19 - Datang berkunjung.

2017 Kata
Melinda yang sedang menonton drama Korea di laptopnya terlonjak kaget begitu mendengar ponselnya berdering. Saking terkejutnya, Melinda bahkan hampir saja menjatuhkan laptop yang ada dalam pangkuannya. Melinda meraih ponselnya, menghela nafas panjang ketika tahu siapa orang yang menghubunginya. Melinda meletakkan kembali ponselnya di meja, sama sekali tidak berniat untuk mengangkat panggilan dari Jonathan. Panggilan dari Jonathan pun berakhir. Melinda pikir, Jonathan tidak akan kembali menghubunginya setelah panggilan pertamanya tidak ia angkat. Namun ternyata, Melinda salah, karena kini ponselnya kembali berdering, dan nama yang tertera di layar ponselnya masih sama seperti sebelumnya, nama Jonathan. "Ada apaan sih?" keluh Melinda sambil meraih ponselnya. Melinda menggeser ikon hijau pada layar ponselnya, kemudian menempelkan benda tersebut di telinga kanannya. "Ada apa?" tanyanya dengan nada tinggi. Melinda kesal karena Jonathan mengganggu kesenangannya. Padahal saat ini ia sedang asyik menonton drama Korea kesukaannya. Jonathan tahu kalau Melinda pasti akan marah, jadi ketika mendengar nada bicara Melinda yang sama sekali tidak bersahabat, Jonathan sama sekali tidak terkejut, dan malah tertawa terbahak-bahak. "Enggak usah ketawa!" Peringat tegas Melinda. "Enggak ada yang lucu," lanjutnya ketus. "Ada apa, Jonathan?" tanyanya dengan nada yang masih ketus. Jonathan berdeham, kemudian mencoba untuk menghentikan tawanya. "Jangan marah-marah terus, Melinda, nanti kamu cepat tua loh," ucapnya dengan nada bercanda. "Biarin!" Melinda yang sudah terlanjur kesal membalas dengan cepat ucapan Jonathan. "Kamu belum tidur, kan?" Jonathan bertanya dengan nada lemah lembut, namun sayangnya, Melinda menjawab ketus pertanyaan Jonathan. "Kalau aku tidur, aku enggak mungkin angkat telepon dari kamu, Jonathan," sahut Melinda sambil memutar jengah kedua matanya.. "Benar juga." gumam Jonathan sambil terkekeh. "Kenapa belum tidur? Ini sudah malam, Melinda." "Aku belum ngantuk." Sebenarnya Melinda merasa lelah, tapi entah kenapa, sejak tadi ia tidak bisa tidur. 1 jam yang lalu, Melinda mencoba untuk tidur, tapi tidak bisa, karena itulah, Melinda memutuskan untuk menonton drama Korea. "Kamu sudah makan malam?" "Aku enggak makan malam," jawab Melinda sambil menggeleng, padahal Jonathan tidak akan bisa melihat gelengan kepalanya. "Kenapa kamu enggak makan malam? Apa kamu sedang diet?" Jonathan berpikir kalau Melinda sedang diet karena pekerjaan Melinda adalah seorang model. "Aku tidak sedang diet Jonathan, tapi aku memang enggak lapar." Nafsu makan Melinda hari ini menurun, dan penyebabnya adalah Jonathan. "Saya sudah di depan, ayo cepat buka pintu apartemennya." Melinda menoleh ke belakang, lalu di saat yang bersamaan, bel apartemen pun berbunyi. Melinda melotot, dan dengan cepat, beranjak dari duduknya untuk melihat siapa orang yang menekan bel apartemennya. "Semoga bukan, Jonathan," gumam Melida sesaat setelah mengakhiri panggilannya dengan Jonathan Melinda langsung membuka pintu apartemen, kedua matanya melotot saat melihat siapa pria yang saat ini sedang tersenyum manis padanya. Jonathan terkekeh ketika melihat betapa menggemaskannya mimik wajah Melinda saat ini. "Kamu ngapain ke sini?" tanya Melinda penuh penekanan. "Kamu belum makan, kan? Jadi saya bawain makanan buat kamu." Tanpa meminta izin, Jonathan menerobos memasuki apartemen Melinda. Melinda mendengus, lalu bergegas menyusul Jonathan sesaat setelah menutup pintu apartemen. Begitu memasuki dapur, Melinda melihat Jonathan sedang menata makanan yang di bawanya ke atas piring. "Kenapa kamu datang ke sini, Jonathan?" Melinda ingin tahu, kenapa Jonathan datang berkunjung ke apartemennya malam-malam begini? "Apa kamu akan percaya kalau saya bilang, saya datang ke sini karena saya merindukan kamu, Melinda?" Jonathan menjawab pertanyaan Melinda tanpa berbalik menghadap Melinda yang saat ini ada di belakangnya. Melinda memutar jengah matanya, tanpa berniat untuk membalas ucapan Jonathan. "Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan saya, Melinda?" Jonathan lalu berbalik menghadap Melinda yang masih berdiri dengan punggung yang bersandar di pintu. "Sebaiknya kamu pulang, Jonathan, saya mau istirahat." Setelah mengatakan kalimat tersebut, Melinda pergi meninggalkan dapur. Jonathan hanya menggeleng, lalu kembali menata makanan yang ia bawa ke piring, setelah itu bergegas menyusul Melinda. Melinda tidak pergi ke kamar, tapi kembali ke ruang tempat di mana ia sebelumnya menonton drama Korea. Melinda tidak akan kembali ke kamar jika Jonathan belum pergi meninggalkan apartemennya. "Saya bawain makanan kesukaan kamu, makanlah," ucap Jonathan sambil meletakkan makanan yang ia bawa ke atas meja. Martabak, itulah makanan yang Jonathan bawa. Martabak adalah salah satu makanan kesukaan Melinda. Atensi Melinda pun tertuju pada martabak yang ada di hadapannya. Aroma dari martabak tersebut sangat menggugah selera Melinda, bahkan tanpa sadar, Melinda meneguk ludahnya. Jonathan duduk di sofa yang sama dengan Melinda.."Makanlah Melinda, mumpung masih hangat." Melinda menatap Jonathan dengan raut wajah yang sama sekali tidak bersahabat. "Kapan kamu akan pulang, Jonathan?" "Malam ini saya mau menginap di sini, sama kamu Melinda." Jonathan menjawab santai pertanyaan Melinda. "Apa kamu bilang? Kamu mau menginap di sini?" Secara spontan, Melinda berteriak, bahkan kini kedua matanya melotot. Teriakan Melinda mengejutkan Jonathan. Jonathan mengangguk. "Iya, aku mau menginap di sini." "Eh, enak aja," sahut ketus Melinda. "Siapa yang bilang kalau malam ini kamu boleh menginap di sini?" tanyanya dengan kedua tangan bersedekap. Jonathan berbalik menghadap ke arah Melinda. "Jadi ... saya enggak boleh menginap di sini?" "Iya lah, kamu enggak boleh menginap di sini, jadi sebaiknya sekarang kamu pulang. Ini sudah malam, dan aku juga mau istirahat." "Kenapa saya tidak boleh menginap di sini?" Jonathan merajuk seperti anak kecil. "Kenapa saya harus membiarkan kamu menginap di apartemen saya?" Bukannya menjawab pertanyaan Jonathan, Melinda malah balik bertanya. Jonathan menggunakan kata saya, jadi Melinda ikut menggunakan kata saya, padahal sebelumnya Melinda sudah menggunakan kata aku dan kamu. Tawa Jonathan pecah begitu mendengar pertanyaan Melinda. "Kenapa dia malah tertawa? Memangnya ada yang lucu?" Keluh Melinda dalam hati. "Kenapa juga ekspresi wajahnya mudah sekali berganti?" Melinda hanya bisa menghela nafas panjang sambil memalingkan wajahnya ke arah lain. "Melinda." Melinda menoleh ke arah Jonathan, dan dengan gerakan sangat cepat, Jonathan memajukan wajahnya, lalu menempelkan bibirnya pada bibir Melinda. Sejak tadi, Jonathan sudah menahan diri untuk tidak mencium bibir ranum Melinda. Melinda melotot, dan langsung menyeka bibirnya yang baru saja Jonathan kecup. Apa yang Melinda lakukan lagi-lagi membuat tawa Jonathan pecah. "Dasar pria menyebalkan!" Teriak Melinda sambil memukul Jonathan menggunakan kedua telapak tangannya. Tawa Jonathan semakin menjadi, membuat Melinda kesal. Melinda berharap kalau Jonathan akan merasa kesakitan, namun ternyata, Jonathan malah terus tertawa, dan tidak terlihat kesakitan sama sekali. Melinda merasa kalau percuma saja ia memukul Jonathan, yang merasa sakit dirinya, bukan Jonathan. 2 jam sudah berlalu sejak Jonathan tiba di apartemen Melinda, dan memutuskan untuk menginap, lebih tepatnya memaksa untuk menginap di apartemen Melinda. Pada akhirnya, Melinda membiarkan Jonathan menginap di apartemennya, karena Melinda sedang malas berdebat dengan Jonathan. Melinda tidur di kamar, sedangkan Jonathan tidur di sofa ruang keluarga. Apartemen Melinda memiliki 3 kamar, termasuk kamar utama milik Melinda, jadi masih ada 2 kamar kosong yang sebenarnya bisa Jonathan gunakan, tapi Jonathan menolak untuk tidur di kedua kamar tersebut. Jonathan malah sempat merayu Melinda supaya mengizinkannya untuk tidur 1 kamar dengan Melinda, tapi Melinda langsung menolak mentah-mentah permintaan Jonathan, dan meminta Jonathan untuk tidur di kamar lain, tapi Jonathan malah menolak tawaran Melinda. Jonathan tidak mau Melinda marah padanya, jadi Jonathan tidak memaksa untuk tidur 1 kamar dengan Melinda. 1 jam telah berlalu sejak Melinda memasuki kamar, tapi sampai saat ini, Melinda masih terjaga dari tidurnya. Melinda tidak bisa tidur, dan itu semua karena Jonathan. Melinda terus memikirkan Jonathan yang saat ini tidur di sofa ruang keluarga. "Dia udah tidur atau belum ya?" gumam Melinda sambil menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Melinda keluar dari kamar, lalu pergi menuju tempat di mana Jonathan tidur. Melinda seketika bisa bernafas lega ketika melihat Jonathan terlihat nyaman. Untungnya sofa yang Jonathan tiduri tersebut luas, jadi bisa menampung tubuh Jonathan yang besar. Dengan pelan, Melinda melangkah mendekati Jonathan yang saat ini tidur dengan posisi terlentang. Melinda melambaikan telapak tangan kanannya di depan wajah Jonathan, sambil memanggil pria tersebut dengan pelan. "Jonathan, kamu sudah tidur?" Tidak ada tanggapan dari Jonathan, membuat Melinda seketika berpikir kalau Jonathan sudah tidur. "Ternyata dia sudah tidur." Melinda baru saja akan menjauhkan tangannya dari wajah Jonathan ketika Jonathan menarik tangannya, sampai akhirnya tubuh Melinda jatuh menimpa tubuh Jonathan dengan posisi wajah menghadap Jonathan. "Akh!" Melinda yang terkejut langsung menjerit, sedangkan Jonathan malah tertawa. Melinda menatap tajam Jonathan yang baru saja membuka matanya. "Kamu tahu, Melinda, saat kamu marah, kamu terlihat semakin seksi." Melinda mendengus, sedangkan Jonathan kembali tertawa. "Lepasin Jonathan," desis Melinda tajam. Melinda mencoba untuk melepaskan kedua tangan Jonathan yang saat ini melingkar di perutnya. "Saya tidak mau, karena saya mau tidur berdua sama kamu," ucap Jonathan sambil tersenyum lebar. "Kamu bukan siapa-siapa saya, jadi sebaiknya kamu pulang." Melinda menyesal karena tadi sudah mengizinkan Jonathan untuk menginap di apartemennya, seharusnya tadi ia terus memaksa Jonathan untuk angkat kaki dari apartemennya. Raut wajah Jonathan berubah menjadi datar, begitu juga tatapan matanya yang berubah menjadi dingin. "Barusan kamu bilang apa?" tanyanya tegas. Perubahan yang terjadi pada ekspresi wajah Jonathan membuat Melinda sedikit takut, jadi Melinda memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan Jonathan. "Kamu lupa atau kamu memang pura-pura lupa?" "Maksud kamu apa?" Melinda menatap bingung Jonathan. "Kita itu adalah sepasang kekasih, Melinda. Apa kamu lupa?" Alih-alih menjawab pertanyaan Jonathan, Melinda malah memalingkan wajahnya ke arah lain. "Ah, jadi kamu mengingatnya." Begitu melihat bagaimana ekspresi wajah Melinda, Jonathan tahu kalau Melinda mengingatnya, dan sebenarnya, Jonathan yakin kalau Melinda tidak mungkin melupakan status mereka yang sudah menjadi sepasang kekasih sejak beberapa hari yang lalu. "Melinda, lihat mata saya," ucap Jonathan dengan suara yang mendayu merdu. Melinda kembali menatap Jonathan, kali ini, tatapan mata Melinda tidak lagi setajam sebelumnya, jauh lebih lembut. "Saya sangat merindukan kamu Melinda, benar-benar merindukan kamu," gumam Jonathan sambil membelai wajah Melinda menggunakan jemari tangan kanannya. "Saya sama sekali tidak merindukan kamu, Jonathan." Melinda menyahut ketus ucapan Jonathan. "Jadi sebaiknya sekarang kamu lepasin pelukan kamu dari pinggang aku, Jonathan!" Jonathan menggeleng, menolak untuk melepaskan Melinda. Jonathan malah semakin mengeratkan pelukan kedua tangannya di pinggang Melinda. "Melinda, bagaimana kalau kita mulai semuanya secara baik-baik?" "Maksud kamu apa?" tanya Melinda dengan kening berkerut, dan alis bertaut. "Saya tahu kalau kamu merasa terpaksa menjalin hubungan dengan saya, tapi tidak ada salahnya kan kalau kita mencobanya, maksud saya, mencoba menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih," bisik mesra Jonathan tepat di depan bibir ranum Melinda. "Aahh...." Tanpa sadar, Melinda mendesah seksi ketika kedua tangan Jonathan meremas lembut pinggulnya. "Saya suka mendengar desahan kamu, Melinda. Sangat seksi, dan mampu membuat saya semakin b*******h," bisik mesra Jonathan sambil tersenyum lebar. Setelah mendengar desahan seksi Melinda, Jonathan bisa merasakan miliknya yang kini mulai terbangun. Melinda kembali memukul Jonathan, dan Jonathan malah semakin intens menggoda Melinda. Melinda tidak sempat menanggapi ucapan Jonathan yang memintanya untuk menjalin hubungan secara baik-baik, karena yang selanjutnya terjadi adalah, Melinda terus mendesah, karena Jonathan yang semakin intens menggodanya, menyentuh setiap inci tubuhnya dengan gerakan sensual. Awalnya Jonathan hanya meremas-remas pinggul Melinda, tapi setelah itu, tangan kanan Jonathan mulai membelai paha kanan Melinda, sebelum akhirnya menelupus masuk ke dalam piyama satin merah maroon yang Melinda kenakan. "Jo-jonathan, stop," ucap Melinda terbata. Deru nafas Melinda mulai tersengal-sengal, terlebih ketika belaian jemari tangan kanan Jonathan di punggungnya semakin intens. Seirama dengan deru nafas Melinda yang tak beraturan, deru nafas Jonathan juga sama seperti Melinda. "Yakin mau berhenti, hm?" bisik mesra Jonathan di telinga kanan Melinda. Jonathan menggigit gemas daun telinga Melinda, saat itulah, desahan seksi Melinda kembali terdengar. Setelah menggigit daun telinga Melinda, Jonathan meniup-niup ceruk leher Melinda, membuat setiap bulu kuduk Melinda berdiri. Melinda menggeleng, tapi selang beberapa detik kemudian mengangguk. Jawaban tak konsisten Melinda kembali mengundang tawa dari Jonathan. "Jadi ... kamu mau saya berhenti atau lanjut, hm?" tanyanya sembari meremas lembut pinggang Melinda. "Berhenti, Jo-jonathan!" Melinda menjawab tegas pertanyaan Jonathan. "Tapi reaksi yang tubuh kamu berikan justru sebaliknya, Melinda. Kamu sangat menikmati setiap sentuhan yang saya berikan. Kamu tidak mau saya berhenti menyentuh kamu, kan?" Jonathan merangkum wajah Melinda menggunakan tangan kirinya, lalu menempelkan bibirnya pada bibir ranum Melinda. Dengan cepat, Jonathan melumat bibir Melinda, sama sekali tidak memberi Melinda kesempatan untuk menghindari ciumannya. Mulanya, ciuman yang Jonathan berikan sangat pelan, tapi semakin lama semakin cepat dan intens. Melinda mencoba untuk mengimbangi ciuman Jonathan, namun gagal. Jonathan terlalu lihai untuk Melinda yang masih pemula. Senyum menghiasi wajah Jonathan ketika Melinda membalas ciumannya. Jonathan jelas bahagia, karena awalnya Jonathan berpikir kalau Melinda akan menolak ciumannya. Perlahan tapi pasti, Jonathan mulai membuka satu persatu kancing piyama Melinda, begitu juga Melinda yang mulai membuka satu-persatu kancing pakaian Jonathan. Untuk yang kesekian kalinya, Jonathan dan Melinda kembali memadu kasih, berbagi nikmat dan keringat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN