Raniya berbaur dengan semua orang-orang kaya dan dari keluarga terpandang, sementara dirinya mungkin lebih rendah dibandingkan semua karyawan hotel yang mengenakan seragam sama yang melayani semua tamu undangan.
Suara teriakan terdengar, ketika seseorang dengan sengaja merobek gaun putih Raniya yang memperlihatkan pahanya yang putih dan bening, seseorang sengaja karena iri kepadanya karena telah berhasil datang bersama Jello. Pria yang di inginkannya.
Seorang pria datang dan membantu Raniya, pria yang memiliki wajah tampan dan mengenakan tongkat kebesarannya.
Pria itu lalu membuka jas miliknya dan mengikat kedua lengan jas itu ke pinggang Raniya untuk menutupi paha Raniya yang terlihat hampir saja paling atas karena terkena sobekan, wanita yang menggunting rok Raniya adalah seorang pelayan suruhan, pelayan itu berpura-pura berdiri dan ketika Raniya hendak melintasi pelayan itu, roknya malah tersangkut gunting dan membuatnya sobek karena terlalu tipis. Sementara Jello baru datang dan bergabung dengan keramaian itu. Sementara Jello sedang berbincang dengan kedutaan yang mengadakan pesta ini menggantikan ayahnya.
Jello membulatkan mata ketika melihat Raniya dan pamannya yang kini berdiri ditengah keramaian.
“Kamu baik-baik saja?” tanya pria yang berpegangan di atas tongkatnya, sepertinya tongkat itu adalah tongkat gaya saja karena pemiliknya tidak benar-benar pincang.
“Terima kasih, Tuan,” ucap Raniya membungkukkan badannya.
“Kamu tidak usah berterima kasih kepadaku. Saya tidak suka melihat seorang wanita cantik di tindas.”
Jello diam saja dan memperhatikan pamannya, Jello tidak tahu kalau pamannya juga di sini. Jello tersenyum dan membuang napas halus, setelah berpisah dengan pamannya, Jello tidak pernah lupa dengan wajah pamannya.
“Daddy tidak apa-apa?” Suara seorang pria terdengar dan pria tersebut datang dan merangkul bahu Julion.
“Daddy tidak apa-apa,” geleng Julion.
Pamannya itu sudah menikah dengan Emilia, dan mereka sudah memilih anak? Jello senang mendengarnya.
“Kamu datang bersama siapa?” tanya Julion.
“Tuan Julion, Anda tidak apa-apa?” tanya kedutaan yang datang dan menghampirinya.
“Uncle baik-baik saja, ‘kan?” tanya Jello masuk ke tengah keramaian.
“Eh, Jello?”
Jello tersenyum dan membungkukkan badannya menghormati pamannya itu. Pamannya adalah saudara dari ayahnya. Jello tahu masalah apa yang pernah menimpa kedua orangtuanya dan Jello juga tahu kalau Julion di penjara atas apa yang ia lakukan dan Emilia menunggunya dengan baik.
"Uncle sudah kembali?" tanya Jello.
Julion tersenyum dan menganggukkan kepala. "Tentu saja. Uncle sudah kembali."
"Aunt Emilia mana?" tanya Jello.
"Oh iya. Bibimu tidak mau ikut katanya lebih baik di hotel daripada ikut acara seperti ini." Julion menjawab.
Julion dan Emilia berkecimpungan di dunia bisnis yang di berikan Lucas untuk mereka. Usaha mereka awalnya sukses, namun karena salah partner kerja, Julion akhirnya bangkrut.
Melihat putranya sedih, Lucas lalu mengirim Julion dan Emilia ke Amerika dan tinggal di sana selama 23 tahun, hidupnya sudah cukup berubah, bahkan Jello tidak pernah lagi melihat pamannya itu selama 23 tahun. Terakhir kali melihat pamannya ketika usianya masih 3 tahun, tapi ia tahu bahwa pamannya, karena Jello sering melihat foto keluarga.
Julion terkenal pria yang baik, dia ramah dan tidak pernah memandang seseorang dari bawa saja. Hidupnya di Amerika telah merubahnya, lalu ketika ia bahagia di Amerika. Ia kembali ke Roma karena bisnisnya tidak lagi berjalan, karena lagi dan lagi bangkrut, Julion memang tidak tahu berbisnis, hanya saja ayahnya memberikannya kesempatan karena mencoba merubah Julion menjadi pria dewasa yang serius, namun nyatanya Julion tetap tidak bisa, 23 tahun di Amerika tidak membuatnya berhasil, ia malah bekerja menjadi salah satu karyawan di perusahaan swasta. Lalu, karena bosan bekerja dan ingin bersenang-senang, ia pun mengajak Emilia dan Valdo kembali ke Roma.
Julion juga di penjara selama 3 tahun dan memilih Amerika tempatnya untuk berubah, namun sulit untuk melihat manusia berubah. Karena itu, Lucas dan Catherine memberikan kesempatan pada Julion untuk sadar dan memberikannya usaha, namun tetap saja bangkrut.
“Uncle, wanita ini datang bersama saya,” kata Jello.
"Siapa dia? Cantik juga," bisik Julion membuat Jello menggeleng.
"Ini tidak seperti yang Uncle kira," geleng Jello.
"Terus kalau gadis ini datang bersama kamu, terus dia siapa?"
"Nanti saja ceritanya Uncle," jawab Jello tidak bisa menjawabnya.
Keramaian pun menyebar dan bubar, mereka tidak lagi melihat Jello dan pamannya.
“Kamu darimana saja?”
“Aku berbincang dengan kedutaan,” jawab Jello.
“Ayahmu mana? Apakah dia tidak datang kemari?”
“Ayahku di Singapura, Uncle, karena itu aku di sini menggantikannya,” jawab Jello lagi dan mengabaikan tatapan Raniya.
“Kapan dia pulang? Uncle mau bertemu dengannya.”
“Sepertinya pekan ini,” jawab Jello lagi.
“Pantas saja. Sementara Uncle saja di undang di sini,” kata Julion membuat Jello tersenyum. "Sebenarnya Uncle mendapatkan undangan ini dan langsung terbang ke Itali. Sekalian kami pindah ke Roma lagi."
Jello tahu bahwa Julion pernah menyukai ibunya, Jello bukan pria kecil lagi, tapi dia sudah dewasa, dan usianya sudah lebih dari cukup untuk memahami segalanya.
“Oh iya, perkenalkan ini putra uncle,” kata Julion.
Jello mengangguk dan mengulurkan tangannya. “Jello,” ucap Jello.
Pria yang katanya putra dari Julion lalu menyambut uluran tangan Jello dan berkata, “Valdo.”
“Wah. Nama yang bagus,” ucap Jello.
Valdo tersenyum dan menganggukkan kepala. Valdo sudah tahu tentang Jello dan keluarganya, dan ia sudah tahu siapa keluarga ayahnya, jadi Valdo banyak membantu ayahnya mengurus perusahaan. Tapi, perusahaan mereka di Amerika tidak bisa diselamatkan hanya bertahan lima tahun saja, setelah itu bubar.
“Dia kekasihmu?” tanya Valdo.
“Bukan,” jawab Jello.
“Terus kenapa kamu membawanya kemari?”
Jello sesaat menoleh dan menatap wajah Raniya yang sejak tadi diam saja. Banyak wanita yang iri kepadanya karena Jello. Bahkan wanita yang menyuruh pelayan untuk menyobek dress Raniya sangat iri kepada Raniya.
“Uncle tahu karena kamu belum punya kekasih?” Julion tersenyum.
Jello tersenyum dan mengangguk.
“Bagaimana kabar ibu dan ayahmu? Kakek nenekmu?”
“Mereka semua baik, Uncle,” jawab Jello. “Ibuku baik, Nenek dan Kakek juga baik, ayahku lebih baik lagi karena ayahku lebih banyak bekerja diluar dibandingkan di Roma,” tambahnya.
“Wah. Ayahmu sangat sibuk,” kata Julion.
“Iya, Uncle,” jawab Jello.
“Ya sudah. Kamu pulang saja untuk hari ini, bawa temanmu ini pulang karena dressnya sobek dan memperlihatkan paha paling atas, jadi tidak enak jika semua orang melihatnya.”
“Tapi—“
“Tenang saja. Uncle akan memberitahu kedutaan bahwa kamu harus membawa kekasihmu pulang,” kata Julion dengan wajah yang menarik banyak pandangan wanita, ia terlihat seperti sugar daddy yang menohok dan sugar daddy kaya raya. Meskipun sudah memiliki putra sedewasa Valdo, tapi Julion tetap tampan dan mempesona.
“Terima kasih, Uncle,” ucap Jello. Ia sudah lama ingin kabur dari acara ini, syukurlah jika Raniya menjadi alasannya untuk meninggalkan acara ini.
Tak butuh waktu lama Jello dan Raniya kembali. Evalinda tidak menyadari keduanya pulang, Raniya lalu melepas high heels yang ia kenakan sejak tadi lalu menghampiri majikannya. Jello duduk dihadapan Evalinda dan berdeham.
“Mommy,” panggil Jello.
“Iya, Sayang?”
“I’m back,” ucap Jello.
Evalinda tersenyum dan menganggukkan kepala.