Aku keluar rumah hanya dengan baju yang melekat di badan, serta tas selempang kecil berisi ponsel dan dompet. Sungguh, pengalaman menegangkan seperti ini tak pernah terbersit dalam benak bakal terjadi di hidupku. "Udah dapat rumahnya?" tanya Darren begitu dirinya duduk di jok belakang—di sampingku, setelah memastikan aku masuk lebih dulu. "Udah. Alia nungguin kita di sana," balas Mas Danar sembari menghidupkan mesin mobil. Darren mengangguk-angguk. Ekspresi lega terpancar jelas dari wajahnya. Eh. Tunggu! Bukankah tadi Mas Danar menyebut nama Alia? Dadaku mendadak berdebar hebat dengan telapak tangan yang terasa berkeringat. Ya, gadis berusia sebaya denganku itu bahkan selalu menolak bertemu pasca kejadian naas hari itu. Namun, sekarang? Ah, ada hubungan apa sebenarnya kakak beradik