Meskipun sudah menikah dengan pria kaya raya, dan bergabung dengan keluarga Maxivel yang terkenal kaya raya, namun tak membuat Raniya ber-euforia dengan pencapaiannya saat ini, kaena semua hal yang terjadi adalah salah satu cara Raniya untuk kembali ke negaranya tanpa harus takut pada ayahnya dan kelakukan ayahnya jika ia pulang tak membawa uang.
Raniya menghabiskan waktu dengan pria yang tak pernah menganggapnya ada. Dengan pria, yang hanya menikmati tubuhnya tanpa memikirkan bagaimana perasaannya. Dengan pria yang menyebutnya 'sampah' dan mengatakan bahwa ia 'wanita yang haus akan kekayaan dan akan melakukan apa saja demi uang.'
Terluka sudah pasti! Semua manusia berhak terluka dan itu manusiawi, jika Raniya merasa hidupnya hancur, itu sudah wajar karena harus menjadi anggota keluarga Maxivel yang hanya dimanfaatkan.
"Jangan pernah bermimpi untuk mengenakan gaun indah di tubuhmu, karena seindah apa pun gaun yang kamu kenakan tak akan menutupi kemiskinan dalam dirimu."
Kata-kata yang selalu mengiris kalbunya, selalu menghancurkan hatinya, dan selalu menghancurkan seluruh hidupnya, kemiskinan yang ia miliki adalah tolak ukur bagi suaminya sendiri.
Namun, Raniya tak pernah lupa dengan perkataan ibunya, yang selalu membayanginya dan selalu menyemangatinya.
Tujuanmu adalah penyemangatmu, tanpa tujuan hidup tak akan menyemangatimu, setiap manusia punya impian dan tujuan masing-masing, dan semua manusia berhak memilih tujuan hidupnya.
Begitu pun dengan Raniya, ia tidak berpendidikan dan ia tidak memiliki kehidupan yang baik, ibarat kata ia di lempar oleh ayahnya sendiri masuk ke jurang dan tak menolongnya sama sekali. Raniya bukan menyalahkan takdir, hanya saja ia tidak menyangka hidupnya akan seperti ini, ia pikir ia akan berkawan dan akan memilih jalan hidupnya sendiri, ia ingin kuliah dan menjadi seorang pebisnis wanita yang memiliki apa pun yang ia inginkan, meskipun usianya baru 21 tahun.
Ia adalah wanita yang cantik dan menawan, ia memiliki garis wajah tanpa kerutan, bahkan ketika tersenyum, garis diwajahnya tidak ada, ia memiliki wajah sempurna bak malaikat, karena itu ia hampir saja kehilangan keperawanannya.
***
Flashback ON.
Hari ini, ia akan menemani Jello ke pesta kedutaan yang di adakan di hotel bintang 7 di Roma, terlihat ia di dandani oleh Evalinda, wanita ramah yang tidak terlihat tua, meskipun usianya sudah terbilang cukup matang, namun tidak ada garisan di wajahnya dan wajahnya tetap cantik seperti dulu. Seperti tidak ada yang berubah.
“Kamu ingat kan, Raniya, apa yang saya katakan kepadamu?” tanya Evalinda menatap wajah Raniya.
“Iya, Madam. Saya mengingatnya,” jawab Raniya.
“Jika seseorang bertanya kepadamu, abaikan saja mereka dan minta Jello menjawabnya untukmu.”
“Baik, Madam,” jawab Raniya dengan anggukan diwajahnya.
“Darimana asalmu?”
“Indonesia, Madam,” jawab Raniya lagi.
“Kamu sangat cantik dan wajahmu tanpa make up sudah lebih dari cukup, karena jika di beri riasan tebal, pasti akan kelihatan sangat palsu,” kata Evalinda berbicara kepada Raniya yang duduk didepan cermin besar, dimana didepannya banyak sekali make up dari satu merk saja. Semuanya terlihat sangat lengkap.
Raniya hanya tersenyum, meskipun Evalinda tidak mengatakan hal itu, tapi Raniya tahu bahwa wajahnya memang sangat cantik dan menawan, tidak perlu memoles wajahnya begitu tebal dengan make up, karena kecantikannya alami dan bersinar.
“Usiamu berapa, Raniya?” tanya Evalinda lagi.
“21 tahun, Madam,” jawab Raniya.
“Kenapa kamu menjadi seorang TKW?”
“Karena kehidupan, Madam,” jawabnya lagi.
“Apa sulit sekali?”
Raniya menganggukkan kepala, pertanyaan Evalinda terdengar jelas di telinganya dan pertanyaan itu mengingatkannya kepada ibunya, ibunya yang sudah tiada dan meninggalkannya di dunia sendirian, dengan tanggung jawab yang besar, harus membiayai dua adiknya, satu adiknya yang masih sekolah dan satu adiknya lagi yang hanya tinggal di rumah dan sakit-sakitan.
Raniya benar-benar tidak menyangka hidupnya akan berubah drastis semenjak ibunya meninggalkannya, dunianya seakan terhenti dan berada di titik ini. tidak ada yang bisa ia lakukan karena dunia memang sedang berjalan, dan dunia sedang tidak ada di pihaknya.
Raniya lebih memilih menjadi seorang TKW dibandingkan harus menjadi istri ke empat dari juragan sawah yang memiliki perkebunan teh yang luas di Kampung, bahkan ia selalu menjadi bahan omongan warga.
“Raniya, kenapa diam saja?” tanya Evalinda lagi membuat wajah Raniya mekar kembali karena tidak ingin membuat orang lain tahu siapa dirinya dan apa saja beban hidupnya.
“Sulit, Madam. Tapi, saya rela melakukan apa saja demi keluarga saya, menjadi seorang TKW memang bukan keinginan saya, tapi karena menjadi TKW saya mendapatkan uang yang banyak, jadi saya mencoba menikmatinya,” jawab Raniya membuat Evalinda tersenyum. “Saya meninggalkan Indonesia di saat usia saya baru saja menginjak 17 tahun, dan saya sudah lima tahun di negeri orang. Jadi, saya mulai terbiasa menjadi seperti ini.”
“Kasihan sekali kamu, Raniya, tapi begitu lah hidup. Kamu harus berjuang sendirian tanpa harus memberitahu orang lain. Kamu harus memikirkan orang lain, tanpa orang lain memikirkanmu. Hidup memang seperti itu, tapi yang namanya dunia, pasti akan berjalan terus, sebagai manusia tidak ada waktu untuk meratapi nasib. Semuanya harus di jalani tanpa harus memikirkan diri sendiri, karena kita hidup sudah menjadi keinginan dan keputusan Tuhan.” Evalinda mengelus punggung Raniya, elusan itu benar-benar membuat nyaman hatinya, seperti elusan sang Ibu kepadanya, meskipun kehilangan ibunya di usianya yang masih sangat muda, namun baru-baru ini Raniya merasa sosok ibunya ada pada Evalinda, meskipun itu tidak pantas, karena Evalinda adalah majikannya.
Evalinda tahu karena hidupnya pun dulu sangat sulit sebelum bertemu dengan Ben, hidupnya yang hanya bergantung pada sesuatu, membuat Evalinda bertemu dengan pria yang mencintainya dan mau berkorban banyak untuknya, hingga hidup Evalinda berubah menjadi Nyonya besar dan di kenal banyak orang.
Evalinda melihat sosok dirinya pada Raniya, kisah hidup Raniya tidak jauh beda dengan kisahnya, tapi semuanya berubah menjadi seperti ini.
“Mommy,” panggil Jello membuka pintu kamar ibunya dan melihat ibunya itu berdiri dan menggenggam bahu Raniya.
Jello juga melihat wajah Raniya di balik cermin, gadis itu memang sangat cantik dan menawan, membuat hati Jello sempat berdebar, namun langsung ia sadari secepatnya.
“Ada apa, Sayang?” tanya Evalinda menoleh melihat ke arah pintu.
“Mommy, no need to be too beautiful,” jawab Jello dengan memalingkan wajahnya.
“Sayang, Raniya memang wanita yang cantik. Apakah kamu sudah mau berangkat?” tanya Evalinda lagi. “Semuanya sudah selesai kok.”
“Yes, Mom, I don’t want to be long,” jawab Jello mengangguk.
“Raniya sudah siap kok, kamu tunggu dibawah saja. Mommy akan membantu Raniya turun.”
Jello mengangguk.
“Kamu bisa berdiri, Ran,” kata Evalinda.
Raniya lalu bangkit dari duduknya dan berdiri menghadap cermin.
“Kamu memang wanita yang cantik. Tidak perlu di poles terlalu tebal, kamu tetap cantik,” kata Evalinda.
“Apakah saya berangkat sekarang?” tanya Raniya masih belum terbiasa.
“Iya. Jello sudah menunggu. Apakah kamu sudah siap?”
Raniya menganggukkan kepala.
“Ya sudah. Kamu tahu kan bagaimana menggunakan high heels? Jadi, kalau kamu mengimbanginya dengan baik, kamu pasti tidak akan terjatuh, seperti yang saya ajarkan tadi. Kalau kamu merasa mau jatuh, kamu langsung pegang Jello dan dia akan menahanmu. Tidak perlu tampil terlalu cantik dan menawan, jadi wanita sederhaja saja. Abaikan tatapan semua orang dan jangan terpengaruh oleh apa pun.” Evalinda mengingatkan membuat Raniya mengangguk, untung saja ia sudah mulai mengimbangi diri menggunakan high heels dengan ketinggian 5cm.
Dengan dress berwarna putih membuat Raniya terlihat sangat cantik, aksesoris tidak terlalu banyak, hanya mengenakan kalung tipis dan juga cincin berlian milik Evalinda, lalu rambutnya di urai begitu saja. Cantik sekali. Raniya sangat cantik dan seksi. Kulit dan wajahnya terlihat mecing dengan pakaian yang ia gunakan.
Raniya tidak akan menyangka akan menjadi ratu hari ini, ia pasti akan menjaga nama Jello dengan baik.
Apakah Jello akan bernasib sama dengan ayahnya? Akankah Jello mencintai Raniya seperti ayahnya mencintai ibunya?