Brianna Wilson, gadis cantik yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas itu mendengus saat mengetahui jika lagi-lagi orang tuanya kembali bersikap pilih kasih padanya.
Gadis yang selama lima tahun tinggal bersama neneknya itu memutuskan untuk kembali ke negara asalnya. Namun baru saja pindah, Anna sudah dibuat kecewa oleh keluarganya.
"Maaf karena nggak ngabarin kamu, An. Pernikahan Celine memang digelar tanpa persiapan karena kakakmu sudah hamil duluan." jelas sang Mama, Arletta Wilson.
Anna menghembuskan napas kasar tak percaya akan penjelasan mamanya. Sudah hampir tiga tahun Celine menikah, dan selama itu kedua orang tuanya seakan menutupi fakta itu.
"Anna cuma nggak nyangka aja, Mama sama Papa nutup-nutupin semua itu dari Anna." ujar gadis itu tersenyum kecut.
Arletta terlihat meringis dengan wajah tak mengenakkan. Sedangkan Orlando Wilson, sang Papa tampak tenang tanpa ekspresi. Membuat Anna semakin dirundung rasa kesal.
"Itu sudah tiga tahun lalu. Jadi tidak perlu dibahas lagi." timpal Orlando pada akhirnya.
Anna mendecih dalam hati. Memang apa salahnya mengabarinya di hari pernikahan sang Kakak?
"Huft, yeah. It's not important. Lebih baik Anna sekarang langsung ke kamar aja." balas Anna tak peduli.
Gadis itu lalu pergi meninggalkan kedua orang tuanya yang menatapnya dengan datar menuju kamarnya.
Bruk
Anna memejamkan matanya merasakan rasa nyaman saat berbaring di ranjangnya yang dulu. Rasanya masih sama, terasa empuk dan nyaman.
"Hei, what are you doing, here?" suara berat tiba-tiba masuk ke dalam gendang telinganya.
Anna yang tadinya terpejam, spontan membuka kedua matanya lebar. Dia terpaku saat bersitatap dengan netra kelam milik seseorang yang berada di atasnya.
Kyaaa-mmpphh
Pekikan melengking itu teredam saat orang asing yang berada di atasnya dengan cepat membungkam bibirnya dengan bekapan tangan besarnya.
Netra biru Anna membelalak lebar dengan raut protes. Dia berusaha melepaskan bekapan tangan pria asing itu.
Hosh.. Hosh.. Hosh..
"Kamu gila, hah?" pekik Anna kesal setelah berhasil melepaskan diri.
Pria itu menatap Anna tanpa ekspresi dan kembali berdiri dengan santai. Dia lalu mendudukkan dirinya di sofa single yang ada di kamar Anna.
"Kamu pasti Brianna, adik Celine bukan?" pria itu membuka suara.
Netra biru Anna menyipit, merasa penasaran akan siapa sosok yang ada di depannya ini. Mengapa dia bisa tau namanya? Apa jangan-jangan..
"Yeah, saya suami kakak kamu, Celine." ujar pria itu seakan tau apa yang tengah dipikirkan Anna.
"Kamu.. " gumam Anna tak percaya. Kenapa kakaknya itu begitu beruntung mendapatkan suami setampan ini?
Pria yang masih belum diketahui namanya itu tersenyum tipis dan beranjak dari tempat duduknya.
"Kamarmu bagus. Saya sering menghabiskan waktu di sini setiap mendapat masalah." pria itu kembali bersuara.
Anna mengerjap mengetahui fakta itu. Jadi selama ini kamarnya telah menjadi tempat untuk meditasi? Oh God.
"Kita belum berkenalan dengan resmi." ujar pria asing itu mendekat.
"Saya Darren Smith." pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Darren itu mengulurkan tangannya ke depan Anna.
Anna menatap datar uluran tangan pria itu sebelum kemudian menjabatnya.
"Anna, Brianna Wilson." balas Anna mengoreksi namanya.
|•|
Anna turun dari kamarnya setelah hampir lima jam dia menghabiskan waktunya untuk tidur. Dengan tampilan berantakan dia berjalan menuju dapur rumahnya untuk mengambil air.
Ahh.. Ahh..
Samar-samar Anna mendengar suara desahan yang terdengar semakin jelas saat dia hampir sampai di dapur. Mengendap-ngendap, dia mengintip siapa pasangan yang tengah bercinta di tengah malam buta di dapur rumahnya.
F*ck.
Anna spontan mengumpat saat melihat jika kakaknya Celine tengah bercinta dengan seorang pria tampan yang membuatnya terpana di awal pertemuan mereka.
Seharusnya dia segera pergi dari tempat itu. Tapi entah mengapa, dia tertarik untuk melihat bagaimana permainan dari Darren.
"Oh my gosh, his d*ck is so big." gumam Anna membelalak.
Gadis itu menelan ludahnya susah payah saat melihat kejantanan Darren yang keluar masuk di dalam v****a Celine, kakaknya.
Dia meremang saat melihat raut wajah Celine yang terlihat sangat puas. Namun ketika dia melirik ke arah Darren, Anna justru melihat jika pria itu tidak benar-benar menikmati percintaan mereka.
Senyum sinis terpatri di bibir gadis cantik itu. Sepertinya Darren merasa kurang puas dengan permainan Celine. Terbukti dengan gaya percintaan mereka yang monoton. Hanya Darren yang sedari tadi aktif merangsang Celine.
"Kayanya Kak Darren nggak puas sama permainan Kak Celine." gumam Anna yang masih fokus menonton adegan vulgar itu.
"Ck, apa Anna harus turun tangan buat muasin Kak Darren?" Anna terkekeh pelan saat menyadari pikiran bodohnya.
Ahh.. Ahh..
"Sial, Anna jadi terangsang liat penisnya Kak Darren." umpat Anna menangkup vaginanya sendiri.
Gadis itu menelusupkan jari-jarinya ke dalam celana tidur yang dia kenakan. Lalu mulai memainkan vaginanya dengan gerakan lembut.
"Emnh.. faster, Kak Darren.. ahh.. " desah Anna menikmati permainannya sendiri.
Gadis itu masih terpaku dengan percintaan Celine dengan kakak iparnya. Jari-jarinya juga masih aktif bermain dengan vaginanya.
"Aaahhh-mmmpphh.. " desahan keras itu teredam saat Anna buru-buru membekap mulutnya rapat-rapat. Bersamaan dengan desahan keras Celine yang melolong saat merasakan semburan hangat s****a suaminya.
Dengan napas terengah Anna membenarkan celana tidurnya dan segera pergi dari tempat itu. Tak menyadari jika seseorang bermata jelaga menatapnya dengan tanpa ekspresi sedari tadi.
"Gilak gilak. Gimana bisa Anna sange liat mereka berdua main." gumam Anna merutuki kebodohannya.
Anna memang bukan gadis polos yang tidak tau akan kegiatan yang dilakukan oleh kakaknya. Bahkan dia sudah pernah bermain dengan mantan pacarnya di tempat tinggalnya dulu.
"Kayanya Anna harus cepet-cepet cari cowok buat diajak main." gadis itu kembali bergumam dengan raut frustasi.
Anna mendesah kesal karena tak dapat menyalurkan nafsunya. Dia lalu mengambil laptopnya dan membukanya dengan kasar.
Gadis itu membuka sebuah file rahasia yang ada di dalam laptopnya. Lalu mulai melucuti kain yang melekat di tubuhnya.
Anna mengecilkan volume laptopnya agar tak ada siapapun yang mendengarnya dari luar. Gadis itu mulai meremas kedua payudaranya dengan tangan mungilnya.
Jari-jari Anna bergerak memilin ujung putingnya yang telah mengeras sedari tadi. Desahan pelan terdengar dari bibirnya saat gadis itu dengan sengaja menarik-narik putingnya sendiri.
Ahhh..
Anna menggigit bibir bawahnya saat merasakan nikmat di payudaranya. Area bawahnya mulai terasa lembab dan becek.
Jari-jari Anna lalu turun menyapa vaginanya. Mengelus bulu-bulu pubis yang menutupi area pribadinya.
"Ahh.. Kak Darrenhh.. " Anna mendesahkan nama kakak iparnya.
Wajah gadis itu mendongak dengan raut nikmat. Dia tak segan memasukkan dua jarinya keluar masuk di lubang senggamanya.
"Oh yeahh.. ahh.. "
Dan malam itu Anna sibuk memuaskan hasratnya sendiri terhadap kakak iparnya, Darren Wilson.
***