Di saat mereka berdua sibuk dengan obrolan yang terdengar menyenangkan tak lama mamah masuk ke kamar Tara untuk mengingatkan Tara meminum obat herbal agar putrinya bisa tetap selalu sehat, sementara Tara yang mendengar ucapan mamahnya membuat Tara menurutinya.
"Aduh anak-anak mamah lagi apa nih? Kayaknya seru gitu ngobrolnya? Udah waktunya kak Tara minum obat herbalnya nih, sayang! Ayok di minum dulu sayang, biar kak Tara tetap bisa selalu sehat loh kak, jangan lupa dihabisin ya kak! Pelan-pelan minumnya ya kak, masih panas obatnya soalnya tadi baru aja mamah bikin sayang," ucap Mayasari lembut.
"Biasa mah, lagi ngobrol-ngobrol aja nih mah! Sini mamah ikutan ngobrol, seru loh mah ... masa Rinja nemu cowok cakep katanya mah! Oh iya ya udah waktunya aku minum obat herbal ya, aamiin ya allah ... tenang mah pasti Tara abisin kok obatnya mah," tutur Tara patuh.
Mayasari yang melihat wajah putrinya yang berusaha tegar membuat hati Mayasari teriris-iris dan rasanya Mayasari ingin kedua putrinya bisa sebahagia anak lainnya, sementara Rinja dan Tara yang melihat mamah mereka sedih membuat mereka berdua mengkhawatirkan Mayasari.
"Mamah gak perlu sedih mah, kak Tara pasti bakalan selalu sehat kok mah! Apalagi mamah itu selalu bantuin dan support terus kak Tara, udah pasti kakak Tara bakal pulih jadi mamah tenang ya! Semua usaha mamah pasti berbuah hal manis! Semangat terus ya mah," tutur Rinja sendu.
"Rinja, bener mah! Gak ada alasan mamah buat sedih kayak gini, Tara gak apa-apa kok mah gak ada yang perlu mamah khawatirin mah ... mamah tenang ya! Semua bakal baik-baik aja mah, nah mamah harus percaya kalo suatu hari nanti Tara bisa sembuh kok mah," ucap Tara lembut.
Mendengar perasaan khawatir Rinja dan Tara membuat Mayasari menenangkan putri-putrinya dan mengingatkan mereka untuk istirahat, lalu tanpa berlama-lama Tara dan Rinja menyahuti ucapan mamah mereka dengan patuh.
"Kalian berdua benar, gak seharusnya mamah sedih atas apa yang gak terjadi ya? Yaudah kalian tidur gih! Kalian pasti perlu istirahat setelah beraktivitas seharian bukan? Selamat beristirahat ya putri-putri cantiknya mamah! Mimpi indah Rinja, mimpi indah juga Tara!" ujar Mayasari lembut.
"Iya mah kita istirahat dulu ya, mamah juga jangan lupa istirahat ya! Pasti mamah juga cape abis aktivitas seharian juga, apalagi mamah bantuin ayah ngurus taneman kita, mimpi indah juga ya mah! Rinja sayang banget sama mamah! Selamat beristirahat ya mamah," sahut Rinja patuh.
"Benar mah, mamah tenang saja ya! Semua akan baik-baik saja kok, iya mamah kita pasti akan tidur dan istirahat dengan nyaman kok mam! Mamah juga jangan lupa istiraha ya, selamat tidur dan istirahat senyaman mungkin ya mamah! Mimpi indah ya mamah! Dadah," ujar Tara patuh.
Setelah mendengar ucapan putri-putri yang selalu dirinya sayangi membuat Mayasari bergegas meninggalkan kamar putrinya karena mereka berdua pasti ingin beristirahat dan benar saja, tak lama Rinja dan Tara sudah terlelap setelah hari yang melelahkan.
Semua orang terlelap karena langit berubah menjadi gelap dan tanpa terasa akhirnya langit saat ini sudah terang membuat beberapa orang harus bergegas beraktivitas memulai hari mereka, begitu juga dengan Terang, Rinja, Axton dan Xaviera yang sudah sampai di sekolah mereka.
Sayangnya hari yang mereka pikir akan membaik, tetapi nyatanya Terang dan Rinja tidak akan pernah menyangka menjadi seperti ini. Lalu tak banyak yang bisa di lakukan oleh mereka selain kenyataan yang menimpa mereka, saat ternyatanya Xaviera hanya menjadikan Terang sebagai taruhan saja begitupun Rinja yang harus diputuskan karena keinginan gadis itu.
Pagi itu Terang selalu sibuk mencari keberadaan Xaviera untuk memastikan keadaan gadis itu dan ketika pemuda tampan itu tidak sengaja melewati lapangan ternyata tidak jauh dari tempat Terang berdiri, gadis cantik itu membicarakan dirinya dan menguak fakta yang mengejutkan.
"Wah keren lu Xaviera! Bisa-bisanya deket banget sama kak Terang, kenapa kita gak taruhan aja buat lu dapetin Terang! Gue jamin sih lu gagal," ujar salah satu temannya senang.
"Siapa yang gak mau sama gue elah! Gagal? Gak mungkin dia nolak gue, orang gue tau kok kalo dia secinta itu sama gue! Jelas gue pasti menangin taruhan ini lah," sahut Xaviera sinis.
"Duh iya deh yang cantik mah! Oke kalo menurut lu, lu bakal menangin taruhan ini kita mulai dari sekarang aja kira-kira lu bisa dapetin dia gak?!" sindir salah satu temannya datar.
"Jelas dong! Gampang banget, hari ini gue bisa kok dapetin dia!" ucap Xaviera santai.
Sementara Terang yang mendengar ini membuatnya merasa hancur karena gadis yang begitu ia cintai sepenuh hatinya, nyatanya gadis itu menjadikan kedekatan mereka sebagai taruhan, tapi sepertinya semesta sedang meledek dirinya karena saat ini Terang tak sengaja mendengar hal yang begitu menyakitkan tanpa pernah ia sangka sebelumnya.
Tanpa Xaviera sadari, Terang yang sejak tadi mendengar ucapan gadis cantik itu membuatnya berjalan menjauhi tempatnya berdiri saat ini, karena ternyata perasaan yang Terang miliki tak lebih dari permainan belaka di mata Xaviera.
Padahal menurut pemuda tampan itu dirinya begitu mempercayai Xaviera yang Terang pikir jika gadis itu memiliki perasaan cinta yang tulus padanya, tapi hari ini nyatanya Terang tertampar oleh kenyataan yang meninggalkan luka yang teramat begitu sakit karena kenyataannya Terang memilih orang yang salah dan gadis itu hanya mempermainkan perasaannya saja.
Di saat Terang memilih mengubur perasaan yang menyakiti dirinya, tak lama Rinja memulai pagi ini dengan perasaan ringan saat mengingat pembicaraan dengan pemuda tampan yang Rinja temui di bus kemarin sore.
Semuanya terlihat baik-baik saja kecuali satu hal yang terasa menyakitkan, terlalu menyakitkan sampai-sampai rasanya seluruh tubuh Rinja tercabik-cabik dengan begitu kuat oleh kenyataan yang tak pernah ia sangka sebelumnya.
Bagaimanana tidak hati yang ia jaga dengan sepenuh hati kini harus terpatahkan hanya karena sebuah pertanyaan yang selalu ia tahan sendirian, orang yang ia pikir akan menjaga dirinya dan hubungan ini nyatanya semua hancur tidak lebih dari 3 menit.
"Sebenernya apa arti gue dimata lu Axton ?! Apa arti hubungan kita selama ini?! Apa segitu gak berharganya setiap menit yang udah kita lewatin! Kalo emang gue gak lagi berarti apapun kenapa kita gak berpisah aja biar gue gak berjuang sendirian, gue cape Axton!" lirih Rinja sedih.
"Menurut lu? Lu bisa jawab sendirikan? Ngapain harus nanya masalah gak jelas gitu ke gue?! Lu mau putus sama gue? Oke kita putus aja kalo itu keinginan lu Rinja," sahut Axton datar.
Bagai disambar petir di siang hari membuat Rinja hampir lupa bagaimana caranya ia menahan dirinya untuk tetap berdiri dengan tegak dan tak menangisi Axton yang kini sudah berlalu pergi secepat itu, bahkan terlalu cepat untuk dirinya membuat sebuah pilihan yang akhirnya pemuda tampan itu meninggalkan luka yang terasa begitu menyakitkan dihati Rinja.
Mulai hari itu Terang dan Rinja memilih untuk menutup hatinya rapat-rapat hanya agar tak ada lagi orang yang bisa menyakiti diri mereka masing-masing, awalnya semuanya terlihat baik-baik saja dan tak ada masalah atas pilihan mereka tapi sepertinya pilihan mereka tak semudah itu.
Karena di saat Rinja dan Terang belajar kenyataan yang tidak di sangka, apa yang harus mereka lalui malah semakin membuat mereka berdekatan dengan orang yang sangat ingin Terang dan Rinja hindari bahkan menjauh sebisa mungkin.
Sayangnya semesta seperti sedang mengajak Rinja dan Terang bercanda karena di saat hatinya yang pernah mempercayai sepenuh hati sedang patah, mereka berdua malah harus ditugaskan untuk menyelesaikan tugas akhir sekolah sebelum mereka berempat lulus dari sekolah mereka.
"Selamat pagi, anak-anak! Hari ini bapak akan memberikan tugas akhir sekolah kalian sebelum kalian lulus sekolah jadi kerjakan sebaik mungkin ya! Untuk tugasnya berkelompok yang diisi oleh dua orang dan nama-namanya bisa dilihat di kertas ini! Kerjakan sebaik mungkin atau nanti nilai kalian akan kosong dan mendapatkan hukuman!" ucap guru di sekolah Axton dan Rinja.
"Pagi anak-anak! Kali ini bapak akan membagi semua murid menjadi beberapa kelompok yang tergabung dari 2 orang, pasti kalian bertanya perihal alasan mengapa dibuat kelompok seperti ini? Tentu saja untuk mengerjakan tugas akhir sekolah sebelum kalian lulus dari sekolah jadi lakukan tugas ini sebaik mungkin! Kalian mengerti ya," tutur guru di sekolah Terang dan Xaviera.
Jika boleh jujur rasanya Rinja dan Terang ingin sekali menolak tugas sekolah seperti ini, tetapi Terang dan Rinja cukup sadar untuk tidak melakukan hal memalukan seperti itu. Hingga dengan berat hati mereka bertiga mengiyakan, kecuali Xaviera yang memanfaatkan kesempatan ini agar dirinya memenangkan taruhan yang diberikan teman-temannya.
"Baik pak! Akan saya lakukan sebaik mungkin," ujar Terang datar.
"Duh si bapak mah, yaudah iya deh iya! Demi nilai Rinja oke aja deh pak," sahut Rinja dingin.
"Siap pak, pasti akan Xaviera kerjain tugasnya dengan semaksimal mungkin pak! Jadi bapak tidak perlu mengkhawatirkan nilai Xaviera kok pak," ucap Xaviera semangat.
"Tugas akhir sekolah? So Easy! Axton merem juga kelar itu tugasnya pak," tutur Axton santai.
Tak lama semua murid bergegas mengerjakan tugas mereka, kecuali Terang dan Rinja yang tak ingin berdekatan dengan orang yang menyakiti perasaan mereka. Sayangnya tugas mereka kali ini cukup penting untuk menentukan kelulusan jadi mau tidak mau mereka mengerjakan tugas yang telah diberikan.
"Kenapa semesta malah ngajak bercanda segala, udah dipatahin hati gue eh sekarang malah satu kelompok sama cewek sombong itu! Kalo kayak gini caranya gue gak tau harus berlalu gitu aja atau bertahan demi nilai akhir gue, asli apa-apaan sih maksudnya dunia ngebuat gue malah terikat disaat gue gak mau bahkan gak pengen deketin cewek gak jelas itu?! Gue pribadi sih ngerasa candaan ini tuh gak lucu sama sekali! I hate this, you know!" gumam Terang kesal.
"Lah ngapa malah gini sih? Disaat gue harus nerima kenyataan kalo gue udah putus sama cowo jahat itu eh gue malah satu kelompok sama dia! Kenapa gak dulu aja? Kenapa di saat gue mau belajar nerima keadaan yang harus gue laluin eh malah kayak gini jadinya? Kesel banget gue denger tugas hari ini kayak gue pengen tepok jidat sombong Axton itu ish!" gumam Rinja sebal.
Sementara Xaviera dan Axton mengerjakan tugasnya dengan ekspresi yang berbeda, Xaviera terlihat bermanja-manja pada Terang seakan gadis itu berusaha menarik perhatian Terang yang menurut dirinya tidak biasa sementara Axton terlihat dingin dan tidak perduli dengan apa yang di lakukan Rinja selama mengerjakan tugas mereka.
"Kak Terang, gak kerasa ya bentar lagi kita bakal lulus sekolah? Padahal dari kita satu sekolah dasar bareng sampe sekarang kita mau lulus SMA masih aja sedeket ini! Kak Terang mau lanjut ke mana kak? Kuliah di mana? Di Universitas Indonesia ya? Aku juga emang niatnya mau ke sana loh kak Terang! Nanti kira daftarnya bareng-bareng yuk kak Terang!" ucap Xaviera lembut.
"Deket apa yang lu maksud? Gue baik karena lu anak temen mommy gue jadi mendingan lu gak usah gangguin gue deh! Karena gue gak perduli lu mau kuliah di mana ataupun bareng sama siapa, Xaviera! Berhenti bersikap lu spesial di mata gue! Gue harus nyelesain tugas ini! Dengan atau tanpa lu jadi gue bakal tetep selesaiin! Gak perduli omong kosong lu," sahut Terang dingin.
Tidak hanya sampai di sana saja bahkan Xaviera sengaja melukai tangannya sendiri hanya demi mendapatkan perhatian dari Terang yang terlihat mengacuhkan dirinya, tapi kali ini hati Terang benar-benar telah kecewa pada Xaviera yang dengan tega mempermainkan perasaannya.
"Aku gak ngerti kenapa kak Terang jadi kayak gini, tapi aku percaya kalo kak Terang itu orang baik jadi pasti kakak gak serius ngomong ini! Aduh kak Terang, tangan aku ke gores cutter nih! Ya ampun sakit banget! Astaga kak! Banyak darah kayak gini kak ... temenin aku ke UKS yuk kak Terang! Aku takut pingsan nih, ayok kak Terang buruan ih," tutur Xaviera lembut.
"...," Terang terdiam saja.
Meskipun begitu Xaviera tidak kehabisan akal dan berusaha mengacaukan tugas mereka hanya agar dirinya dan Terang bisa lebih lama bersama dengan pemuda tampan itu, sayangnya tanpa disadari Xaviera sebenarnya Terang mengetahui niat tidak baik Xaviera dari tingkahnya yang terlihat aneh dan tak biasa.
"Gak usah berulah, Xaviera Nefertari Zalfa! Daripada lu buang-buang waktu narik perhatian gue dan berusaha mengacaukan tugas akhir sekolah kelompok ini, lebih baik lu keluar dari kelas ini sekarang! Dengan atau tanpa lu gue tetep bakalan selesaiin tugas ini kok! Jadi berhenti buat ngerusuhin gue kalo pada akhirnya usaha lu itu sia-sia aja tau gak, Xaviera!" tutur Terang serius.
Xaviera yang mendengar nada serius dan ancaman dari pemuda tampan yang kini menatapnya dengan pandangan yang tajam membuat Xaviera tidak jadi mengacaukan tugas mereka yang sedang dibuat Terang dengan serius.
Terang yang melihat gadis itu sudah ketakutan dengan ucapannya membuat pemuda tampan itu memilih mengalihkan pandangannya dari wajah cantik yang ternyata berhati licik dan tanpa sadar telah melukai hatinya yang tulus.
|Bersambung|