-----------------••••••••••••••••••••••••-----------------
Saat hati yang kau telah hancurkan hati yang tadinya utuh tidak bisa kau kembalikan kebentuk semula walau kau perbaikinya dengan segala cara itu akan sia sia,Karena hati yang kau hancurkan itu tidak akan pernah utuh seperti semula.
-------------------••••••••••••••••••••••-----------------
Setelah satu bulan kejadian itu membuat mereka saling diam, bahkan Daniel setiap hari pulang malam dan kadang tak pulang karena menemui Feby. Sudah 3 bulan pernikahan mereka berjalan. Ikatan ini membuat kedua orang itu tersiksa.
Saat ini Syila sedang sendirian di rumah dengan duduk duduk berdiam diri sambil menatap kosong layar tv,kadang hati Syila bertanya tanya,kenapa Daniel pulang malam terus? Kenapa Daniel melakukan itu? Kenapa Daniel tega.
"Huh....kapan dia pulang,ini sudah jam 2 pagi?"ujar Syila menghela napas berat.
Syila mengarahkan pandang ke pintu saat pintu itu terbuka,memperhatikan Daniel yang berantakan dengan lebih parahnya lagi Syila melihat Feby dengan pakaian sexy membopong tubuh Daniel.
Saat pandangan bertemu dengan Syila, Syila hanya menunduk dan mengeluarkan air matanya. Entah perasaan kenapa Syila saat ini sangat kacau.
Daniel pun berlalu sambil b******u dengan Feby, Syila yang melihat itu tak kuasa menahan tangisnya saat pintu kamar Daniel tertutup. Tanpa Syila sadari Feby juga merasa bersalah karenanya pernikahan mereka tidak berjalan lancar. Tapi namanya juga obsesi. Cinta itu buka terlebih lagi jika mereka memiliki perasaan yang berlebihan. Dan segala sesuatu yang berlebihan itu tidaklah baik.
Syila berlari kecil ke kamar nya,ia merebahkan tubuhnya mungil itu. Wajahnya yang menujukan kelelahan dan kesakitannya selama tiga bulan pernikahannya. Haruskah ia menyerah atau haruskah ia terus melangkah. Ya Tuhan,ia bingung ia dilema dengan semua itu,
*******
Langit masih gelap. awan masih tampak hitam rembulan sudah mulai turun. Adzan subuh sudah berkumandang beberapa menit yang lalu. Jangan harap ada suara kokokan ayam yang menjadi alarm tidur. Ini buka dipedesaan.
Di dalam kamar mandi dikamar Syila . Syila berjongkok didepan closed dan memutahkan apa yang ada didalam perutnya. Perutnya terasa melilit padahal ia tidak sedang datang bulan. Ia mematung. Meraba perut yang terasa sakit itu, atau jangan jangan ia hamil? Sudah satu bulan berlalu saat mahkota itu direnggut oleh dia.
Syila menyeka air liur yang lengket di mulutnya. Tidak ada makanan yang keluar kecuali air liur yang terasa pahit.
Ruangan yang besar itu terasa berputar putar saat Syila mencoba menegakan tubuhnya. Kepalanya pusing. Rasanya ingin pecah dan sangat menyakitkan.
Dengan susah payah, Syila membersihkan mulutnya dengan air yang mengalir dari kran.
Sesuatu kembali terasa ingin keluar dari perutnya. Syila menangis. ia tak pernah mengalami hal separah ini sebelumnya. Rasanya sangat asing dan menyakitkan.
Syila tidak makan kemarin malam,padahal bi asih membujuknya untuk makan. Tapi Syila tidak menyentuhnya sedikitpun.
Selera makannya berkurang. Kemarin malam ia tak ingin makan apapun. Syila hanya ingin dipeluk oleh Daniel. Tapi kejadian tadi malam membuat ia mengurungkan niatnya saat melihat Feby dan Daniel.
Syila menahan gejolak yang menghantam diperutnya,ia berusaha bangkit dari lantai dingin itu.
Satu langkah
Dua langkah
Syila mati Matian menjaga keseimbangan tubuhnya agar tidak tumbang. Ia masih berusaha berjalan ke ranjang tempat tidur. Hingga tepat didepan ranjang ia segera merebahkan tubuhnya yang lemas itu diatas ranjang. Wajah pucat tak biasanya. Ia mencoba untuk tidur lagi.
****
Matahari telah terbit, cahaya sinarnya berusaha memasuki celah celah korden pemilik kamar tersebut.
"Engghh" ia mengeliat kecil karena terganggu sinar matahari itu. Menerjapkan matanya pelan. Samar samar ia melihat cahaya menyilaukan matanya. Ia mengucek ucek matanya dan membuka matanya pelan pelan.
Ia memijat pelipisnya nya pelan pelan rasa pusing itu menyerangnya lagi.
Tubuhnya lemas tak bertenaga.
Ia mengedarkan pandangannya kemeja nakas samping ranjangnya.
Ia melotot seketika ketika melihat sekarang pukul 08.45 pagi. Ia berusaha bangun dari tempat tidurnya,karena tubuh yang lemas membuat Syila berusaha menjaga keseimbangan nya. Ia memejamkan matanya sebentar sembari memijiat pelipisnya kembali. Ketika ia merasa pusingnya mereda ia melanjutkan langkahnya kekamar mandi untuk membersihkan diri.
Berbeda dengan Syila kini Daniel merasa bingung karena Syila tak biasanya belum keluar kamar. Ia sudah satu jam menunggu Syila didapur. Banyak pertanyaan yang ada di kepalanya, Semenjak kejadian itu Ia merasa jika Syila menjauhinya.
Lamunan Daniel terbuyar ketika ia mendengar deheman dari seseorang.
Ia menoleh dan menatap wanita muda yang mengenakan dress biru dongker dengan pita yang menghias pinggang dan rambut yang digelung. Sangat simpel namun elegan.
"Lo sakit?" Daniel yang baru saja menyadari melihat wajah Syila yang tampak pucat itu.
Syila menggeleng kecil. "Tidak"singkatnya sembari berjalan kemeja makan. Sepertinya bibi yang masak makanannya pikir Syila saat melihat banyak sarapan dimeja.
Ia memakan makanan tanpa menghiraukan tatapan Daniel yang masih menatapnya. Lama kelamaan Syila mulai risih. Ia mendongak menatap Daniel.
"Apa?"tanya singkat. Moodnya sedang buruk. Bukan karena haid melainkan sesuatu yang akan menjadi petaka atau hal yang baik.
Daniel menggeleng pelan. "Kok gue ngerasa Lo berubah?"ujarnya sembari duduk didepan Syila yang kini menatap nya sembari menyuapkan makanan itu kedalam mulutnya.
"Gak, Syila biasa aja tuh"ucapnya yang masih fokus memakan makanan itu.
Tak lama kemudian,
"Bi asih"panggil Syila saat ia melihat bi asih melintas didepannya. Suara itu membuat bi asih menghentikan langkahnya dan menoleh menatap Syila dan Daniel yang kini menatap dirinya.
Ia bergegas melangkah mendekati Syila dan Daniel. "Kenapa Syil?"tanyanya sembari menatap Syila .
"Bi tolong nanti beliin Syila buah mangga ya,"pintanya yang Syila sudah menyelesaikan sarapannya.
Mendengar permintaan Syila membuat bibi menatap bingung tapi ia mengangguk paham.
"Oke nanti Syila tunggu ya"ujarnya tersenyum senang beranjak dari kursi dan bergegas kekamar.
Daniel dan bibi hanya menatap aneh Syila.
"Tuan saya permisi,"pamit bibi saat menyadari Syila telah pergi.
Daniel mangut mangut membiarkan bibi pergi. Daniel pun bergegas melangkah kekamarnya untuk mengambil kunci karena ia sudah ada janji pergi dengan Feby.
*****
Sore ini Syila berniat pergi keluar mansion. Ia melangkah keluar kamar berjalan menghampiri Roy.
"Mau kemana syil?"tanya Roy saat melihat Syila berpakaian rapi.
"Mau keluar sebentar"ujarnya seraya memperbaiki bajunya tanpa melihat ekspresi Roy yang heran dan penasaran. Tumben sekali Syila pergi keluar. Karena memang semenjak Syila menikah deangan tuan nya, Syila hanya keluar beberapa kali itu saja hanya ke mall untuk membeli hadiah karena suruhan tuan nya.
"Kemana?"tanya nya lagi
"Mari saya antar"kata Roy yang melihat Syila tak menjawab
Perkataan Roy membuat Syila mendongak menatap Roy.
Ia berjalan mendekat Roy membuat semua orang mengiri bahwa Syila dan Roy seperti berpelukan. Menyadari jarak yang dekat membuat Roy grogi.
"Santai Roy jangan grogi" Syila terkekeh geli saat menyadari Roy yang grogi. Pipi Roy merah merona karena malu. Roy memang tak pernah dekat dengan wanita. Terlebih sejak ia kerja dengan Daniel.
"Sini Syila bisikin"ucapnya pelan seraya meminta Roy mendekatkan telinganya.
Roy menaikan salah satu alisnya.
"Sini katanya mau tau"ujarnya seraya menarik tangan Roy agar tinggi nya sejajar. Roy akhirnya mendekat kan telinganya.
"Anterin Syila ke apotik"bisiknya.
Mendengar bisikan Syila membuat Roy menoleh menatap Syila bingung. Saat melihat Roy akan bicara Syila segera membekap mulutnya dengan satu tangan yang dimulut Roy dan satu jari telunjuk dimulut Syila yang artinya ia menyuruh Roy diam.
Roy yang disuruh diam akhirnya mangut mangut tanda mengerti.
Mereka pergi melangkah keluar pintu utama mansion menuju mobil.
Ditengah perjalanan Roy menatap Syila yang disampingnya. Syila yang menyadari jika Roy menatap nya pun berkata, "Syila mau beli testpack"
Roy menatap kaget Syila tak lama kemudian mengalihkan pandangannya kearah depan. "Kamu hamil?"tanya Roy yang masih fokus menyetir. Kaget. Karena setau dia hubungan Syila dan Daniel masih buruk.
Syila menjawab ragu ragu,"Sepertinya iya,soalnya dari kemarin perut Syila mual"sembari menatap jendela mobil.
Syila mengalihkan pandangannya menatap Roy,"tapi kamu jangan bilang sama siapa siapa ya apa lagi sama mas Daniel" ujar Syila dengan raut serius.
"Kok gitu?"tanya Roy bingung. Ia malah merasa kehadiran buah hati ini akan menjadi awal kebahagian Syila. Karena menurutnya tidak akan ada seorang ayah yang mau menggugurkan darah dagingnya sendiri.
"Pokoknya ga boleh"larangnya tegas.
Roy segera mengangguk cepat."oke-oke"
"Janji ya"menatap serius Roy dan mengulurkan jari kelingking.
Roy melihat Syila seperti itu hanya menatap gemas. Ia mengulurkan jari kelingking nya seraya mengaitkan jari kelingkingnya sembari berkata,"janji"
Syila tersenyum tulus pada Roy,"terimakasih ya,Roy" mendengar ucapan Syila membuat Roy menoleh menatap Syila yang kini masih tersenyum tulus padanya.
"Sama sama"balasnya yang tak lupa membalas senyum manis Roy,
Roy sudah menganggap Syila seperti adiknya. Ia akan melindungi Syila dari siapapun termasuk harus melawan Tuan nya.
Syila mengalihkan pandangannya menatap jendela mobil dan Roy mengalihkan pandangannya menatap depan kembali memfokuskan mengendari mobil itu.
Selama perjalanan mereka diam tak bicara.