrul, Bobby dan teman – temannya menatap Via terkejut. “Lo tahu Al kalo gitu?” Tanya Fahrul. Via menganggukkan kepalanya mantap, “dia sepupu gue, sepupu jauh sih.” Ujar Via, “kalian berdua tahu Al juga?” Tanya Via balik. Fahrul dan Bobby pun menganggukkan kepalanya dengan pandangan masih terkejut menatap Via, “jadi...” Ujar Fahrul menggantungkan ucapannya. “Jadi?” Tanya Via. “Jadi ... lo Via yang dimaksud Al?” Tanya salah satu teman Fahrul dan Bobby. Bobby sedikit mengernyit heran, “Al kenal sama dia?” Tanya Bobby. “Heem.” Ujar Fahrul. Via mengernyit heran, “maksudnya gimana?” Tanya Via kebingungan, “gue yang dimaksud Al tuh gimana?” “Gak papa.” Geleng Fahrul membuat Via semakin bingung, “gimana sih? Jelasin.” Ujar Via menatap teman Fahrul dan Bobby. “Gak papa, udah ayo gue aja yang anterin lo ke T.U.” Tawar cowok itu menghampiri Via. Via menganggukkan kepalanya, namun dengan cepat Fahrul menyanggahnya. “Gue udah hubungin Reyno buat bawa lo pergi dari sini, Jason, Kelvin sama Ariq lagi sibuk sama kegiatan osis.” Ujar Fahrul, “nanti lo dianter sama Reyno aja.” “Kenapa gak lo aja? Atau dia?” Tanya Via seraya cowok yang berdiri di samping Bobby, “eh gak bisa kan ya, kalian kan lagi pada bolos.” Cengir Via. “Iya.” Sahut Bobby, “sekarang lo mau nunggu di mana? Di sini atau ikut duduk di sana.” Ujar Bobby. “Pengennya sih di sana, tapi kasian kalian lagi ngisep rokok.” Kekeh Via seraya tersenyum.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN